Seniman Iwan Aswan Tak Masalah Ada Hotel di TIM, Asal Orang Betawi Dapat Ruang

Iwan berkata, serahkan saja pada pengelola apabila TIM akan dibangun apa pun dan itu harus jelas memberi ruang kemaslahatan, terutama bagi orang Betawi.

oleh Liputan Enam diperbarui 04 Jan 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2020, 12:00 WIB
Iwan Aswan berbaju hitam dan berpeci hitam
Acara Revitalisasi TIM dan Seniman Betawi

Liputan6.com, Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan yang didirikan oleh Gubernur Ali Sadikin 10 November 1968. TIM cukup dikenal oleh banyak orang sebagai satu tempat berkumpulnya seniman-seniman dari berbagai penjuru Nusantara, bahkan menjadi pusat terutama pada era 1970 hingga 1980-an.

Akhir-akhir ini sedang ramai pembicaraan revitalisasi TIM, terutama setelah mencuatnya isu penolakan pembangunan hotel di kalangan seniman.

Pelukis dan seniman Betawi, Iwan Aswan, yang baru saja menyelesaikan tur dari berbagai museum seni rupa di Eropa, menyikapi terkait isu tersebut.

Iwan sempat mendapat telepon dari rekannya yang bertanya tentang isu akan dibangun hotel di TIM. “Ada yang telepon saya, nanya, ‘Bang, kok enggak ikut-ikutan soal TIM?’ Biarin aja, jangankan hotel. Menara Eiffel didirikan juga enggak apa-apa,” ucap Iwan di Lembaga Kebudayaan Betawi, Gedung Nyi Ageng Serang Jakarta Selatan (03/1).

Ia menilai bahwa jika dibangun hotel pun tidak masalah karena memang kebutuhan untuk para penampil di Taman Ismail Marzuki. Ia mempersilakan saja pada Pemprov (DKI) agar bisa dikelola dengan baik.

Iwan secara pribadi mengungkapkan bahwa, serahkan saja pada pengelola apabila TIM akan dibangun apa pun dan itu harus jelas memberi ruang kemaslahatan, terutama bagi orang Betawi.

Ia berharap TIM setelah direvitalisasi tidak hanya bangunan beton biasa. Ia mengatakan, “Perlu adanya polesan kesenian Betawi."

Selain itu, dia berpesan agar Masjid Amir Hamzah dibangun lagi. "Bangunlah Masjid Amir Hamzah. Kalau bisa batu prasasti yang ada tandatangan Ali Sadikin ditempel lagi karena itu masjid sejarah,” tutur Iwan.

Direktur Operasional Jakarta Propertindo (Jakpro), Muhammad Taufiqurrachman, mengatakan pada dasarnya Jakpro hanya mengurus fisik bangunan TIM saja. Dan “Rencananya ke depan akan dibuat Ruang Terbuka Hijau yang sebelumnya hanya berjumlah 11 persen, kemudian menjadi 27,2 persen dari area TIM,” tutur Taufiq.

Terkait desain awal yang terdapat wisma seni, Taufiq mengatakan bahwa desain yang dibuat oleh arstike Andra Matin untuk membangun wisma seni berjumlah 40 kamar itu akan bertambah menjadi 200 kamar, agar saat ada acara besar bisa menampung banyak seniman yang menginap dengan layak.

 

(Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ)

Simak Video Pilihan Berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya