Liputan6.com, Jakarta - Psikolog Anak, Seto Mulyadi atau Kak Seto memandang lemahnya peran lingkungan di tempat tinggal remaja wanita (15) pembunuh anak di wilayah Jakarta Pusat. Menurut dia, tak ada peran aktif lingkungan sosial tempatnya tumbuh dan berkembang.
"Saya kira anak ini mengalami gangguan kejiwaan di mana tak ada lagi perhatian dan dukungan dari lingkungannya, jadi pelariannya ke gawai menonton tayangannya yang berpengaruh kekerasan itu," kata Kak Seto saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (8/3/2020).
Kak Seto menyatakan tanda kejiwaan remaja tak stabil diindikasikan dari pengakuannya yang membunuh tanpa rasa penyesalan.
Advertisement
"Dia tak berempati sama sekali tak merasa bersalah juga, dia hanya melakukan apa pun untuk memberi kepuasan," sesal dia.
Karena itu, Kak Seto ingin program yang telah disosialisasikannya sejak tahun 2012 tentang pemberdayaan warga dengan menjadi lembaga RT dan RW, sebagai wadah paling efektif untuk tumbuh kembang lingkungan bisa dengan serius diterapkan.
"Jadi tambahkan seksi perlindungan anak di keorganisasian RT/RW yang bertugas mengumpulkan warga untuk mengingatkan saling peduli dengan anak dengan mendidik anak tanpa kekerasan dan pembiaran," jelas Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Awasi Pertumbuhan Psikologis Anak
Kak Seto juga mengingatkan kepada orang tua untuk kerap mengawasi pertumbuhan psikologis sang anak di tengah dunia yang serba terkoneksi. Melalui gawai anak dapat tumbuh positif, namun sebaliknya hal itu dapat berpengaruh buruk dan sangat berbahaya.
"Ini menjadi peringatan keras kepada kita semua, karena dampaknya bisa seperti ini, karena ada reaksi. Jadi dalam teori hukum terhadap anak, selain menjadi pelaku, anak juga sebagai korban, korban yang menjerumuskan mereka menjadi pelaku kriminal, kita harus instropeksi," Kak Seto menandasi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Polres Metro Jakarta Pusat merilis kasus pembunuhan dilakukan remaja wanita berusia 16 tahun di Sawah Besar. Pelaku mengaku kepada polisi telah membunuh seorang balita dengan menenggelamkannya berulang kali di bak mandi hingga lemas dan tewas.
Usai meregang nyawa, mayat balita itu disimpan di lemarinya hingga warga yang curiga menganggap balita tersebut telah diculik. Polisi menduga pelaku mengalami sakit kejiwaan karena tak ada penyesalan atas tindakan kejinya malah mengaku puas.
Advertisement