Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengucapkan selamat Hari Pers Nasional (HPN) yang diperingati setiap tanggal 9 Februari. Menag berharap, pers Indonesia terus berkembang maju, serta terdepan dalam mengedukasi, dan mencerahkan umat.
Menurut dia, peran pers sangat penting tidak hanya sebagai pilar demokrasi, namun juga dalam pelestarian alam dan mewujdukan ketahanan pangan. Nasaruddin mengapresiasi peran pers dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan kerukunan umat beragama di Indonesia.
Baca Juga
"Selamat Hari Pers Nasional. Terus jadi pencerah umat dalam melestarikan alam untuk menjaga ketahanan pangan Indonesia," kata Nasaruddin dikutip dari siaran persnya, Minggu (9/2/2025).
Advertisement
"Terima kasih atas jalinan kerja sama antara pers dan Kementerian Agama dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan kerukunan umat beragama di Indonesia, termasuk dalam upaya menjaga harmoni alam," sambungnya.
Nasaruddin memuji tema Hari Pers Nasional 2025, 'Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa'. Dia mengatakan, tema ini sangat relevan dengan konteks global masa kini, di mana dunia tengah dihadapkan pada kerusakan iklim.
Berdasarkan laporan World Bank tahun 2023, lebih 216 juta orang di enam kawasan dunia berisiko mengalami migrasi paksa akibat perubahan iklim pada 2050.
Sementara itu, Global Risk Report 2024 dari World Economic Forum (WEF) menempatkan perubahan iklim sebagai salah satu ancaman utama bagi stabilitas global dalam satu dekade mendatang
Peran Pers Terhadap Kelestarian Lingkungan
Nasaruddin menuturkan, menjaga kelestarian lingkungan dan juga ketahanan pangan menjadi tugas keagamaan. Dia mengingatkan upaya melestarikan lingkungan bukan hanya tugas pemerintah atau aktivis lingkungan, tetapi juga tanggung jawab kolektif umat manusia.
Imam Besar Masjid Istiqlal itu juga menyampaikan, pers berperan sebagai sumber inspirasi atas berbagai keberhasilan aksi iklim yang dilakukan umat dalam melestarikan alam. Tak hanya itu, kata dia, pers berperan penting dalam mengungkap beragam praktik eksploitatif yang berakibat pada kerusakan alam dan mengancam ketahanan pangan.
"Setiap agama mengajarkan pentingnya pelestarian alam dan melarang tindakan perusakan. Sinergi pers, umat dan aparat sangat strategis dalam mengawal asta cita Presiden Prabowo dan Wapres Gibran terkait kemandirian bangsa, ketahanan pangan, dan harmoni alam," tegas Nasaruddin
"Selamat Hari Pers Nasional. Mari bergandengan tangan untuk melaksanakan kewajiban agama dalam merawat lingkungan dan menjaga katahanan pangan bangsa!," ucap Menag menambahkan.
Advertisement
Sejarah Hari Pers Nasional
Peringatan Hari Pers Nasional bermula dari Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ke-16 di Padang pada tahun 1978. Kala itu, para tokoh pers nasional mengusulkan perlunya penetapan hari khusus untuk menghormati kontribusi pers dalam perjuangan bangsa.
Gagasan ini muncul karena pers telah lama berperan sebagai alat perjuangan, menyebarkan informasi tentang kemerdekaan, membangun opini publik, dan memperjuangkan kebebasan berpendapat, bahkan sejak masa penjajahan.
Usulan tersebut kemudian disambut baik dan disetujui. Setelah melalui berbagai proses dan pertimbangan, Presiden Soeharto akhirnya menetapkan tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 5 Tahun 1985. Tanggal 9 Februari dipilih bertepatan dengan hari ulang tahun PWI, organisasi profesi wartawan pertama di Indonesia.
Penetapan HPN memiliki tujuan mulia, yaitu untuk mengembangkan pers nasional yang bebas, bertanggung jawab, dan berlandaskan Pancasila. Hal ini sejalan dengan peran pers sebagai pilar demokrasi dalam mengawal jalannya pemerintahan yang baik dan melindungi kepentingan rakyat.
Peran Pers dalam Sejarah Indonesia
Sejak awal kemerdekaan, pers Indonesia telah memainkan peran krusial dalam membangun bangsa. Pers berperan sebagai penyebar informasi, penjaga transparansi, dan kontrol sosial. Dalam berbagai peristiwa penting, pers selalu berada di garis depan, mencatat sejarah, dan menyuarakan aspirasi rakyat.
Pada masa penjajahan, pers menjadi alat perjuangan melawan penindasan. Para jurnalis berjuang keras untuk menyampaikan kebenaran dan melawan propaganda penjajah. Setelah kemerdekaan, pers terus berperan penting dalam pembangunan nasional, membantu pemerintah dalam menyebarkan informasi pembangunan dan mengedukasi masyarakat.
Advertisement
Tantangan Pers di Era Modern
Di era digital saat ini, pers menghadapi tantangan baru yang kompleks. Munculnya media sosial dan informasi yang tersebar cepat membuat verifikasi informasi menjadi semakin penting. Pers dituntut untuk tetap menjaga akurasi dan objektivitas dalam pemberitaan, serta melawan penyebaran berita bohong atau hoaks.
Selain itu, pers juga menghadapi tantangan dalam menjaga kemerdekaannya. Tekanan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan korporasi, dapat membatasi kebebasan pers dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, penting bagi pers untuk tetap berpegang teguh pada kode etik jurnalistik dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)