BMKG: Gempa Magnitudo 6,3 di Bangkalan karena Gaya Tarikan Lempeng

Hasil analisis BMKG menyebutkan, gempa dengan hiposenter dalam atau deep focus earthquake terjadi di Laut Jawa.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Feb 2020, 10:53 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2020, 10:53 WIB
Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa magnitudo 6,3 mengguncang Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Kamis (6/2/2020) dini hari tadi, pukul 01:12:34 WIB.

Hasil analisis BMKG menyebutkan, gempa dengan hiposenter dalam atau deep focus earthquake terjadi di Laut Jawa dengan episenter terletak pada koordinat 6,43 Lintang Selatan (LS) dan 113,04 Bujur Timur (BT). Atau lebih tepatnya 76 km arah timur laut Bangkalan, Madura dengan kedalaman 641 kilometer. 

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan yang diterima Liputan6.com menyebutkan, getaran gempa dirasakan ke wilayah Bangkalan, Trenggalek, Pacitan, Yogyakarta, Kebumen, Cilacap, Pangandaran, Kuta, dan Kuta Selatan dalam skala intensitas II-III MMI.

"Beberapa warga yang sedang tidak tidur tentu merasa terkejut karena merasakan guncangan yang terjadi secara tiba-tiba," ucapnya. 

Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa. Dan dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami.

Daryono menambahkan, jika dilihat dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Bangkalan merupakan jenis gempa dalam. Lindu terjadi akibat adanya deformasi slab Lempeng Indo-Australia di kedalaman lebih dari 600 km. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Dipengaruhi Gaya Tarikan Slab Lempeng ke Arah Bawah

Gempa dalam dengan hiposenter melebihi 300 km di Laut Jawa ini merupakan fenomena menarik karena jarang terjadi. Secara tektonik, zona Laut Jawa terletak di zona tumbukan lempeng yang memiliki keunikan tersendiri.

Pasalnya, di zona tersebut, Lempeng Indo-Australia menunjam dengan lereng yang menukik curam ke bawah Lempeng Eurasia hingga di kedalaman sekitar 625 km.

Jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa Laut Jawa ini terjadi karena dipengaruhi gaya tarikan slab lempeng ke arah bawah (slab-pull). Karenanya, sudah sangat tepat jika hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa mekanisme sumber gempa ini berupa penyesaran turun.

Dalam peristiwa itu, gaya tarikan lempeng ke bawah tampak lebih dominan. Dominasi gaya tarik lempeng ke bawah itulah yang memicu terjadinya gempa "deep fokus" di Laut Jawa, pada pagi dini hari tadi.

Di wilayah Indonesia gempa dengan hiposenter dalam banyak terjadi di Laut Jawa dan Laut Flores. BMKG mencatat sejak 2016, di wilayah ini paling tidak sudah terjadi lebih dari tujuh kali gempa dalam, sebagai berikut:

1. 24 Agustus 2016, gempa magnitudo 6,1 berpusat di Laut Flores pada kedalaman 537 km.

2. 19 Oktober 2016, gempa magnitudo 6,3 berpusat di Laut Jawa pada kedalaman 615 km.

3. 5 Desember 2016, gempa magnitudo 6,1 berpusat di Laut Flores pada kedalaman 517 km.

4. 24 Oktober 2017, gempa magnitudo 6,4 berpusat di Laut Flores-Banda pada kedalaman 557 km.

5. 23 Juni 2018, gempa magnitudo 5,3 berpusat di Laut Jawa pada kedalaman 662 km.

6. 7 April 2019, ge,pa magnitudo 6,3 berpusat di Laut Flores-Banda pada kedalaman 545 km.

7. 19 Oktober 2019, gempa magnitudo 6,1 berpusat di Laut Jawa pada kedalaman 623 km. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya