Ngadu Boko, Sisi Lain Garut yang Menarik Wisatawan Tanpa Bosan

Ngadu bako membicarakan banyak hal, saling tukar informasi, orbrolan ringan dan santai, jauh dari sikap formal.

oleh stella maris diperbarui 14 Agu 2019, 10:39 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2019, 10:39 WIB
Menpar Arief Yahya
Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Liputan6.com, Jakarta Banyak wisatawan betah di Garut karena kesejukkan suasana yang dikelilingi pegunungan. Makin betah ditambah adanya berbagai kegiatan menarik yang memanjakan wisatawan. Salah satunya Ngadu Bako Jeung Kopi Tubruk.

Ini adalah kegiatan promosi dan gelaran produk tembakau yang digelar di Fave Hotel Garut, 14 Agustus 2019. Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah mengatakan, kegiatan besutan Desperindag ESDM Garut dengan DPP APTI, serta Komunitas Paduders itu sangat bagus.

Acara itu bukan saja menghadirkan atraksi wisata untuk wisatawan tetapi juga membuka opsi lain untuk mendukung pariwisata Garut. Ngadu bako sendiri merupakan tradisi ngobrol ngalor-ngidul yang ada dikalangan masyarakat Garut. Banyak hal yang dibahas di tradisi ngadu bako. Acaranya sangat informal, membincangkan berbagai hal terkait masalah yang ada.

"Ngadu bako membicarakan banyak hal, saling tukar informasi, orbrolan ringan dan santai, jauh dari sikap formal. Tetapi memiliki mutu yang baik karena di set informal jadi makin banyak yang bisa dibicarakan. Termasuk pengembangan agrowisata. Saya kira ini langkah yang tepat. Seluruh stakeholder bersama membuat atraksi wisata dan menghadirkannya untuk menjamu wisatawan," kata Ferdiansyah, Selasa (13/8).

Sementara Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan event ini merupakan ajang pengenalan potensi lain dari Garut. Apalagi Garut selama ini terkenal sebagai penghasil tembakau terbaik di Indonesia. Potensi ini dapat dikembangkan untuk mendukung sektor pariwisata Garut.

Menurut Rudy perkebunan tembakau yang terhampar luas di Garut dapat dikembangkan menjadi agrowisata. Apalagi varietas tembakau yang ditanam di Garut merupakan varietas unggulan. Salah satunya adalah jenis darwati yang telah dipasarkan ke mancanegara, seperti Jerman, Belanda, Prancis hingga Swiss. Di samping itu, pengembangan agrowisata semakin memberikan pilihan destinasi yang lebih luas bagi wisatawan.

"Kami punya Kecamatan Tarogong Kaler merupakan desa penghasil tembakau terluas di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Luasnya mencapai hampir 1.000 hektare. Mulai dari Desa Rancabango hingga Panjiwangi. Ini merupakan aset besar bagi pengembangan agrowisata. Ini potensi yang selama ini belum dilirik. Nah dengan event ini akan coba kita dorong para petani untuk mengembangkannya," ucap Rudy.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, semakin banyak pihak yang masuk mendukung pariwisata, maka percepatan pembangunannya dapat dilakukan. Apalagi garut yang menjadi representasi keindahan Parahyangan. Panoramanya diselimuti pegunungan hijau nan sejuk membuat Garut menyimpan banyak potensi alam yang menakjubkan, termasuk perkebunan tembakau.

"Konsepnya selalu sama 3A. Aksesnya baik, amenitasnya baik lalu didukung dengan atraksi yang berstandar global untuk mengundang wisatawan datang. Itu semua harus didukung oleh komitmen kuat pemimpin daerah dan seluruh stakeholder yang ada. Jika itu terus dilakuka saya yakin pariwisata Garut yang begitu luar biasa akan makin nge-hits lagi," kata Menpar yang juga mantan Dirut Telkom itu.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya