Pemberantasan Belum Maksimal, Bamsoet Serukan Jihad Lawan Korupsi

Selama 20 tahun perjalanan reformasi, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia masih rendah.

oleh Muhammad Ali diperbarui 07 Mei 2018, 23:42 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2018, 23:42 WIB
Ilustrasi Korupsi
Ilustrasi Korupsi (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kendati reformasi telah memasuki usia 20 tahun, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo menilai belum terlihat tanda-tanda kemajuan dalam pemberantasan korupsi. Seruan jihad pun dilontarkannya kepada semua elemen untuk membersihkan negara dari praktik kejahatan kerah putih tersebut.

Seruan jihad terhadap korupsi bukan tanpa alasan. Mantan Ketua Komisi III DPR dengan panggilan akrab Bamsoet ini menyatakan selama dua puluh tahun perjalanan reformasi, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia masih rendah. Menurut Transparancy International, Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara, dengan nilai 37.

Politisi Partai Golkar ini menyadari, dua puluh tahun perjalanan reformasi bukan waktu yang singkat. Sebagai lembaga perwakilan, DPR dikatakannya telah melakukan berbagai upaya dalam menegakan demokrasi. Proses check and balances terus berlangsung dengan baik guna memastikan tidak terjadi abuse of power.

"Dalam pemberantasan korupsi. Saya serukan, mari berjihad melawan korupsi,” pesan Bamsoet saat membuka rangkaian acara Peringatan 20 Tahun Reformasi di Loby Gedung Nusantara V DPR RI, Jakarta, Senin (7/5/2018).

Bamsoet mengingatkan para koleganya di DPR untuk membuat beleid yang memperkuat pemberantasan korupsi.

”Selaku pimpinan maupun kolega, saya mengajak para anggota dewan bersungguh-sunguh menjauhkan diri dari praktik korupsi. Tugas DPR bukan membuat undang-undang yang memperlemah, melainkan melahirkan undang-undang yang memperkuat pemberantasan korupsi,” tegas Bamsoet.

Menyikapi 20 tahun reformasi, Ketua DPR merasa bersyukur perjuangan yang panjang akhirnya membuahkan transisi dalam demokrasi Indonesia. Ia mengemukakan tugas berikutnya adalah melanjutkan konsolidasi agar demokrasi menjadi jalan yang lapang untuk menciptakan kemakmuran dan keadilan sosial.

”Dua puluh tahun lalu, di area gedung DPR ini para mahasiswa dan berbagai elemen bangsa menorehkan sejarah membawa negara kita ke arah demokrasi. Berbagai agenda reformasi akan terus dijalankan. Kita tidak boleh berhenti hanya pada demokrasi prosedural, tetapi harus berikhtiar memberi makna pada substansi demokrasi,” tukasnya.

 

Kedewasaan Demokrasi

Ilustrasi Korupsi
Ilustrasi Korupsi (iStockPhoto)

Bamsoet mengajak para elite politik maupun tokoh publik bisa menumbuhkembangkan kedewasaan masyarakat dalam berdemokrasi. Karena apa yang dilakukan masyarakat, tak terlepas dari pengaruh para elite yang menjadi panutan.

Demokrasi ungkapnya, membuka peluang kepada siapa pun untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan. Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran bersaing secara sehat.

“Kita harus siap meraih kemenangan dan siap pula menerima kekalahan. Jika tidak, demokrasi kita akan rusak dan perpecahan antar anak bangsa sangat mungkin terjadi,” tutur Bamsoet.

Acara Peringatan 20 Tahun Reformasi mengambil tema ”Kembali ke Rumah Rakyat” diisi berbagai kegiatan antara lain, Diskusi Publik Kiprah Aktivis '98 sebagai Anggota DPR, Pameran Foto Reformasi, Diskusi Publik Anak Muda di Era Reformasi, Panggung Puisi dan Musik, dan Peringatan Malam Refleksi 20 Tahun Reformasi. Rangkaian acara itu digelar pada 7-21 Mei.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya