Kala Dewan Pers Angkat Suara soal Disrupsi Media di Era Digital

Akses dunia digital yang kini terbuka lebar, membuat banyak masyarakat yang bukan jurnalis juga berlomba menghasilkan konten yang tidak kalah dari karya jurnalistik.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 07 Agu 2019, 18:26 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2019, 18:26 WIB
Media Sosial
Ilustrasi Media Sosial. (sumber: Pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Asep Setiawan, anggota Dewan Pers, mengakui disrupsi media di era digital sudah tak dapat terhindarkan. Satu sisi, digital era memberikan peluang baru, kendati di lain sisi adalah sebaliknya.

“Peluangnya adalah insan pers dapat mengembangkan karyanya dalam multiplatform, tapi tantangannya berkembangnya digitalisasi justru malah menimbulkan kesulitan,” kata Asep dalam diskursus bertem The Biggest Challenge of Jpurnalism in Digital Era yang dihelat oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa 6 Agustus 2019.

Asep melihat, akses dunia digital yang kini terbuka lebar, membuat banyak masyarakat yang bukan jurnalis juga berlomba menghasilkan konten yang tidak kalah dari karya jurnalistik.

"Tentu hal ini membuat insan pers berpikir lebih keras untuk menghasilkan konten yang lebih berkualitas,” lanjut dia.

Tantangan lain terhadap dunia jurnalistik, lanjut Asep, adalah disinformasi atau hoaks yang sengaja diproduksi pihak tidak bertanggungjawab untuk tujuan tertentu.

Solusinya, insan pers didorong untuk lebih ideal mengedukasi masyarakat dengan memberikan nilai jurnalisme dalam tiap karyanya.

“Mencegah merebaknya ini pers di Indonesia kembali ke jurnalisme misi jurnalisme sesungguhnya, yaitu dengan tujuan mengedukasi, memberikan informasi, menyebarkan nilai keterbukaan yang bisa muncul dalam setiap karya dibuat,” Asep meandasi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya