Cerita Gondangdia: SOP Liputan6.com untuk Peliputan dan Pemberitaan Virus Corona Covid-19

Khusus untuk pemberitaan dan penyajian konten-konten terkait virus Corona Covid-19 ini, Liputan6.com memberlakukan standar operasional prosedur (SOP) khusus.

oleh Edu Krisnadefa diperbarui 12 Mar 2020, 16:52 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2020, 16:52 WIB
Cerita Gondangdia
Awak redaksi Liputan6.com dibekali SOP khusus dalam pemberitaan virus corona covid-19 yang kini jadi pandemi. (Helmi Fitriansyah)

Liputan6.com, Jakarta- Sudah hampir sepekan ini, awak redaksi Liputan6.com tak lagi memasuki kantor melalui pintu belakang, dekat area parkir.

Bukan hanya awak redaksi Liputan6.com, teman-teman dari divisi lain, serta kawan-kawan dari vertikal lain di bawah naungan KapanLagi Youniverse (KLY) pun melakukan hal yang sama.

Di belakang, dekat area parkir, memang ada lift, yang bisa mengantar kami ke ruang kerja masing-masing, sehingga tak perlu lagi menaiki tangga atau memutar melewati ruangan lain.

Namun kini, seragam, kami semua memasuki kantor di Gedung KLY di Gondangdia, Jakarta, melalui pintu utama di gerbang depan. Di sana sudah menunggu petugas sekuriti dengan alat pengukur suhu tubuh alias fluke thermometer di tangan.

Masing-masing dari kami, diukur suhu tubuhnya sebelum memasuki gedung. Alhamdulillah sejauh ini, menurut info dari petugas rata-rata suhu tubuh karyawan KLY sekitar 35-36 derajat Celsius.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Cerita Gondangdia
Seorang karyawan KLY tengah diukur suhu tubuhnya sebelum memasuki kantor di Gedung KLY, Cikini, Jakarta. (Helmi Fitriansyah)

Hidup Sehat, Cegah Virus Corona

Ini memang prosedur baru yang diterapkan perusahaan terkait pencegahan dini virus Corona Covid-19, yang belakang begitu mewabah. Di Indonesia sendiri, total sudah 34 orang terjangkit virus ini dan satu orang meninggal.

Tentu bukan cuma pengukuran suhu. Perusahaan juga meminta kami membersihkan tangan sesering mungkin. Bisa dengan mencuci tangan dengan sabun, atau menggunakan hand sanitizer, yang telah disediakan perusahaan.

Perusahaan juga menyarankan kami untuk bekerja di rumah jika memang sedang dalam kondisi kurang sehat. Semisal batuk, pilek, atau demam.

Untuk kawan-kawan di lapangan, juga ada "protap" yang diterapkan. Selain dibekali hand sanitizer dan masker, mereka juga diminta mengenakan sarung tangan pelindung di lokasi di mana infeksi terjadi, seperti rumah sakit.

Rekan-rekan di lapangan diminta tidak meletakkan peralatan di lantai, terutama saat berada di fasilitas kesehatan, pasar, atau lokasi pertanian. Setelah digunakan, peralatan juga harus dibersihkan dengan tisu antimikroba, alkohol, atau cairan disinfektan lain.

Begitulah, upaya kami, awak Redaksi Liputan6.com untuk memproteksi diri secara dini dari ancaman virus Corona Covid-19. Kami berusaha hidup sehat serta menjaga kondisi terbaik tubuh.

Sebab, kami punya tanggung untuk terus bekerja, memberikan informasi-informasi terkini kepada Anda, Sabahat Liputan6.com, pembaca setia kami, termasuk informasi terkait virus Corona Covid-19, yang sudah ditetapkan WHO sebagai pandemi.

Cerita Gondangdia
Membersihkan tangan dengan hand sanitizer jadi kegiatan rutin awak redaksi dan divisi lain di Liputan6.com. (Helmi Fitriansyah)

SOP Pemberitaan

Nah, khusus untuk pemberitaan dan penyajian konten-konten terkait virus Corona Covid-19 ini, Liputan6.com juga memberlakukan standar operasional prosedur (SOP) khusus. Pimpinan kami telah menyusun apa-apa saja yang harus dijalankan redaksi dalam pemberitaan terkait virus Corona Covid-19.

Pedoman dari WHO dan Global Investigative Journalism Network menjadi acuannya, selain tentu saja tetap mengacu kepada kode etik jurnalistik (KEJ) dan rumus standar 5W1H.

Memang, tentu saja kita perlu khawatir dan waspada mengingat pandemi ini telah menjalari lebih dari 100 negara di dunia. Namun, masyarakat diharapkan tetap tenang, sehingga tahu apa yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini.

Salah satunya, awak redaksi diminta menghindari penggunaan kata-kata sifat subyektif yang memicu kengerian atau membuat masyarakaat panik. Pengungkapan data yang akurat juga sangat penting. Sehingga pembaca bisa melakukan komparasi. Misalnya, berapa kasus positif terjadi, berapa yang meninggal, dan berapa yang pulih.

Redaksi diminta fokus membuat laporan, bukan hasil analisis atau kesimpulan penulis.

Priotas Rasa Kemanusiaan

Ketika memberitakan korban, atau orang yang terjangkit virus Corona Covid-19, wartawan juga diminta memperlakukannya dengan bermatabat. Empati dan rasa kemanusiaan harus menjadi prioritas.

Pengungkapan informasi yang bisa merugikan korban dan keluarganya jelas dilarang. Sebab, selain bertentangan dengan KEJ, para pasien Covid-19 juga rentan dengan stigma.

Kita tentu tidak ingin, setelah diberitakan Liputan6.com, mereka justru di-bully, dikucilkan dari lingkungannya.

Namun, tentu, sebagai wartawan, kami tetap dituntut untuk kreatif, membuat konten-konten yang informatif, bukan judul-judul clickbait.

Namun, yang terpenting tetap, keselamatan wartawan itu sendiri. Maka itu, awak redaksi pun wanti-wanti diminta untuk menjaga kesehatannya. Sebab, tidak ada berita seharga nyawa.

 

Saksikan Video terkait Virus Corona Covid-19 di Bawah Ini


SOP Pemberitaan Virus Corona di Liputan6.com

Cerita Gondangdia
Pengukuran suhu tubuh karyawan sebelum memasuki gedung kantor kini jadi prosedur tetap di Grup KLY. (Helmi Fitriansyah)

PENYAJIAN KONTEN:

1. Mengurangi penggunaan kata sifat yang subyektif dalam pelaporan berita. Misalnya: kata 'penyakit mematikan'. Hindari kata-kata yang memicu kengerian atau panik.

2. Hati-hati dalam penggunaan foto/video, termasuk ilustrasi, untuk menghindari penyebaran pesan yang keliru.

3.Tambahkan informasi mengenai tindakan pencegahan dalam setiap konten.

4. Data itu penting. Komparasi pernyataan seseorang dengan data yang valid (misalnya: berapa kasus positif, berapa yang meninggal, berapa yang pulih).

5. Hindari CLICKBAIT dalam judul. Lebih kreatif dalam menyajikan konten.

6. Penamaan: upayakan menuliskan nama yang akurat. Misalnya, virus corona baru, novel coronavirus, Covid-19, atau virus corona Covid-19.

Alasannya istilah 'virus corona' juga merujuk ke sejumlah penyakit lain, termasuk SARS dan MERS

7. Pemilihan narasumber: hanya pilih narasumber yang kompeten. Hati-hati dalam menyajikan pernyataan siapapun.

8. Bedakan fakta dengan spekulasi atau opini. Fokus untuk membuat laporan, jangan membuat analisis. Wabah Covid-19 adalah peristiwa medis/sains, bukan politik.

9. Hindari istilah rasis dalam peliputan Covid-19

10. Perbanyak konten-konten positif, seperti cara pencegahan, pentingnya solidaritas, juga penghargaan pada paramedis yang berjuang di garis depan untuk menangani wabah.

11. Cek dan ricek sumber berita/informasi. Konfirmasi ke pihak yang berkompeten memberikan respons.

 

PELIPUTAN

1. Perlakukan korban, juga keluarganya, dengan bermartabat. Prioritaskan rasa kemanusiaan kita.

2. Hindari pengungkapan informasi yang bisa merugikan korban dan keluarganya. Alasannya, para pasien Covid-19 rentan dengan stigma.

3. Menyampaikan kebenaran adalah tugas jurnalis. Namun, perhatikan dampaknya.

4. Dan yang paling utama: PARA JURNALIS HARUS MENJAGA KESEHATANNYA. TIDAK ADA BERITA SEHARGA NYAWA

 

Yang harus dilakukan:

1. Lakukan prosedur pencegahan infeksi, salah satunya dengan mencuci tangan menggunakan sabun.

2. Gunakan sarung tangan pelindung di lokasi di mana infeksi terjadi, seperti rumah sakit.

3. Peralatan pelindung seperti bodysuit dan masker penuh mungkin diperlukan di lokasi dan saat tertentu.

4. Saat berada di fasilitas kesehatan, pasar, atau lokasi pertanian, jangan sekali-kali meletakkan peralatan Anda di lantai.

5. Selalu dekontaminasi peralatan dengan tisu antimikroba/alkohol/cairan disinfektan lain.

6. Jangan pernah makan atau minum sambil menyentuh binatang, atau di dekat pasar atau peternakan.

7. Selalu pastikan tangan Anda dicuci bersih dengan air panas dan sabun sebelum, selama, dan setelah meninggalkan area yang terkontaminasi.

8. Selalu jaga jarak aman dan hindari orang-orang yang terlihat dalam kondisi sakit.

Sumber: WHO, Global Investigative Journalism Network

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya