PAN Dorong Pemerintah Evaluasi Program Prakerja

Menurut dia, program kartu prakerja ini menyisakan beberapa masalah.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Apr 2020, 18:30 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2020, 18:30 WIB
Saleh Partaonan Daulay
Saleh Partaonan Daulay. (liputan6.com/Helmi Affandi)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Amanat Nasional (PAN) mengapresiasi langkah pemerintah yang tetap meluncurkan program kartu prakerja. Sebagai program unggulan presiden, program tersebut harus dipastikan bermanfaat secara luas bagi masyarakat.

“Karena itu, manajemen pengelolaanya harus benar-benar profesional, akuntabel, dan terbuka,” kata Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay, kepada wartawan, Kamis (16/4/2020)

Menurut dia, program kartu prakerja ini menyisakan beberapa masalah. Pertama, kartu prakerja ini diluncurkan di tengah situasi penyebaran virus corona. Padahal, kartu prakerja ini ditujukan sebagai sarana pelatihan untuk skilling, upskilling, dan reskilling.

Skilling adalah program pelatihan yang ditujukan untuk angkatan kerja baru yang ingin mendapatkan keahlian. Upskilling yakni program pelatihan yang ditujukan bagi pekerja yang membutuhkan peningkatan keterampilan atau karier. Sementara Reskilling yaitu pelatihan dengan memberikan keterampilan baru bagi pekerja yang di PHK sebagai dampak dari perkembangan teknologi.

“Baik skilling, upskilling, maupun reskilling semuanya akan lebih ideal bila dikerjakan dalam bentuk tatap muka. Apalagi dalam pelatihan itu nanti ada praktikum yang harus diikuti dan dikerjakan secara langsung. Lalu pertanyaannya, apakah kira-kira program ini tepat diluncurkan sekarang?” ujar dia.

Berdasarkan fakta itu, dalam pandangan dia, bukankah lebih baik jika program kartu prakerja digantikan dengan program lain. Anggarannya pun bisa digunakan untuk program bantuan sosial lainnya sehingga kelompok sasar para penerima manfaat menjadi lebih luas.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Diganti Program Lain

“Apakah tidak sebaiknya program ini di-switch saja menjadi program bantuan sosial. Dengan begitu, target sasarannya bisa lebih luas. Dengan anggaran Rp 20 triliun, program ini diperkirakan bisa menyentuh kurang lebih 13,3 juta keluarga miskin dan kurang mampu dengan perhitungan masing-masing mendapat 1,5 juta rupiah,” ungkap Saleh.

“Nanti jika virus corona telah berlalu, program kartu prakerja ini bisa dilaksanakan lagi. Demi kebaikan masyarakat, tentu tidak ada salahnya opsi ini dipertimbangkan,” imbuhnya.

Persoalan kedua yang dilihat Saleh, yakni proses rekrutmen peserta program ini dinilai tidak objektif. Dia mendengar kabar bahwa proses seleksinya akan dilaksanakan dengan cara undian. Artinya, mereka yang sudah terdaftar akan diundi secara acak oleh komputer. Nama-nama yang menang undian, itulah nanti yang akan mengikuti program pelatihan ini.

“Kalau sistem undian seperti itu belum tentu hasilnya objektif. Sebab, dari sisi yang mendaftar dipastikan akan didominasi mereka yang ada di kota-kota besar. Dengan begitu, peluang mereka lulus juga jauh lebih besar. Selain itu, alat komunikasi untuk mendaftar program ini pasti lebih baik di daerah perkotaan dibandingkan di pedesaan. Saya khawatir, mereka yang tinggal di daerah peluang lolosnya lebih sedikit,” jelasnya.

“Saya menyarankan agar pemerintah menetapkan kelulusan lebih objektif. Setidaknya, ada seleksi yang melihat minat dan bakat calon peserta. Termasuk persebaran pesertanya di daerah. Dengan begitu, manfaatnya akan lebih terasa,” tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya