Menkes: Stunting Rugikan Perekonomian Indonesia

Penderita stunting terbanyak berada di Kawasan Indonesia Timur.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 16 Sep 2018, 10:15 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2018, 10:15 WIB
Menkes Nila F Moeloek (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)
Menkes Nila F Moeloek (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan, kasus stunting sangat memengaruhi perekonomian Indonesia di masa depan.

"Berdasarkan pemetaan kasus stunting, yang tinggi ada di wilayah Indonesia Timur seperti NTB, dan Sulawesi Barat," ujar dia, Minggu (16/9/2018).

Stunting merupakan penyakit gizi kronis. Penyebabnya kurangnya asupan gizi memadai dalam jangka waktu panjang.

Persentase penderita stunting di Indonesia jumlahnya sekitar 37.2 persen. Artinya, dari 10 anak setidaknya ada 4 menderita stunting. Data itu diperoleh dari riset kesehatan dasar tahun 2013 silam.

Nila mengatakan, jika 4 dari 10 anak menderita stunting, pendidikannya pasti mengalami keterlambatan. Akibatnya anak tidak produktif sehingga bisa menjadi beban bangsa.

"Artinya kalau anak-anak kita tamat SD apa yang bisa dia lakukan. Berapa kerugian ekonominya," kata dia.

"Beda dengan satu anak pintar. Itu bisa mengembalikan 48 kali ekonomi jadi itu hubungannya," ucap dia.

Karenanya, pemerintah tengah berupaya menekan angka stunting. Salah satunya dengan melakukan kampanye cegah stunting.

 

Bukan Cuma Kemenkes

"Stunting ini sekarang bukan hanya tanggung jawab Kemenkes. Kami sudah buktikan kami melakukan intervensi sendirian gak berhasil. Karena itu Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) adalah lintas Kementerian dan lembaga terkait," tandas dia.

Penanganan masalah stunting berada di bawah koordinasi Presiden dan Wakil Presiden.

Saksikan video pilihan di bawah ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya