Liputan6.com, Jakarta - B. R. A. Koosmariam Djatikusumo, penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA264, ketumpahan air panas oleh pramugari Garuda Indonesia. Peristiwa terjadi pada 19 Desember 2017 saat Koosmariam berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara Blimbingsari, Banyuwangi.
Lantaran hal tersebut, Koosmariam menuntut Garuda Indonesia Rp 11,25 miliar. Rp 1,25 miliar atas kerugian materiel, dan senilai Rp 10 miliar ganti rugi imateriel.
Kuasa hukum Koosmariam, David, menceritakan kronologi kliennya ketumpahan air panas. Menurut David, awalnya kliennya hendak berangkat menuju Bali untuk sebuah pekerjaan.
Advertisement
Namun, lantaran tak dapat tiket menuju Bali, Koosmariam memilih berangkat ke Banyuwangi dengan maskapai Garuda Indonesia. Dengan harapan bisa tiba di Bali dengan menggunakan jalur darat dan air dari Banyuwangi.
Di dalam pesawat menuju Banyuwangi, Koosmariam duduk di kursi terdepan dan berada di pinggir kabin bersama rekannya. Pada saat pemberian makanan dan minuman, Koosmariam tertidur.
"Jadi temannya itu meminta dua teh panas. Entah bagaimana pramugarinya itu memberikan teh panas melalui atas kepala Ibu Kos (Koosmariam)," kata David.
David mengatakan, lazimnya seorang pramugari memberikan makanan dan minuman melalui depan. Lantaran sang pramugari memberi minuman melalui atas kepala, alhasil tubuh bagian dada, leher, dan tangan Koosmariam terkena air panas.
"Menurut keterangan teman Ibu, pramugarinya sedang mengobrol. Itu (pesawat) baru terbang. Ibu Kos duduk di depan. Jadi air sedang panas-panasnya," kata David.
Cuaca pada saat pemberian makanan dan minuman sedang baik. Tidak ada getaran yang terjadi di dalam sebuah pesawat.
David berpendapat kejadian tersebut murni kesalahan pramugari yang tak fokus memberikan minuman panas.
Usai terkena air panas, Koosmariam langsung meminta selimut. Koosmariam langsung membuka bajunya lantaran merasakan panas di tubuhnya. Selimut dia jadikan penutup tubuhnya.
"Ibu membuka bajunya agar tidak lengket, setelah ketahuan ternyata payudaranya sudah melepuh. Kulit luar copot," kata dia.
Dilarikan ke Rumah Sakit
Saat tiba di Bandara Blimbingsari, Koosmariam mengaku langsung dijemput oleh kru Garuda dan siap jika Koosmariam membutuhkan ambulans. Namun, Koosmariam lebih memilih naik bus bandara.
Koosmariam langsung dilarikan menuju sebuah rumah sakit di Banyuwangi. Menurut Kosmariam, rumah sakit tersebut terlalu kecil dan hanya menggunakan obat-obatan generik.
Segala bentuk pembiayaan menurut Koosmariam dilakukan oleh pihak Garuda Indonesia, termasuk pembiayaan saat Koosmariam berobat di Jakarta.
Namun, Koosmariam melihat tak ada tindakan yang lebih dari pihak Garuda kepada dirinya. Koosmariam mengaku dirinya seperti dijadikan pengemis oleh pihak Garuda Indonesia.
"Kalau mau berobat, saya harus menelepon orang Garuda, tidak ada inisiatif dari pihak Garuda untuk menghubungi langsung, atau bertanya soal keadaan saya," kata Koosmariam.
Hal tersebut salah satu yang menjadi alasan Koosmariam mengajukan gugatan ke PN Jakarta Pusat. Gugatan dia ajukan lantaran ingin pihak Garuda memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan seperti dirinya di kemudian hari.
"Setelah digugat, baru deh mereka menghubungi saya lagi," kata Koosmariam.
Koosmariam mengaku, hingga kini dirinya masih kerap merasakan sakit jika bagian luka terkena air keringat maupun air sabun. Koosmariam mengaku, dokter menyarankan agar Koosmariam melakukan pengobatan laser agar tubuhnya kembali seperti semula.
"Luka hingga kini masih berwarna merah dengan tepian hitam, masih pedih kalau terkena keringat atau sabun dan kadang gatal yang amat sangat," kata Koosmariam.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement