Liputan6.com, Jakarta - Usai hajatan Pemilu 2019 dan rekonsiliasi telah dilakukan, partai-partai yang menjadi oposisi, seperti Demokrat, PAN, dan Gerindra, disebut-sebut akan masuk koalisi Jokowi-Ma'ruf. Salah satu konsekuensinya, partai ini diprediksi mendapatkan jatah kursi di kabinet.
Ketua DPP PPP Rusli Effendi menilai bergabungnya oposisi, sebenarnya adalah kewenangan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi sendiri.
Baca Juga
"Bagi kita PPP dari dulu kan sudah memberikan pilihan untuk memilih Pak Jokowi. Kalau ada perkembangan baru, dinamika politik, keinginan pihak sebelah katakan ingin bergabung, itu adalah sesungguhnya kehendak Pak Jokowi," kata Rusli di Kantor DPP PPP, Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Advertisement
Saat ditanya apakah PPP Ikhlas? Dia hanya menuturkan, pihaknya siap bekerja sama.
"Bagi PPP, kita siap dengan siapapun berkerja sama. Karena kita ingin membangun bangsa ini bersama," ungkap Rusli.
Jangan Berpikir Kursi
Senada, Wakil Sekjen PPP Ahmad Baidowi mengungkapkan, jangan berpikir kursi untuk parpol koalisi akan berkurang, jika oposisi bergabung.
"Pendekatannya jangan selalu berkurangnya kursi koalisi. Ada parpol oposisi bergabung, alokasi kursi bertambah. Kenapa tidak? Jangan selalu mengurangi jatah. Kalau dapat alokasinya di luar jatah koalisi, ya apalagi kan," pungkas Baidowi.
Advertisement