Liputan6.com, Banjarbaru - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon menegaskan peran penting pers dalam mengawal ketahanan pangan dan menjaga identitas budaya bangsa, hal ini disampaikan pada puncak Hari Pers Nasional (HPN) di kawasan kantor Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), Banjarbaru, Minggu (9/2/2025).
Ia juga menyoroti bahwa pers tidak hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai pengawal kebijakan, pembangun kesadaran masyarakat, serta penjaga transparansi dan akuntabilitas di sektor-sektor vital, termasuk pangan.
Advertisement
"Tanpa pers yang berkualitas, kebijakan pangan bisa kehilangan transparansi, tanpa jurnalisme berbasis data, masyarakat bisa terjebak dalam miskomunikasi, dan tanpa narasi yang kuat, kearifan pangan kita bisa terkikis oleh globalisasi," ujar Fadli Zon.
Advertisement
Baca Juga
Ia menjelaskan bahwa tahun 2024 membawa tantangan besar bagi ketahanan pangan, terutama bagi negara dengan populasi tinggi seperti Indonesia, perubahan iklim yang berdampak pada fluktuasi produksi beras, rantai pasok, dan harga bahan pokok menjadi tantangan serius, namun, di balik tantangan tersebut, Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai swasembada pangan.
Pemerintah, di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, berkomitmen untuk mewujudkan kedaulatan pangan melalui berbagai langkah strategis, seperti modernisasi pertanian, digitalisasi sistem pertanian, revitalisasi cadangan pangan, serta stabilisasi harga gabah demi meningkatkan kesejahteraan petani.
Selain itu, Fadli Zon menekankan pentingnya mengakar pada kearifan budaya dalam membangun ketahanan pangan, nusantara memiliki sistem pangan yang telah berkembang selama ribuan tahun, berbasis ekosistem berkelanjutan dan kearifan lokal.
Ia mencontohkan sistem irigasi di Bali yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak 2012, serta model pangan lokal lainnya seperti sagu di Papua dan Maluku, ubi dan jagung di Nusa Tenggara, hingga minyak padi di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
"Kementerian Kebudayaan terbuka untuk kolaborasi dalam mendukung digitalisasi kebudayaan dan sejarah bangsa, memfasilitasi ruang bagi insan pers dan sastrawan untuk berkarya, serta meningkatkan program pelatihan jurnalisme budaya," kata Fadli Zon.
Sebagai bagian dari upaya ini, Kementerian Kebudayaan akan bekerja sama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan lembaga pers lainnya untuk melahirkan lebih banyak jurnalis muda yang memiliki keahlian dalam peliputan budaya.
Hal ini diharapkan dapat memperkuat peran kebudayaan dalam pembangunan nasional. Ia juga mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam pelestarian budaya, dengan mengutip gagasan Benedict Anderson dalam Imagined Communities.
"Media tidak hanya melaporkan realitas, tetapi juga membentuk imajinasi kolektif bangsa, oleh karena itu, mari kita jaga pers yang independen, berkualitas, dan berintegritas, jadikan pers sebagai kekuatan utama dalam memperjuangkan ketahanan pangan, memperkuat identitas budaya, dan mengawal masa depan Indonesia," tutupnya.
Â