BMKG: Tsunami Selat Sunda Tak Lazim, Dipastikan dari Erupsi Anak Gunung Krakatau

Dwi menjelaskan, peristiwa tsunami yang menghantam Banten dan Lampung Selatan merupakan fenomena tidak lazim.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 24 Des 2018, 12:54 WIB
Diterbitkan 24 Des 2018, 12:54 WIB
Terjangan Tsunami Luluh Lantakkan Sumur Ujung Kulon
Warga mencari sisa harta benda usai tsunami menerjang Kampung Sumur, Ujung Kulon, Banten, Selasa (24/12). Puluhan orang tewas saat tsunami menerjang kampung ini. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Dwikorita Karnawati memastikan tsunami yang melanda Banten dan Lampung Selatan karena erupsi Anak Gunung Krakatau (AGK).

"Kami mengkonfirmasikan yang sebelumnya kami sampaikan bahwa tsunami ini berkaitan dengan erupsi vulkanik," kata Dwikorita dalam konferensi pers di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (24/12/2018).

Oleh sebab itu, Dwi melanjutkan, potensi tsunami tersebut tidak terdeteksi oleh sensor gempa tektonik BMKG. "BMKG khusus memantau gempa tektonik. Karena 90 persen lebih tsunami di Indonesia diakibatkan gempa tektonik," kata Dwi.

Dwi menjelaskan, peristiwa tsunami yang menghantam Banten dan Lampung Selatan merupakan fenomena tidak lazim.

"Ini fenomena tidak lazim dan kompleks atau multifenomena," ujarnya.

Tsunami terjadi di wilayah Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember malam. Sebanyak 817 rumah di Banten dan Lampung rusak tersapu air laut.

"Dari data yang dihitung Polda Banten dan Polda Lampung, kerugian materiil atas peristiwa air laut pasang di Banten dan Lampung sampai dengan 24 Desember pukul 07.00 WIB mencapai 817 rumah yang rusak," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Polisi Dedi Prasetyo saat dihubungi, Jakarta, Senin (24/12/2018).

281 Korban Tewas

Terjangan Tsunami Luluh Lantakkan Sumur Ujung Kulon
Warga mengumpulkan sisa harta benda usai tsunami menerjang Kampung Sumur, Ujung Kulon, Banten, Selasa (24/12). Menurut saksi, gelombang tsunami yang menerjang Kampung Sumur terjadi sebanyak tiga kali. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Rincian jumlah kerusakan tersebut yakni sebanyak 446 rumah di Banten dan 371 rumah di Lampung. Selain itu, 11 hotel juga mengalami kerusakan yakni sembilan hotel di Banten dan dua hotel di Lampung.

"Satu masjid di Lampung yang terdampak (musibah tsunami)," katanya, seperti dilansir Antara.

Selain itu, 85 warung mengalami kerusakan yang terdiri atas 60 warung di Banten dan 25 warung di Lampung. Juga 245 kendaraan bermotor (73 kendaraan di Banten dan 172 kendaraan di Lampung) serta 557 perahu (350 perahu di Banten dan 207 perahu di Lampung) rusak akibat tsunami yang terjadi pada Sabtu malam itu.

Tsunami melanda kawasan sekitar Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam, menimbulkan korban jiwa dan kerusakan di sebagian daerah Banten dan Lampung.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Senin pukul 07.00 WIB musibah tersebut mengakibatkan 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang mengalami luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi yang tersebar di lima kabupaten yakni Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

Ribuan personel gabungan TNI, Polri, BNPB, Basarnas, sejumlah kementerian lembaga, relawan dan masyarakat saat ini masih berusaha mengevakuasi dan mencari para korban.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya