Pertaruhan Nyawa Petugas Medis Lawan Corona

Ninuk, seorang perawat di RS Cipto Mangun Kusumo, Jakarta tercatat sebagai tenaga medis pertama yang meninggal dunia akibat terinveksi virus Corona Covid-19.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 04 Apr 2020, 00:02 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2020, 00:02 WIB
Corona COVID-19
Curahan hati dokter asal Yogyakarta, Cindri Wahyuni, yang jadi salah satu petugas di garda depan memerangi corona COVID-19. (dok. Instagram @cindriwhy/https://www.instagram.com/p/B-G9ZjUAUao/)

Liputan6.com, Jakarta - Ninuk, seorang perawat di RS Cipto Mangun Kusumo, Jakarta tercatat sebagai tenaga medis pertama yang meninggal dunia akibat terinveksi virus Corona Covid-19.

Ninuk meninggal dunia pada 12 Maret 2020 setelah mengalami demam hingga 39 derajat Celsius, kelelahan, diare dan sesak napas.

"Yang pasti yang sudah diumumkan oleh pemerintah baru satu orang perawat yang sudah meninggal," ucap Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhillah. Harif saat itu, 17 Maret 2020.

Ninuk sempat menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit tempatnya bekerja.

Karena kondisi memburuk, dia kemudian dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Namun, belum sampai 24 jam di RSPI Sulianti Saroso, ia pun meninggal dunia.

Tepat sebulan setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus pertama Corona Covid-19 pada 2 Maret 2020 lalu, setidaknya ada 13 dokter yang meninggal dunia selama berperang melawan Corona.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengungkapkan, para dokter tersebut meninggal dunia karena terpapar Corona ada pula yang karena kelelahan.

Dokter terakhir yang diumumkan meninggal dunia hingga saat ini adalah Jeanne Winaktu. Dia meninggal dunia pada Kamis, 2 April 2020 pukul 06.00 WIB. Kabar duka ini diumumkan oleh IDI di akun media sosialnya.

Saat meninggal dunia, dokter Jeanne berstatus pasien dalam pengawasan Corona. Dalam hal ini, dokter Jeanne masih belum diketahui, apakah positif Corona atau tidak. Almarhum mengembuskan napas terakhir saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjo, Jakarta Pusat.

Sehari sebelumnya, IDI juga telah mengumumkan dua putra putri terbaiknya meninggal dunia.

Kedua dokter tersebut adalah dr. Efrizal Syamsudin. Almarhum adalah dokter sekaligus Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih, Sumatera Selatan. Almarhum meninggal dunia di Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, Senin 23 Maret 2020. Saat itu, belum diketahui penyebab meninggalnya dokter Efrizal.

Sementara satu pejuang medis lainnya yang dikabarkan meninggal adalah dr. Ratih Purwarini, Direktur Rumah Sakit Duta Indah, Jakarta Utara.

Wakil Ketua IDI, Adib Khumaidi, mengaku pihaknya saat ini masih menelusuri penyebab meninggalnya dua dokter yang juga direktur rumah sakit tersebut.

"Kami juga mau telusuri karena mereka berdua kan direktur sebenarnya," kata Adib kepada Liputan6.com, Rabu (1/4/2020).

Meski demikian, kata Adib, kedua dokter tersebut termasuk dua Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19.

"Cuma memang hasil swab-nya konfirmasi positif Covid-19 atau enggaknya belum ada kabar ya," kata Adib.

Sementara tiga dokter meninggal dunia dan dipastikan positif Corona adalah dr Adi Mirsa Putra asal Bekasi, dr Djoko Judodjoko asal Bogor, dan dr Hadio dari Bintaro.

Kabar meninggalnya dokter Djoko yang merupakan ahli bedah juga sempat diunggah dokter Pandu Priono melalui akun Twitternya. Dalam cuitannya ia menyebut bahwa dokter Djoko diduga terpapar Covid-19 saat menangani pasien yang terinfeksi virus serupa karena minimnya alat medis di tempatnya bekerja.

Kemudian, dokter lainnya yang meningga dunia saat berperang melawan virus corona adalah dr. Haido Ali, SpS (IDI cab. Jakarta Selatan), dr. Laurentius P, SpKJ (IDI cab. Jakarta Timur), dr. Andi Misaputra Sp. THT (IDI cab. Kota Bekasi), dr. Ucok Martin SpP (IDI cab Kota Bekasi) dan dr. Tono Silitonga (IDI cab. Bandung Barat).

84 Dokter Positif Corona

Sementara di Jakarta saja, tercatat ada 84 tenaga medis yang positif terinfeksi virus Corona.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia menyatakan dari 84 orang yang dinyatakan positif Covid-19, dua di antaranya tengah hamil.

"Tenaga kesehatan yang positif terinfeksi Covid-19 sampai 84 orang, 1 orang di antaranya meninggal dan dua orang dalam kondisi hamil," kata Dwi di Balai Kota Jakarta, Rabu (1/4/2020).

Jumlah tersebut, lanjut dia, tersebar di 30 rumah sakit dan satu klinik di Jakarta.

Seorang dokter asal Yogyakarta mencurahkan isi hatinya atas perjuangannya melawan pandemi Corona.

Lewat unggahan di akun Instagram-nya, @cindriwhy, baru-baru ini, perempuan diketahui bernama Cindri Wahyuni tersebut menceritakan bagaimana ia yang notabene merupakan ibu tunggal dari dua putri harus 'pasang badan' melawan pandemi.

"Sebagai dokter di garda terdepan, setiap hari menerima ODP dan PDP dari wabah COVID-19. Sedih rasanya jika aku nanti sakit tertular virus yang jahat ini," tulis Cindri mengawali keterangan foto memperlihatkan dirinya pakai Alat Pelindung Diri (ADP).

Rantai tak kunjung putus ini dikatakan Cindri sebagai hasil banyaknya orang tak bertanggung jawab yang masih berkeliaran di luar rumah tanpa kepentingan.

"Anak-anakku bagaimana? Siapa yang akan mengurus mereka jika aku tertular? Di mana hari nurani kalian?" sambungnya.

Ia mengatakan, kegiatan perkantoran maupun sekolah yang diliburkan di Jakarta tak membuat warganya berdiam di rumah. "Malah berbondong-bondong mudik ke kampung halaman," sambung tenaga medis yang menangani pasien positif corona Covid-19 tersebut.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pahlawan Kesehatan

Kerja Keras Pekerja Medis Rawat Pasien Virus Corona
Pekerja medis tidur siang saat merawat pasien virus corona atau COVID-19 di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Minggu (16/2/2020). Enam pekerja medis, termasuk dokter, dinyatakan meninggal dunia akibat virus corona. (Chinatopix via AP)

Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Virus Corona atau Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan ungkapan duka mendalam dari pemerintah atas meninggalnya para pahlawan kesehatan. Mereka turut menjadi korban ketika merawat pasien Covid-19.

"Menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya atas beberapa tenaga kesehatan yang terpaksa harus menjadi korban dari Covid-19 ini," kata dia, dalam konferensi pers, Jakarta, Minggu (22/3).

Pemerintah menghargai dedikasi dan etos kerja yang terlihat jelas dalam kerja-kerja yang dilakukan segenap tenaga kesehatan. Di berbagai lini pelayanan masing-masing.

"Pemerintah bersedih untuk ini dan kami menyampaikan rasa belasungkawa yang sedalam- dalamnya," ungkap dia.

Dia menegaskan, bahwa semua pengabdian yang diberikan tenaga kesehatan tersebut merupakan wujud nyata dari cinta pada bangsa dan tanah air serta masyarakat.

"Yakinlah bahwa kita berada dalam pengabdian yang benar, profesional dan kita berikan semuanya untuk kebaikan rakyat kita yang kita cintai bersama ini," ucapnya.

Presiden Jokowi sendiri telah menyiapkan uang insentif bagi para dokter yang menangani pasien Corona.

Jokowi merinci, untuk para dokter spesialis akan diberikan intensif sebesar Rp 15 juta, dokter umum dan dokter gigi Rp 10 juta, bidan dan perawat Rp 7,5 juta, juga tenaga medis lainnya Rp 5 juta.

"Dan santunan kematian Rp 300 juta dan ini hanya berlaku untuk daerah yang telah menyatakan tanggap darurat," jelas dia.

Jokowi juga menyampaikan duka mendalam untuk para tenaga medis yang berpulang atas perjuangannya menangani Covid-19.

"Beliau-beliau telah berdedikasi berjuang sekuat tenaga dalam rangka menangani virus corona ini. Atas nama pemerintah negara dan rakyat saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja keras beliau-beliau, perjuangan beliau- beliau dalam rangkan penanganan Covid-19," Jokowi menandaskan.

Tidur Berkerumun Tanpa Alas

Mengintip Penanganan Pasien Kritis Virus Corona
Dokter memeriksa kondisi pasien kritis virus corona atau COVID-19 di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (13/2/2020). China melaporkan 254 kematian baru dan lonjakan kasus virus corona sebanyak 15.152. (Chinatopix Via AP)

Jika di Jakarta para tenaga medis diberi fasilitas tempat tinggal dan transportasi gratis, berbeda dengan di Banten. Tenaga medis RSUD Banten misalnya, kondisi mereka begitu memprihatinkan, harus rela tidur berkerumun di lantai tanpa ranjang di Rumah Dinas Gubernur Banten. Ada sekitar 90 orang tenaga medis RSUD Banten menginap di rumah dinas yang sudah lama tidak terpakai itu.

"Fasilitasnya ditingkatkan, jangan di bangsal-bangsal, kasur dibawah. Jadi mereka tidur berkerumun. Ada yang (sekamar) 24 (orang), ada yang 25, ada yang 6 (orang)," kata Sekretaris Komisi V DPRD Banten, Fitron Nur Ikhsan, Rabu malam (1/4/2020).

Fitron mengatakan, kondisi tersebut tidak manusiawi, karena tenaga medis merupakan garda terdepan dalam merawat dan menyembuhkan pasien Covid-19 di Bumi Jawara. Padahal berdasarkan data yang ditampilkan melalui situs resmi Pemprov Banten, status ODP di Banten berjumlah 2.609 orang, PDP 331 orang, dan positif Covid-19 sudah mencapai 79 orang yang dirawat.

Tempat tidur yang berdekatan juga menjadi kerawanan tersendiri, katanya, karena tidak ada yang tahu siapa yang terpapar Covid-19 sebelum menimbulkan gejala. Sehingga bisa menulari tenaga medis lainnya.

"Agar mereka terjamin, tidak ngampar begitu. Jarak antar mereka ini kan rentan, kalau satu terpapar dengan tidur berkerumun itu kan enggak standar covid. Tidur mereka sangat berdempetan, kalau menurut saya yang perlu diperbaiki tempat tidur," katanya.

Politisi Golkar ini menyarankan agar Pemprov Banten bekerja sama dengan hotel yang ada di Kota Serang Banten untuk menyiapkan tempat tidur dan istirahat bagi pejuang kemanusiaan tersebut. Sehingga kesehatan dan istirahat mereka terjamin selama pandemi Covid-19 belum hilang dari Bumi Seribu Kyai Sejuta Santri ini.

"Kalau tidak muat kan kita bisa bekerja sama dengan hotel di sekitar sini, siapa tahu mereka mau mendedikasikan. Sekarang kan orang tidak banyak tidur di hotel. Mereka (Pemprov Banten) bisa beker jasama paket isolasi dan memberikan paket mereka (pengelola hotel), sehingga bisa mendapatkan manfaat ekonomi bagi mereka kan," katanya menambahkan.

Imbaua IDI Bagi Tenaga Medis

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau pengelola rumah sakit mengatur jadwal tenaga medis, baik dokter maupun perawat dalam menghadapi virus Corona COVID-19. Pengaturan jadwal untuk menghindari tenaga medis bekerja terlalu berlebihan.

"Lakukan pengaturan penjadwalan jaga bagi petugas kesehatan sedemikian rupa. Ini untuk menghindarkan overload dan kelelahan petugas kesehatan," jelas Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan COVID-19 IDI Zubairi Djoerban melalui keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Selasa (18/3/2020).

Pengelola rumah sakit juga perlu melengkapi kelengkapan penanganan kasus Corona COVID-19 dan Alat Pelindung Diri (APD) untuk semua petugas kesehatan. Prosedur penanganan harus sesuai standar yang ditetapkan pada pasien yang dicurigai COVID- 19.

Rumah sakit dapat merujuk pasien yang dicurigai COVID-19 ke rumah sakit yang sudah tercatat resmi menangani pasien COVID-19.

Imbauan di atas terkait upaya percepatan penanganan Corona COVID-19 di rumah sakit.

Yang diperhatikan juga, membatasi jumlah penerimaan pasien poli dan jumlah pendamping/pengantar pasien hanya 1 orang.

"Pasien rawat inap tidak boleh dikunjungi, kecuali oleh ibu/bapak/wali atau istri/suami/anak. Setiap kunjungan hanya boleh 1 orang," lanjut Zubairi.

Imbauan tersebut tertanda 18 Maret 2020, yang ditandatangani Ketua Pengurus Besar IDI Daeng M Faqih, Ketua Dewan Pakar IDI Menaldi Rasmin, dan Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan COVID-19 IDI Zubairi Djoerban.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya