Liputan6.com, Jakarta - Foto keakraban Letjen Doni Monardo yang kini menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan mantan Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao, beredar. Doni Monardo dan Xanana tengah berbincang dalam foto itu.
Rupanya, foto tersebut baru dijepret Rabu (23/1/2019) pagi tadi di Hotel Sultan Jakarta.
Baca Juga
Namun siapa sangka, hampir 30 tahunan yang lalu, keduanya pernah saling mengintai, mencari, mengadang, bahkan terlibat baku tembak?
Advertisement
Sejarah antara Doni dengan Xanana berawal saat Doni bertugas di operasi militer ke Timor Leste, jauh sebelum Timor Leste merdeka.
Ya, ketika itu, Doni masih bergabung dengan Komando Pasukan Khusus sebagai Dansat Intel Kopassus dan ditugaskan di Timor Leste. Sementara, Xanana merupakan target utama dari operasi tersebut.
Hal ini diceritakan asisten Doni, Tedy Novanandita saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (23/1/2019).
"Kejadiannya, sudah lama waktu Pak Doni di Timor Leste. Titik sentralnya (Timor Leste) Xanana karena Xanana itu dipatuhi sekali oleh sayap militernya yaitu Falintil maupun sayap politiknya Fretilin. Xanana itu jadi target utama (penangkapan) dari tahun 1970-an akhir lah," ujar Tedy.
Menurut dia, Doni selalu menggunakan pendekatan kemanusiaan saat bertugas militer di Timor Leste. Pendekatan kemanusiaan ini ditujukan kepada semua pihak, tak terkecuali jaringan bawah tanah Timor Leste, Klandestin.
Baku tembak hanya dilakukan Doni apabila lawan menyerang timnya terlebih dahulu sebagai upaya membela diri. Jika tidak, maka Doni enggan melakukan baku tembak.
"Misalnya, nih dengan bapaknya Perdana Menteri Timor Leste sekarang, Taur Matan Ruak yang dulu panglima angkatan bersenjata komandan Falitil itu, beliau (Doni) datang ke rumahnya bapaknya Pak Taur itu padahal di daerah musuh, datang sendirian, bawa beras, bawa pakaian, dikasih," ucap Tedy.
Menurut dia, Doni bahkan tak segan mendatangi keluarga-keluarga pentolan Falintil dengan membawakan beras, makanan, dan baju.
Oleh karena itu, masyarakat Timor Leste pun mulai simpatik dengan Doni Monardo dan memberikan informasi penting.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tangkap Xanana Gusmao
Dari sanalah, menurut Tedy, Doni mengenal Antoni yang merupakan pimpinan jaringan bawah tanah Timor Leste, Klandestin.
Doni kemudian mendapatkan informasi dari Antoni tentang lingkaran orang-orang yang berada di sekitar Xanana, namanya adalah Boskow.
"Akhirnya kita deketin keluarganya Boskow. Kita cari Boskow. Kita pendekatannya juga baik, kemanusiaan, kita kasih makan, kita rawat dia. Akhirnya Boskow ini memberikan informasi bahwa Xanana itu ada di Dili," kata Tedy.
Mengetahui keberadaan Xanana di Dili, maka Doni bersama timnya, yaitu Komandan Aitara yang terdiri dari Mahidin Simbolon, Teddy Lhaksamana, Agus Surya Bhakti, dan Dadang Hendrayudha mengintai Xanana.
Sampai akhirnya pada suatu pagi pada November 1992, ketika Xanana hendak pergi mandi, Doni dan timnya menangkapnya. Penangkapan Xanana terjadi tanpa ada kekerasan ataupun tembak-tembakkan. Sehingga, Xanana mau dibawa oleh Kopassus, padahal di sampingnya ada senjata yang siap menembak kapan saja.
"(Xanana) Dibawa ke markasnya Kopassus di Dili. Di situ disuguhin, dikasih kopi, makanan ringan semuanya, diobati, kan biasa kalau para pejuang-pejuang gitu kan penyakitnya penyakit dalam, diobatin, dibawa ke rumah sakit," tutur Tedy.
Advertisement
Mulai Akrab
Perlakuan Doni kepada Xanana sangat baik dan manusiawi. Sehingga, ketika Xanana yang pernah menjadi Presiden dan Perdana Menteri Timor Leste itu mengunjungi Indonesia, bertemu dengan Doni di Hotel Borobudur Jakarta.
Kala itu Xanana juga mengajak pentolan-pentolan Timor Leste. Pada pertemuan tersebut juga ada tim yang menangkap Xanana.
Pertemuan yang dilanjutkan dengan ngopi bareng itu tak terasa berlangsung selama 6 jam. Pertemuan ini terjadi pada 2013 silam.
Tak berhenti sampai di situ, ketika mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan kunjungan ke Timor Leste, Doni dan Xanana kembali bertemu. Saat itu Doni menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres).
"Nah dari situ ngobrol, akrab lagi (Doni) dengan Xanana, ke rumahnya Xanana kasih pohon nangkadak dan pohon itu sampai sekarang masih ditanam di halaman rumahnya Xanana," cerita Tedy.
Berawal dari situ, Doni yang memang memiliki hobi menanam, menawarkan Xanana agar penghijauan dilakukan di Timor Leste. Xanana pun langsung menyetujui hal tersebut.
Indonesia pun saat itu mengirimkan 30 ribu bibit pohon ke Timor Leste.
"Kejadiannya sekitar 4 tahun yang lalu, sebelum ulang tahun Kopassus yang ke-63 (tahun 2015). Terus akhirnya dikirim pohon sebanyak 30 ribu, terus kita dikasih lahan di daerah Liquisa, Timor Leste. Kemudian di Liquisa pohonnya udah tinggi-tinggi dan dibagi pada masyarakat semua. Dan saat pembagian itu, itu semua pentolan-pentolannya Timor Leste pada datang, mereka berangkulan saling nangis," papar Tedy.
Diakui Tedy, komunikasi dan pertemuan antara Doni dan Xanana masih intens dilakukan. Keduanya akrab hingga kini meski pernah menjadi musuh.
Akrab dengan Pentolan Timor Leste
Tak hanya dengan Xanana, rupanya Doni juga akrab dengan pentolan Timor Leste yang lain. Salah satunya adalah Taur Matan Ruak yang kini menjadi Perdana Menteri Timor Leste.
"Mereka akrabnya luar biasa. Bahkan waktu Pak Taur ultah, Pak Doni memberikan kado ulang tahun khusus kepada Pak Taur sampai Pak Taur itu ketika ketemu saya sampai saya dipeluk nangis. Dia terharu sekali dengan apa yang dilakukan Pak Doni," ucap Tedy.
Selain itu, ada pula Jenderal Lere Anan Timor yang kala itu datang perayaan ulang tahun Kopassus ke-63 memenuhi undangan Doni.
"Jadi ketika ulang tahun Kopassus ke-63, Pak Doni punya ide untuk mengumpulkan yang bersebrangan dengan Kopassus. Akhirnya kita undang GAM dari Aceh, Fretelin Falitil dari Timor Leste, OPM, akhirnya mereka pada datang ke Kopassus," kata Tedy.
"Jadi waktu itu yang diundang dari Timor Leste itu cuma 20 orang, tapi akhirnya yang datang ke Indonesia, ke markasnya Kopassus itu lebih dari 20 orang, ada 120 orang datang. Itu semuanya pimpinan militer dan pimpinan pemberontakannya dengan biaya masing-masing. Mereka secara sukarela ingin lihat markas Kopassus seperti apa, terus Pak Doni tuh bagaimana, jadi ketemu tuh. Dan baru kali ini di dunia sejarah yang pernah saling tuduh, saling perang itu bisa damai," sambung dia.
Advertisement
Ditemui Presiden Timor Leste
Tedy bercerita, sekitar tiga bulan yang lalu, Presiden Timor Leste yang sekarang Francisco Guterres atau Lu Olo bertemu secara khusus dengan Doni. Pertemuan tersebut hanya sekedar mengucapkan terima kasih kepada Doni.
"Pentolannya Fritelin yang namanya Lu Olo, sekarang Presiden Timor Leste, itu sekitar 3 bulan yang lalu itu bertemu khusus dengan Pak Doni cuma mau rangkulan mengucapkan terima kasih karena Pak Doni sudah memperlakukan para tahanan Timor Leste, baik itu yang militer, maupun yang bukan, secara manusiawi, tidak disiksa, tidak dibunuh, tapi dikasih makan, baju, dipersilakan main bola di belakang tahanan, dipersilahkan nonton TV," kata Tedy.
"Jadi Lu Olo ini khusus datang mengucapkan terima kasih karena selama Pak Doni tugas di Timor Leste, itu Kopassus memperlakukan mereka para prajurit maupun jaringan bawah tanah secara manusiawi. 3 bulan yang lalu di Hotel Sultan juga," lanjut dia.