BPPTKG: Letusan Gunung Merapi Diprediksi Masih Terus Terjadi

Gunug Merapi masih berpotensi melontarkan awan panas.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2019, 20:52 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2019, 20:52 WIB
Letusan Gunung Merapi
Letusan Gunung Merapi pada Jumat (1/6/2018) pagi, menyebabkan terjadinya hujan abu di sekitar Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memprediksi, letusan Gunung Merapi masih berpotensi terus terjadi.

"Kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi sebagai indikasi bahwa suplai magma dari dapur magma (Gunung Merapi) masih berlangsung," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida seperti dilansir dari Antara, Minggu (17/11/2019).

Hanik memprediksi, Gunug Merapi masih berpotensi melontarkan awan panas. Material vulkanik tersebut memiliki jangkauan kurang dari radius 3 km dari puncak Gunung Merapi. 

Jangkauan awan panas itu diukur berdasarkan volume kubah lava yang sebesar 416.000 meter kubik. 

"Masyarakat untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 km dari puncak Gunung Merapi," ucap Hanik.

Hanik menjelaskan bahwa peristiwa letusan yang terjadi pada Minggu (17/11/2019) dengan tinggi kolom 1.000 meter pemicunya masih sama dengan letusan sebelumnya, yakni tekanan akumulasi gas vulkanik.

Sedangkan akumulasi gas itu kemungkinan dipicu adanya sumbat lava yang terangkat ke permukaan akibat peningkatan aktivitas Gunung Merapi.

"Adanya aktivitas dari dalam menyebabkan sumbat lava muncul dipermukaan. Dengan adanya sumbat lava kemungkinan gas terakumulasi," kata Hanik.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Hujan Abu

Berstatus Waspada, Begini Penampakan Gunung Merapi
Pemandangan saat Gunung Merapi mengeluarkan asap terlihat dari Kaliadem, Sleman, DIY, Minggu (24/2). BPPTKG juga mengimbau agar radius 3 Km dari puncak Gunung Merapi untuk dikosongkan dari aktivitas penduduk. (Liputan6.com/Gholib)

Sebelumnya pada Sabtu 9 November 2019 lalu, Gunung Merapi juga sempat memuntahkan awan panas dengan tinggi kolom 1.500 meter. Awan panas letusan itu memiliki amplitudo 65 mm dan durasi 160 detik dengan jarak luncuran diperkirakan sejauh 1.500 meter.

Pasca letusan pada 9 November 2019 yakni pada 15-16 November 2019 aktivitas kegempaan Gunung Merapi meningkat. Seismograf mencatat gempa rata-rata vulkano- tektonik dalam (VTA) 15 kali per hari, dan multiphase (MP) 75 kali per hari.

Pada 17 November pukul 00.00-11.00 WIB, BPPTKG mencatat gempa VTA 3 kali, VTB 4 kali, dan MP 16 kali di Gunung Merapi. Peningkatan kegempaan ini diduga mencerminkan akumulasi tekanan gas di bawah permukaan kubah yang berasal dari dapur magma di kedalaman lebih dari 3 km.

Untuk mengantisipasi gangguan abu vulkanik terhadap penerbangan maka VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) diterbitkan dengan kode warna Orange.

Akibat letusan pada Minggu (17/11/2019), hujan abu dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dengan arah dominan ke sektor Barat sejauh 15 km dari puncak yaitu di sekitar wilayah Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya