BNPT: Sinergitas Penanggulangan Terorisme 2018 Berjalan Mulus

Sestama BNPT Asep Adang Supriyadi, menyebut masalah terorisme tidak mudah, khususnya deradikalisasi.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 27 Des 2018, 14:01 WIB
Diterbitkan 27 Des 2018, 14:01 WIB
Aksi Serangan Teroris
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan, sinergitas antara kementerian dan lembaga untuk membantu program penanggulangan terorisme, berdampak signifikan dan berjalan baik. Setidaknya di Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Hal ini disampaikan Kepala BNPT Suhardi Alius dalam penyampaian laporan pelaksanaan sinergitas antar K/L, program penanggulangan terorisme Tahun 2018.

"Selama 9 bulan sejak April 2018, program sinergitas telah melakukan banyak hal dengan melakukan program kontra radikalisasi, deradikalisasi, dan pemenuhan sarana," kata Suhardi di Jakarta, Kamis (27/12/2018).

"Beberapa pendekatan terhadap kelompok sasaran program juga sudah dilakukan, baik berdasar ekonomi, sosial budaya, dan lintas agama. Dukungan pada ormas juga telah dilakukan. Kita patut bersyukur bahwa program sinergitas berhasil dijalankan," imbuh dia.

Meski demikian, pelaksanaannya masih ada yang perlu dievaluasi. "Evaluasi tetap dilakukan, mengingat masih banyak hal yang perlu dibenahi, agar pelaksanaan sinergitas ke depan lebih baik," ungkap Suhadi.

Senada, Sestama BNPT Asep Adang Supriyadi, menyebut masalah terorisme tidak mudah, khususnya deradikalisasi.

"Deradikalisasi, itu tidak mudah karena di dalam maupun di luar penjara sudah dilakukan. Kalau kooperatif akan kita bina di BNPT, kalau tidak ke Nusa Kambangan," jelasnya.

Menko Polhukam Wiranto, juga menegaskan, pekerjaan ini memang tak bisa bekerja sendiri. Apalagi masalah terorisme kompleks.

"Kita harus kerja sama, harus sinergi. Ini kan Kelompok yang tidak tersentuh oleh keadilan dan kemakmuran. Misalnya NTB seperti apa. Itu gampang terpapar, kalau kita tidak segera rangkul. Dan untuk merangkul ini tak bisa sendiri," pungkasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Penangkapan Teroris Jelang Natal dan Tahun Baru

Aksi terorisme dan teroris masih menjadi ancaman jelang pengamanan Natal dan tahun baru. Polisi telah melakukan berbagai upaya pencegahan, salah satunya dengan menangkap para terduga teroris.

"Khusus jelang Natal dan tahun baru, sebulan terakhir ini sudah ditangkap 21 orang (terduga teroris) di tujuh wilayah," ujar Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian usai rapat koordinasi persiapan pengamanan Natal dan tahun baru di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu 19 Desember 2018.

Penangkapan besar-besaran dilakukan pascapertemuan bom bunuh diri di sejumlah tempat di Surabaya, Jawa Timur pada Mei 2018 lalu. Operasi itu juga didukung dengan penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Terorisme yang baru disahkan DPR tahun ini.

"Semenjak kasus bom Surabaya, kita sudah lakukan penangkapan dalam rangka pencegahan namanya preemtif strike dengan UU baru Nomor 5 tahun 2018, ada sebanyak 372 orang (teroris) yang sudah ditangkap," tutur Tito.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya