Epidemiolog Sanksi Pandemi Corona Covid-19 Berakhir Juli

Bony mempertanyakan atas dasar apa Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanagan Covid-19, Letjen TNI Doni Munardo menyatakan pandemi Corona berakhir pada Juni-Juli nanti. .

oleh Yopi Makdori diperbarui 02 Mei 2020, 10:06 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2020, 10:06 WIB
[Fimela] ilustrasi obat corona
ilustrasi obat corona | pexels.com/@edward-jenner

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran (Unpad), Bony Wien Lestari menyanksikan pernyataan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letjen TNI Doni Munardo soal prediksi pandemi Corona akan berakhir pada Juni-Juli nanti.

Bony mempertanyakan atas dasar apa prediksi tersebut dikeluarkan. Menurutnya, hingga saat ini angka pasein yang terkonfirmasi positif Covid-19 masih terus melonjak.

"Sebagai seorang epidemiolog, saya akan bertanya atas dasar apa kemudian beliau bisa menyatakan bahwa pandemi akan berakhir Juni dan kondisi Indonesia mulai normal Juli. Hingga saat ini, masih menunjukkan tren peningkatan kasus positif, ODP dan PDP disertai perluasan kasus ke hampir seluruh kabupaten kota di mana sekarang 25 dari 27 kabupaten kota sudah terdampak Covid-19," kata Bony Kepada Liputan6.com, Sabtu (2/5/2020).

Berkaca dari data tersebut, Bony mengaku tak berani mengatakan bahwa kondisi Indonesia mulai normal di bulan Juli. Walaupun ia mengharapkan ada penurunan kasus setelah Juni.

"Kita perlu tetap waspada karena selama masih ada sumber penularan dan masih ada orang yang rentan maka potensi wabah selalu ada, apalagi belum ada vaksin yang efektif untuk Covid-19 ini," terangnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Model di Jawa Barat

Bony sendiri merupakan anggota Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Barat. Di Jawa Barat, dijelaskan Bony timnya memprediksi bulan Juni justru awal dari masa puncak pandemi.

"Kami perkirakan puncak epidemi akan terjadi sekitar akhir Mei hingga pertengahan Juni 2020, dengan asumsi seluruh intervensi dikerjakan terutama PSBB dan tes massal," ungkapnya.

Timnya memprediksi, di Jawa Barat angka pasien positif Covid-19 selama masa puncak pandemi berkisar antara 1.300-1.500 orang. Kemudian mulai turun dan melandai setelah pertengahan Juni 2020.

"Setelah pertengahan Juni 2020, kami estimasikan masih akan ada pertumbuhan kasus infeksi baru, namun jumlahnya tidak sampai melebihi jumlah di saat puncak kasus," jelasnya.

Menurut Bony, indikator penurunan semestinya bukan hanya dilihat dari angka orang terinfeksi virus Corona di wilayah Jakarta saja. Semestinya di wilayah sekitar, bahkan seluruh Indonesia.

"Bila memang data di Jakarta sudah menunjukkan penurunan maka kami perlu memastikan ulang dengan kondisi di Jawa Barat sekurangnya 1-2 minggu ke depan. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, perlu memantau ketat pertumbuhan kasus terutama di wilayah perbatasan Bodebek," ucap Bony.

"Jangan sampai di Jakarta menunjukkan tren penurunan kasus, namun sebaliknya muncul peningkatan jumlah kasus di Jawa Barat," sambungnya.

Agar target penurunan itu bisa tercapai, Bony meminta Tim Gugus Tugas untuk berkoordinasi cepat dengan berbagai pihak di berbagai level. Penanggulangan wabah Covid-19 ini membutuhkan sinergi dan kekompakan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah.

"Satu komando itu penting. Selain itu, kebijakan yang baik perlu selalu didukung oleh data-data yang valid dan akurat. Salah satu kebijakan dalam mengendalikan wabah Covid ini adalah pemberlakuan PSBB yang bertujuan untuk mengurangi frekuensi kontak per orang," tegasnya.

PSBB ini, lanjut Bony sebetulnya berpotensi untuk menyebabkan wadah (kabupaten/kota/provinsi) penuh dengan orang-orang yang rentan sehingga hendaknya dilakukan secara total didampingi oleh social distancing atau pembatasan fisik yang disiplin serta pelacakan kontak yang agresif setiap menemukan satu kasus baru.

 

Langkah Konkret

Bony menyebut, salah satu pilar penanggulangan wabah adalah komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat. Selama ini, orang berpikir bahwa garda terdepan menghadapi Covid-19 adalah tenaga kesehatan. Menurutnya persepsi itu tidak tepat.

"Garda terdepannya justru masyarakat. Sehingga perlu memahamkan masyarakat tentang Covid-19 ini, bagaimana mencegahnya, dan sebagainya melalui edukasi masyarakat yang intensif dan menyeluruh hingga ke seluruh lapisan masyarakat," terangnya.

Menurut Bony rakyat perlu diberi pemahaman tentang strategi pemerintah dalam menanggulangi wabah ini dan diberi peluang untuk berkontribusi. Menurutnya tidak perlu ada sanksi tegas bila masyarakat sudah paham betul.

"Kembali lagi, rakyat perlu diyakinkan bahwa pemerintah mampu mengatasi wabah ini," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya