Ratas Pendidikan Vokasi, Jokowi Minta Sistem Pendidikan Diperbaiki

Jokowi menggelar rapat terbatas terkait pendidikan dan pelatihan vokasi bersama para menteri kabinet kerja di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (16/5/2019).

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mei 2019, 20:16 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2019, 20:16 WIB
Jokowi Pimpin Rapat Kabinet Evaluasi Penangan Bencana Alam
Presiden Joko Widodo didamping Wakil Presiden Jusuf Kalla saat mengikuti rapat kabinet pariurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/10). Rapat kabinet pariurna tersebut membahas evaluasi penangan bencana alam. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas terkait pendidikan dan pelatihan vokasi bersama para menteri kabinet kerja di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (16/5/2019).

"Tadi kita membahas dari sisi suplainya, sisi pendidikan, dan pelatihan. Jadi sebenarnya jumlah BLK dan SMK itu banyak, belasan ribu, tapi sekarang yang menjadi concern adalah kualitas dan kecocokan dengan bidang kerja," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro usai rapat di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis.

Sehingga kata Bambang, Jokowi meminta agar semua SMK, Badan Latihan Kerja memperbaiki pendidiknya. Salah satunya yaitu memiliki sertifikat, kompetisi yang dihasilkan sekolah. Sehingga nantinya murid-murid yang membutuhkan pekerjaan bisa mendapatkan lebih cepat.

"Sehingga tadi Presiden meminta agar semua SMK, BLK, benar-benar dilihat seperti apa kualitasnya kemudian sertifikasi kompetensi apa yg bisa dihasilkan dari sekolah-sekolah tersebut yang nantinya sesuai dengan kebutuhan kerja," lanjut Bambang.

Sebab itu, Jokowi meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menristekdikti Mohamad Nasir, serta Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri untuk melihat beberapa SMK yang tidak berkualitas dan memperbaikinya.

"Cuma sekarang kita tidak bisa memulai dari nol jadi kita harus memanfaatkan yang ada. Yang ada ini harus, bukan masalah jumlah rasio guru atau segala macam,tapi adalah kecocokan dari keahlian dan ketrampilan lulusan dengan yang dibutuhkan pasar kerja. Sisi suplay harus mendengar sisi kebutuhan," kata Bambang.

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya