5 Kendala Serius Pencarian Korban dan Bangkai KM Sinar Bangun

Memasuki hari ke-12, pencarian korban dan bangkai KM Sinar Bangun terus dilakukan. Ada kendala serius dalam proses itu. Apa saja?

oleh Muhammad Ali diperbarui 29 Jun 2018, 12:36 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2018, 12:36 WIB
Basarnas
Tim SAR terus mencari korban dan KM Sinar Bangun di Danau Toba. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki hari ke-12, pencarian korban dan bangkai KM Sinar Bangun terus dilakukan. Tim Basarnas berupaya semaksimal mungkin mengungkap tragedi yang memakan banyak korban ini.

Tak hanya menurunkan personel tangguh dan andal, beragam peralatan canggih juga dikerahkan untuk mencari kapal nahas tersebut. Upaya pencarian itu pun akhirnya membuahkan hasil. Memasuki hari kesepuluh pencarian, tim menemukan benda yang diduga puing KM Sinar Bangun.

"Kita lihat suspect puing kapal, bangkai motor diduga milik penumpang, dan beberapa korban yang tertangkap alat pencari seperti ROV dan multi-beam sonar," kata Syaugi saat jumpa pers di Gedung Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (28/6/2018)

Namun begitu, penemuan benda tersebut harus diteliti lebih lanjut. Hal ini agar tidak salah langkah dalam mengambil tindakan. Mengingat benda tersebut berada di dasar yang cukup dalam, yaitu sekitar 450 meter.

Tak hanya faktor kedalaman, beragam kendala maupun rintangan juga menghambat proses pencarian KM Sinar Bangun. Sehingga sampai saat ini pencarian dan evakuasi bangkai KM Sinar Bangun juga belum terlaksana.

Berikut lima ganjalan dalam evakuasi KM Sinar Bangun yang dihimpun Liputan6.com, Jakarta, Jumat (29/6/2018):

 

1. Rumput Danau Toba

Danau Toba
Tim SAR terus mencari titik KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Polda Sumatera Utara terus mencari korban Kapal KM Sinar Bangun bersama tim gabungan dari Basarnas dan TNI. Kapal yang membawa hampir 200 penumpang tersebut tenggelam pada Senin, 18 Juni lalu.

Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan, selama dalam proses pencarian korban oleh tim SAR yang dipimpin Basarnas, terdapat beberapa kendala. Salah satunya rumput Danau Toba yang berada di kedalaman.

"Di bawah struktur danau ini memang beda. Jadi, banyak rumput atau ganggangnya," kata Paulus di Mapolda Sumatera Utara, Kamis (28/6/2018).

Mantan Kapolda Papua ini mengungkapkan, biasanya rumput yang berada di dalam danau itu menarik benda-benda yang melintas di atasnya. Apa pun yang memberikan gerakan, pasti rumput itu akan bergerak dan melilitnya.

"Umumnya mereka terjerat dan tak bisa keluar," ungkap Paulus.

 

2. Kedalaman 450 Meter

Basarnas
Basarnas terus berupaya mencari korban dan KM Sinar Bangun di Danau Toba. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Selain itu, faktor kedalaman kapal KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba yang mencapai 450 meter itu juga menjadi kendala untuk mengevakuasi para korban.

Dirinya pun menjelaskan, sebelum KM Sinar Bangun tenggelam, helikopter lebih dulu tenggelam di Danau Toba. Sampai sekarang korban dan bangkai helikopter tersebut belum dapat ditemukan.

"Padahal, jatuhnya tidak di tengah, cukup dekat dengan pesisir," pungkas Paulus.

 

 

3. Terkendala Alat Pengangkut

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M Syaugi saat jumpa pers mengenai KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M Syaugi saat jumpa pers mengenai KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba (Liputan6.com/ Muhammad Radityo)

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M Syaugi pihaknya telah mengindikasi adanya dua objek di dasar danau. Benda itu berada di antara ketinggian 450-490 meter.

"Itu kita ketemu dua (objek). Kita dalami terus alat ini, kita menemukan papan yang kemungkinan itu adalah dari KM Sinar Bangun, dan siang hari ini menemukan objek korban manusia dengan kedalaman 450 meter," ucap Syaugi saat jumpa pers di Gedung Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (28/6/2018).

Syaugi mengatakan, tim tengah bebekerja ekstra untuk dapat segera mungkin mengangkat kapal tersebut ke permukaan. Namun begitu, keterbatasan alat membuat proses itu menjadi terhambat.

"Jadi, kita masih memikirkan karena kita belum punya alat untuk mengangkat dari kedalaman 450 meter. Kita masih memikirkan ini dan tadi kita tidak bisa tergesa gesa," kata dia.

Namun Syaugi meminta kesulitan tersebut tidak dijadikan alasan untuk menyerah. Bersama Tim Gabungan, TNI-Polri dan juga segenap stakeholders, Basarnas yakin bisa menemukan hasil akhir yang baik dalam tragedi KM Sinar Bangun.

"Jadi tadi saya sampaikan, kami bisa menemukan buktinya ada gambarnya, kita sudah bisa melihat dan tentunya ini kita akan lanjutkan terus, sehingga bisa kita memastikan dan bisa pikirkan untuk diangkat. Mohon doanya, mudah-mudahan bisa segera kita selesaikan,” tandas dia.

 

4. Ada Jurang

Doa Keluarga Korban Kapal Tenggelam di Danau Toba
Keluarga dan warga berdoa untuk penumpang yang hilang dari kecelakaan KM Sinar Bangun di Danau Toba di Pelabuhan Tigaras, Sumatra Utara, Indonesia (21/6). KM Sinar Bangun tenggelam pada Senin (18/6) sore. (AP Photo/Binsar Bakkara)

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjo menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab sulitnya mengevakuasi para korban KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara. Salah satunya adalah, keberadaan jurang dengan kedalaman 600 meter yang perlu kewaspadaan ekstra.

"Jadi ada jurang seperti kedalamannya lebih dari 600 meter, kalau sampai masuk ke sana semakin sulit lagi (evakuasinya), jadi kita memang harus dipikirkan planning bagaimana mengangkatnya," kata Soerjanto saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Jakarta Pusat, Kamis 28 Juni 2018.

 

 

5. Sebab Korban Tak Terapung

Doa Keluarga Korban Kapal Tenggelam di Danau Toba
Keluarga dan warga berdoa untuk penumpang yang hilang dari kecelakaan KM Sinar Bangun di Danau Toba di Pelabuhan Tigaras, Sumatra Utara, Indonesia (21/6). KM Sinar Bangun tenggelam pada Senin (18/6) sore. (AFP Photo/Ivan Damanik)

Selain itu, Soerjanto juga menjelaskan mengapa korban yang sudah meninggal dunia tak terapung.

Menurut penuturannya, usai berkonsultasi dengan dokter forensik Universitas Indonesia, sulitnya jasad terapung disebabkan faktor dinginnya suhu di lokasi, sehingga tubuh tak bernyawa yang seharusnya mudah terapung di perairan malah semakin tenggelam.

"Jadi kenapa jasad ini tidak muncul ke atas. Saya tanya ‘dok ini kenapa kok para jasad ini nggak naik ke atas?’ (dijawab) kalau temperaturnya dingin di dasar danau, itu seperti kita menaruh makan di kulkas jadi reaksi pembusukannya itu lambat, jadi kenapa jasad itu bisa naik karena kita harus lebih ringan dari air," tutur dia.

 

Saksikan tayangan video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya