Liputan6.com, Jakarta Musisi Bimo Sulaksono yang dikenal sebagai pendiri sekaligus personel grup musik Juliet Project, rupanya memiliki perhatian yang cukup besar terhadap insan pers di Tanah Air. Pada Hari Pers Nasional, Minggu (9/2/2025), Liputan6 membuat video monolog yang menyorot perjuangan dan resiko para jurnalis dalam mengungkap fakta.
Menyaksikan video Narasi Terakhir | Monolog Liputan6, Bimo Sulaksono memberikan semangat kepada para jurnalis, yang membuat kita tersadar kembali bahwa pers hingga hari ini masih tetap merupakan pilar keempat demokrasi, termasuk di Indonesia.
Advertisement
"Jadi menurut pendapat gua, menyuarakan berita kebenaran itu adalah value yang mutlak, tanggung jawab moral dan etika dari suatu berita pers. Jadi enggak usah ragu dan takut untuk menyuarakan berita kebenaran!" ucap Bimo Sulaksono, melalui pesan suara kepada tim Showbiz Liputan6.com, Selasa (11/2/2025).
Advertisement
Bimo juga mengingatkan para insan pers agar tak takut dalam mengungkapkan fakta terhadap sejumlah oknum pemangku jabatan yang selama ini hanya memikirkan kepentingan kelompoknya ketimbang memperhatikan kebutuhan masyarakat.
"Jangan gentar pada (oknum) para penguasa yang mengatur-atur, namun tujuannya hanya untuk kepentingan kelompok mereka saja," ujar musisi yang juga personel band Romeo ini menyerukan.
Esensi Pers dan Kekuatan Rakyat
Sebelum menutup pernyataan bernada memberi semangat ini, Bimo Sulaksono menekankan esensi kehadiran pers di seluruh dunia ini. Esensi tersebut berpegang pada peran pers di hadapan masyarakat.
"Jadi, pers itu adalah penyambung lidah rakyat! Tetap suarakan power to the people, the people power! Yes, semangat!" seru Bimo mengakhiri.
Advertisement
Dunia Merayakan Hari Pers
Setiap tahun, dunia merayakan Hari Pers, sebuah momen untuk mengingat kembali peran penting pers dalam membentuk masyarakat dan negara. Namun, perayaan tersebut sering kali tidak terlihat semeriah yang dibayangkan.
Hari Pers bukan hanya tentang perayaan atau pidato-pidato yang membicarakan kebebasan, demokrasi, dan pers sebagai pilar keempat demokrasi. Terkadang, yang tampak adalah meja kerja yang berantakan, tumpukan berita yang belum terselesaikan, dan ingatan tentang rekan-rekan yang telah gugur dalam tugas.
Bagi banyak jurnalis, kata-kata "kami bukan pahlawan" menjadi sebuah kenyataan pahit yang mengingatkan bahwa meskipun jurnalis seringkali menjadi saksi sejarah, mereka tidak mencari gelar atau pujian. Mereka menjalankan tugas mulia untuk mencatat kebenaran, meskipun di tengah ancaman atau bahaya yang mengintai.
Dalam setiap tulisan, setiap laporan, mereka berusaha menegakkan nilai-nilai kebebasan dan demokrasi, meskipun kerap kali harus membayar harga yang sangat mahal.
Â
Â
Seharusnya Menjadi Momen Refleksi
Hari Pers seharusnya menjadi momen refleksi, bukan sekadar pesta. Sebuah pengingat bahwa di balik layar pemberitaan dan di tengah ketakutan yang mendera, ada keyakinan yang tak boleh padam: bahwa meskipun menghadapi segala tantangan, seseorang harus tetap menulis. Seseorang harus tetap bersaksi.
Meskipun itu adalah narasi terakhir. Meskipun itu adalah pengorbanan yang tak terbayarkan.
Hari ini, ketika kita memperingati Hari Pers, marilah mengingat bukan hanya pada mereka yang telah mengorbankan hidupnya dalam menjalankan tugas jurnalisme, tetapi juga mereka yang terus berjuang tanpa henti untuk mengungkapkan kebenaran.
Semangat mereka adalah semangat yang tak boleh padam, dan semoga tetap menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjaga kebebasan pers sebagai fondasi yang tak tergoyahkan dalam setiap demokrasi.Â
Selamat Hari Pers untuk seluruh jurnalis di Indonesia.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)