Literasi Politik Bisa Tangkal Hoaks Jelang Pemilu 2019

Wakil Ketua Umum Majelis Pemuda Islam Indonesia (MPPI) Arif Fahrudin menyatakan, literasi politik sangat diperlukan untuk mengatasi penyebaran hoaks yang masih jelang Pemilu 2019.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 06 Mar 2019, 07:03 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2019, 07:03 WIB
Ilustrasi hoax
Ilustrasi hoax (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Majelis Pemuda Islam Indonesia (MPPI) Arif Fahrudin menyatakan, literasi politik sangat diperlukan untuk mengatasi masalah hoaks yang marak jelang Pemilu 2019.

"Dengan pemahaman literasi politik, masyarakat tidak akan mudah terpengaruh sebuah hoaks atau ujaran kebencian," ujarnya, Rabu (6/3/2019).

Menurut Arif tahun politik 2019 ibarat ombak besar karena terdapat gelombang di dalamnya, yakni gabungan pelaksanaan pileg serta Pilpres bersamaan. 

Eskalasi politik meninggi, ditambah dengan penggunaan sosial media (sosmed) yang sedang tinggi-tingginya. Itu sebabnya, pihak harus bersama untuk mendukung pemilu 2019 damai.

"Penyelenggara negara beserta elemen-elemen masyarakat harus aktif mewujudkan pemilu damai dan menyenangkan, bukan justru pemilu yang saling curiga saling intimidasi," terangnya.

Dia menilai pemilu ini adalah media proses terwujudnya good governance.

"Umat Islam sendiri akan menemukan rahmatnya, ibadahnya tenang karena difasilitasi kehidupan agamanya oleh negara," ungkapnya. 

Arief percaya masyarakat semakin cerdas mengkonsumsi informasi yang sehat dan positif, yang sifatnya tidak mencerai-beraikan.

"Kalau di  dunia nyata ustaz bilang jangan suka fitnah, maka jangan sebar fitnah didunia maya," saran Arief.

Ia juga memberikan apresiasi dan dukungan penuhnya terhadap aparat kepolisian yang sigap dan tegas dalam menangani kasus-kasus hoaks belakangan ini.

Aplikasi Penyaring

Sementara itu, Wakil Ketua MPII lainnya, Nur Khamin sepakat literasi  atau kesadaran dalam membaca situasi efektif mengurangi hoaks.

Langkah harus didukung aplikasi yang mampu memfilter hoaks. Ajang konsultasi dan sharing antar masyarakat pengguna medsos perlu dilakukan sebelum pelaksanaan pemilu demi menghindari efek negatif.

"Energi warga medsos sebaiknya jangan hanya terfokus pada urusan pemilu, kalaupun tentang pemilu jadikankah semacam wisata pemilu yang berlangsung lima tahun sekali dan berisikan hal-hal yang meggembirakan, jangan hanya tersedot pada hiruk-pikuknya pemilu," ujar Nur.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya