Kisah Serda Handoko, Prajurit TNI Gugur di Tangan KKB Papua

Serda Handoko tergabung bersama 150 anggota TNI dari Batalyon 755 Yalet Kostrad.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 05 Des 2018, 14:09 WIB
Diterbitkan 05 Des 2018, 14:09 WIB

Liputan6.com, Papua - Batalyon Infanteri 755 Yalet Kostrad berduka. Bendera setengah tiang berkibar di Markas Batalyon Merauke Papua. Sersan Dua Handoko seorang prajurit TNI dari satuan Batalyon 755 Yalet Kostrad yang sejak Maret 2018 lalu bertugas di Distrik Yall Kabupaten Nduga, jadi korban kebiadaban OPM.

Seperti ditayangkan Liputan6 SCTV, Rabu (5/12/2018), Serda Handoko tergabung bersama 150 anggota TNI dari Batalyon 755 Yalet Kostrad bertugas di Kabupaten Nduga, Papua, sejak bulan Maret 2018 lalu.

Serda Handoko adalah Wadan Pos untuk Distrik Yall. Tugas negara yang dia emban ternyata harus ditukar dengan nyawa.

Mengorbankan diri demi negeri, Serda Handoko gugur di usia sangat muda 24 tahun. Putra pasangan Sukram dan Warni yang lahir di Blora, Jawa Tengah, memulai karir militernya sejak 2015 lalu dan langsung bertugas di Batalyon 755 Yalet Kostrad.

Jenazah Serda Handoko saat ini akan diupayakan dibawa ke Wamena lalu ke Sorong, Papua Barat, untuk diserahkan pada keluarga. (Rio Audhitama Sihombing) 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya