Fakta Unik Paniki, Kuliner Khas Manado yang Menggugah Selera

Sebelum dimasak, kelelawar biasanya dibersihkan dengan cara dibakar bulunya hingga habis, lalu dicuci bersih sebelum dipotong-potong

oleh Panji Prayitno Diperbarui 12 Apr 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2025, 00:00 WIB
Fakta Unik Paniki, Kuliner Khas Manado yang Menggugah Selera
Paniki... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Manado Sulawesi Utara dikenal sebagai surganya kuliner dengan cita rasa yang kuat, pedas, dan kaya rempah. Salah satu hidangan khas yang paling unik dan kontroversial dari daerah ini adalah Paniki, masakan berbahan dasar daging kelelawar yang dimasak dengan bumbu rica-rica atau santan.

Meski bagi sebagian orang terdengar ekstrem, bagi masyarakat Minahasa, paniki adalah hidangan istimewa yang sudah turun-temurun menjadi bagian dari tradisi kuliner mereka. Dengan kombinasi rempah yang kuat dan teknik memasak khas Manado, paniki tidak hanya menawarkan rasa yang lezat tetapi juga dipercaya memiliki manfaat kesehatan tertentu.

Dalam budaya Minahasa, konsumsi daging eksotis seperti tikus hutan, ular, dan kelelawar bukanlah hal yang aneh. Paniki sendiri mengacu pada kelelawar pemakan buah (Pteropus) yang banyak ditemukan di hutan Sulawesi.

Daging kelelawar dipercaya memiliki tekstur unik, sedikit kenyal, dan rasa yang khas. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, paniki sering dikaitkan dengan energi dan stamina.

Dagingnya disebut-sebut mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan menghangatkan badan, sehingga sering dikonsumsi oleh mereka yang ingin memperoleh tambahan energi atau yang sedang dalam masa pemulihan dari penyakit.

Sebelum dimasak, kelelawar biasanya dibersihkan dengan cara dibakar bulunya hingga habis, lalu dicuci bersih sebelum dipotong-potong. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bau khas kelelawar yang cukup menyengat dan memastikan dagingnya lebih mudah menyerap bumbu.

Setelah itu, daging bisa dimasak dengan berbagai cara, tetapi dua metode yang paling populer adalah paniki rica-rica dan paniki bersantan. Paniki rica-rica adalah versi paling populer dari masakan ini.

Rica-rica sendiri merupakan bumbu khas Manado yang berbahan dasar cabai, bawang putih, bawang merah, jahe, serai, daun jeruk, dan perasan jeruk nipis. Kombinasi rempah yang kuat ini menghasilkan rasa pedas, segar, dan sedikit asam, yang mampu menghilangkan bau amis dari daging kelelawar dan membuatnya semakin nikmat.

Menggugah Selera

Proses memasaknya cukup sederhana. Setelah daging kelelawar dibersihkan dan dipotong-potong, bumbu rica-rica ditumis hingga harum. Kemudian, daging dimasukkan dan dimasak bersama bumbu hingga meresap.

Beberapa orang menambahkan sedikit air atau kaldu agar daging lebih empuk, tetapi sebagian lainnya lebih suka memasaknya hingga kering dan bumbu benar-benar menempel. Hasil akhirnya adalah hidangan dengan cita rasa pedas yang kuat, cocok disantap bersama nasi hangat dan lalapan segar.

Bagi yang kurang menyukai rasa pedas yang terlalu dominan, paniki juga bisa dimasak dengan santan, mirip seperti gulai atau opor. Proses memasaknya hampir sama, tetapi kali ini bumbu yang digunakan lebih beragam, termasuk kunyit, kemiri, ketumbar, dan daun pandan, yang semuanya berkontribusi pada aroma dan rasa gurih yang khas.

Setelah daging ditumis dengan bumbu dasar, santan kental ditambahkan, lalu dimasak dengan api kecil hingga daging empuk dan kuah mengental. Kombinasi santan dan bumbu rempah menciptakan hidangan yang kaya rasa, gurih, dan sedikit manis, membuat paniki bersantan menjadi pilihan yang lebih bersahabat bagi mereka yang tidak terlalu tahan dengan pedasnya rica-rica.

Meskipun paniki adalah makanan tradisional yang banyak digemari di Sulawesi Utara, konsumsi daging kelelawar juga mendapat sorotan dari sisi kesehatan. Kelelawar diketahui dapat menjadi pembawa berbagai jenis virus dan bakteri, sehingga pengolahan dan memasak yang benar sangat penting untuk memastikan keamanan konsumsi.

Para ahli kesehatan menyarankan agar daging kelelawar dimasak dengan suhu tinggi dan waktu yang cukup lama untuk membunuh patogen yang mungkin ada. Selain itu, ada juga perdebatan mengenai keberlanjutan konsumsi kelelawar.

Beberapa spesies kelelawar mengalami penurunan populasi akibat perburuan berlebihan. Oleh karena itu, sebagian pihak mulai menyuarakan pentingnya konservasi kelelawar, terutama yang berperan dalam ekosistem sebagai penyebar biji dan penyerbuk tanaman.

Paniki salah satu warisan kuliner khas Manado yang mencerminkan kekayaan budaya dan keberanian masyarakat Minahasa dalam bereksperimen dengan bahan makanan yang tidak biasa.

Baik dimasak dengan rica-rica yang pedas menyengat maupun dengan santan yang gurih dan kaya rempah, paniki tetap menjadi sajian yang menggugah selera bagi mereka yang berani mencoba.

Namun, penting untuk selalu mempertimbangkan aspek kesehatan dan keberlanjutan sebelum mengonsumsi hidangan ini. Apakah Anda tertarik mencicipi paniki jika berkunjung ke Manado?

Penulis: Belvana Fasya Saad

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya