Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno optimistis, kelak Jakarta menjadi kota megapolitan terbesar dunia di 2045. Dia mengaku sepakat dengan prediksi sejumlah peneliti soal Ibu Kota.
"Ya seperti diprediksi ekonom dan peneliti dengan pertumbuhan sekarang dengan tingkat urbanisasi yang terjadi. Jakarta akan menjadi kota megapolitan terbesar di dunia di 2045," kata Sandi di Balai Sidang Kampus UI, Depok, Sabtu (24/3/2018).
Baca Juga
Agar ramalan ini terwujud, Pemprov DKI harus menyelesaikan sejumlah permasalahan Ibu Kota. Sandiaga Uno mencatat, ada sejumlah yang butuh penuntasan, misalnya masalah lingkungan dan lapangan pekerjaan.Â
Advertisement
Kedua masalah ini penting untuk diselesaikan demi mendukung terciptanya impian tersebut.
"Jadi banyak sekali yang (harus) kita benahi dan khususnya masalah lingkungan hidup dan ketimpangan yang diakibatkan lapangan kerja yang sulit didapat," ucap Sandiaga Uno.
Menurut dia, 75 persen dari populasi dunia akan tinggal di urban. Selain itu, 90 persen dari ekonomi dunia berputar di wilayah ini. Oleh karena itu, dia memastikan Jakarta akan siap menjadi kota megapolitan terbesar, apabila lingkungan hidup dan ekonomi masyarakatnya juga siap.
"Jadi Jakarta siap kalau lingkungan hidupnya, masyarakat dan ekonominya juga siap untuk menghadirkan peluang hidup di Jakarta," ujar Sandiaga Uno.
Â
Simposium
Sandiaga Uno menghadiri Simposium Asia Tenggara. Acara ini dihelat pada 22 Maret hingga 24 Maret 2018.
Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI) dan Indonesian Environmental Science Association (IESA) menggandeng University of Oxford, Inggris, didaulat sebagai penyelenggaranya.
Simposium kali ini mengambil tema, "What is Southeast Asia? Exploring Uniqueness and Diversity (Apakah Asia Tenggara? Mengeksplorasi Keunikan dan Keberagaman)".
Sebelumnya, beberapa tokoh nasional telah hadir sebagai pembicara, seperti Wakil Presiden Jusuf Kalla, Rektor UI Muhammad Anis, Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN AKP Mochtan, pimpinan sivitas akademika Universitas Indonesia, dan Universitas Oxford lainnya.
Advertisement