Sebar Hoax Demi Penuhi Permintaan Anak

Tak pernah terbesit di benak Uyu Ruhyana untuk menyebar hoax sebelumnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mar 2018, 07:36 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2018, 07:36 WIB
Hoax garut
Polres Garut saat penyelidikan laporan pengeroyokan ustaz (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Tak pernah terbesit di benak Uyu Ruhyana untuk menyebar hoax sebelumnya. Namun hari itu, pria yang menjadi marbut Masjid Besar Al Istiqomah, Garut, Jawa Barat, tersebut bingung.

Dia tak tahu harus meminta bantuan kepada siapa ketika mendengar permintaan sang anak dibelikan mesin potong rumput. Pria 56 tahun itu tak memiliki uang.

Penghasilannya sebagai marbut hanya Rp 125.000 per bulan. Uang itu hanya cukup untuk membuat dapur mengebul.

Sementara, harga mesin pemotong rumput mencapai ratusan ribu rupiah. Sebagai orangtua, dia ingin memenuhi permintaan itu. Apalagi, mesin itu akan digunakan anaknya untuk bekerja.

Ia pun memutar otak, mencari cara mendapatkan uang dengan instan. Selasa, 27 Februari 2018 malam, sebuah ide berpura-pura jadi korban penganiayaan muncul di benak Uyu. Walaupun saat itu, dia tidak pernah mengira akan menjadi penyebar hoax.

"Perbuatan itu saya mengharapkan dikasih uang," ujar Uyu di Polda Jabar, Kamis, 1 Maret 2018.

Langsung saja, dia menggunting peci serta baju muslimnya. Ceritanya, guntingan tersebut adalah hasil sabetan pelaku penganiayaan.

Kemudian, Uyu mengikat kaki dan tangannya dengan mukena yang ada di masjid. Agar tidak kesulitan, dia membuat pola ikatan tertentu supaya mudah mengunci tangannya yang disimpan di bagian belakang tubuhnya.

Selanjutnya, sorban digunakannya untuk menutup wajah. Untuk menambah efek dramatis, Uyu melepas bantalan kursi masjid dan dibiarkannya tergeletak.

"Tidak ada yang menyuruh. Ini ide saya sendiri. Saya memang melakukannya sendiri. Saya khilaf karena butuh uang," tutur Uyu.

Akting Uyu pertama kali diketahui Agus dan istrinya, Dedeh, Rabu, 28 Februari. Keduanya hendak melaksanakan salat Subuh, pukul 04.20 WIB.

Saat itu, keduanya membuka pintu masjid dan kondisinya masih dalam keadaan gelap. Ketika Dedeh menyalakan lampu, dia melihat sosok Uyu dalam keadaan tangan terikat oleh mukena serta mulut dibekap sorban, sementara kaki terikat mukena.

Pesan berantai pun beredar. Isinya ditemukan seorang marbut Masjid Besar Al Istiqomah di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, berinisal UR dianiaya seseorang tak dikenal.

Tertulis pula, si marbut diikat tangan dan kakinya, mulut disumpal. Dia tergeletak di samping kursi kayu yang patah sebelum salat Subuh. Pesan hoax itu pun menyampaikan korban mengalami luka senjata tajam.

Polisi bergerak menelusuri pesan berantai nan meresahkan tersebut. Hingga akhirnya, Dirkrimum Polda Jabar, Kombes Umar Surya Fana, membantah kabar tersebut.

 

Prarekonstruksi

Kapolres Garut dan Direktorat Kriminal Umum Polda Jabar telah melakukan prarekonstruksi di TKP.

Hasilnya, tidak ditemukan adanya luka sedikit pun pada tubuh korban. Saat Subuh pun, polisi patroli di sekitar masjid tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Pada baju memang ditemukan robekan. Namun, itu dirobek dengan sengaja bukan akibat dari benda tajam golok.

"Kesimpulan sementara bahwa kejadian tersebut adalah rekayasa korban yang meminta diperhatikan sisi ekonominya," Umar menjelaskan.

"Motif yang lain atau aktor intelektualnya masih didalami oleh penyidik," lanjut dia.

 

Reporter: Aksara Bebey

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya