Liputan6.com, Jakarta - Jakarta tak pernah habis dengan cerita miris dan memilukan tentang eksploitasi anak dan balita. Tuntutan akan kebutuhan hidup yang tinggi telah membuat nurani sebagian orangtua di Jakarta menjadi terkikis, bahkan nyaris hilang. Seorang warganet bernama Nana Marlena membuktikan hal itu.
Melalui akun Instagram miliknya, @nanaaelena, ia menceritakan pengalamannya pada Selasa malam, 13 Februari 2018. Ketika itu dia tengah berada di gerai Alfamart kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Namun, dia terperangah kala menyaksikan pemandangan yang mencengangkan.
"Jadi aku lagi cari makan di daerah Sarinah, terus aku ke alfamart. Aku lihat ada bapak-bapak duduk di kursi lagi ngitungin duit receh, sedangkan anaknya balita terbaring lemas di lantai," tulis Nana di akun Instagram miliknya, Rabu, 14 Februari 2018.
Advertisement
Yang membuat Nana makin tak percaya adalah pengakuan dari pegawai Alfamart yang sepertinya sudah kerap menyaksikan hal serupa. Menurut informasi Nana pula, pria yang duduk dalam video itu diperkirakan sebagai pengamen yang setiap malam menukar uangnya di Alfamart dan melakukan eksploitasi anak.
"Pegawai alfamart bilang kalau anak ini di sewakan (di perkirakan dia lemas karena di kasih obat penenang biar gak rewel). Lalu si bapak yg sama anak ini di tanya ini anaknya kenapa? si bapak nya menjawab ragu katanya gak tau ini knp ibu nya," lanjut Nana dalam tulisannya.
Nana juga mengaku bapak itu sempat kelimpungan ketika ditanya mengenai anak tersebut. Mulanya, ia mengaku bahwa balita yang sedang bersamanya itu merupakan anak tetangganya. Pria itu juga sempat mengaku sebagai ayah dari balita yang tergolek lemas di lantai Alfamart.
"Logikanya, kalau anaknya enggak mungkin digeletakin begitu saja. Harusnya dipangku atau duduk di lantai bareng atau dikasih alas biar enggak dingin," kata Nana.
Banyak warganet yang berspekulasi bahwa sang anak diberi obat penenang agar tak rewel ketika diajak mengemis. Tentunya jika hal ini sering terjadi, obat penenang dengan dosis berlebihan yang kerap diberikan dapat berdampak pada organ tubuh balita.
Yang jelas, melihat balita sampai lemas di video yang diunggah Nana itu mengundang rasa simpati dan geram dari banyak orang. Sejumlah warganet pun ikut memberikan komentar negatif atas perilaku pria itu. Polisi bahkan diminta turun tangan mencari sosok sang pria yang diduga telah melakukan eksploitasi anak itu.
Â
Mengaku Jadi Pengamen
Hanya berselang satu hari, anggota Satuan Unit PPA Polres Jakarta Pusat mengamankan Zafrul, pria yang diduga tega menaruh begitu saja bayinya yang baru berusia 11 bulan di sebuah minimarket di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, yang viral.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Roma Hutajulu mengatakan, saat ini Zafrul sedang diperiksa oleh penyidik unit PPA. Dari hasil pemeriksaan sementara, bayi itu bernama Muhammad Ucok dan diakui sebagai anaknya sendiri.
"Dari pemeriksaan sementara dia anaknya bapak itu," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Roma Hutajulu saat dikonfirmasi, Kamis (15/2/2018).
Roma menambahkan, adapun lokasi kawasan bayi Ucok diletakkan di sebuah minimarket di Jalan Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat. Kemudian untuk tempat tinggal, Zafrul mengaku menetap di Jalan H Mansur, Kebon Kacang VI, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Dalam pemeriksaan juga Fazrul megaku sehari-harinya bekerja sebagai pengamen. "Benar pengamen," ucap Roma.
Sementara tentang dugaan sang bayi diberi obat penenang agar tak rewel saat diajak mengamen atau mengemis, polisi masih akan mendalami dugaan itu.
"Kita akan dalami lagi kemungkinan itu," ucap Roma.
Advertisement
Modus Obat Penenang
Di Indonesia, modus mengemis dengan cara seperti itu mungkin bukan menjadi hal yang baru. Parahnya, biasanya aksi para pengemis ini menggunakan anak orang lain atau menyewa dari para pembantu yang menitipkan anak majikan mereka. Dengan cara itu para pembantu yang tidak bertanggung jawab dapat mendapatkan uang.
Polres Metro Jakarta Selatan, misalnya, beberapa waktu lalu mengungkap sindikat eksploitasi anak di Kawasan Blok M dan sekitarnya. Dari pengungkapan ini, empat orang telah ditetapkan sebagai tersangka, yakni NH (43)‎, I (35), ER (27), dan SM (18).
‎"Pada saat pengungkapan pertama, kita lakukan operasi di Jakarta Selatan. Dari situ kita dapat 17 anak dan delapan orang tua. Tersangka empat orang," kata Kepala ‎Polrestro Jakarta Selatan, Kombes Pol Wahyu Hadiningrat di Mapolrestro Jakarta Selatan, Jumat, 25 Maret 2016.
Selain itu, ucap Wahyu, ada satu korban lagi, yakni bayi berusia 6 bulan. Bayi itu dibawa untuk ikut mengemis di jalan. Bayi malang itu rupanya sudah diberi obat tidur agar tenang dan tidak menangis saat mengemis di jalan.
"Pada saat praktik di jalan oleh orang yang membawa itu diberi obat penenang, supaya dia tenang. Satu butir obat itu dibagi empat dan satu butir untuk dua hari. Jadi obat penenang ini supaya tenang dan tidak rewel saat melakukan pekerjaannya. Apabila anaknya tidak mau, ada tindakan kekerasan dari orang tersebut," kata dia.
Wahyu menyatakan, obat penenang atau obat tidur yang diberikan ke bayi tersebut adalah Clonazepam. Obat itu sangat berbahaya. Bahkan, bila digunakan dengan dosis sembarangan bisa berakibat fatal bagi anak.
Kasandra Putranto selaku Psikolog Klinis dari Asosiasi Psikologi Forensik lebih rinci menjelaskan, salah satu efek buruk dari penggunaan obat itu dengan sembarangan adalah menurunkan fungsi saraf dan gerakan anak.
"Sarafnya bisa jadi lamban, bayi jadi lemas. Kalau orang biasa saja menjadi letoy. Jadi tidak bisa digunakan sembarang, karena obat itu berdosis tinggi," ujar Kasandra.
Menurut Kasandra, obat itu tidak dijual bebas. Bahkan di apotek pun seharusnya tidak dijual. Dokter umum juga tidak sembarang mengeluarkan tanpa ada resep yang resmi.
"Diduga, yang membeli obat itu memang memerlukan dan memakai, tapi disalahgunakan," kata dia.
Akan jadi seperti apa nasib bocah-bocah yang hidup di jalanan Ibu Kota, jika setiap hari asupannya asap knalpot dan obat penenang?
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: