Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto hari ini, Sabtu (23/5/2020) berkesempatan mengunjungi Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Yuri mengungkapkan pengalamannya mengunjungi rumah sakit karantina untuk pasien corona Covid-19 itu. Dia memastikan, RS Darurat Wisma Atlet sudah sesuai standar.
Baca Juga
“Kami lihat seluruh sistem sudah berjalan sesuai SOP,” kata Yuri dalam konferensi pers daring, Jakarta, Sabtu (23/5/2020).
Advertisement
Seluruh wilayah di dalam RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran dibagi menjadi beberapa zona. Hal itu yang membuat RSD Wisma Atlet berbeda dengan rumah sakit pada umumnya.
“Di rumah sakit darurat ini betul-betul dibagi menurut zona kekarantinaan. Di mana seluruh daerah dipagar dalam pagar kompleks ini adalah zona kuning,” ucap Yuri.
Zona kuning, kata Yuri, bermakna akses terhadap rumah sakit ini sudah sangat dibatasi. Selanjutnya di dalam zona kuning tersebut masih dibagi menjadi beberapa bagian, yakni zona kuning untuk kepentingan administratif.
“Itu menggunakan bangunan Tower 1, itu seluruhnya melakukan kegiatan pendukung umum dari pelaksanaan tugas rumah sakit darurat ini dikelola,” terang Yuri.
Sementara Tower 2 RSD Wisma Atlet khusus untuk memanajemen dukungan layanan kesehatan bagi pasien.
“Di zona inilah administratif perumahsakitkan dikerjakan. Kami sempat melihat bagaimana manajemen sumber daya manusianya yang memiliki karakteristik berbeda dibanding dengan RS, karena sumber daya manusia yang dikerahkan adalah para relawan, adalah gabungan dari kesehatan yang berada di jajaran pemerintahan,” katanya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Perlakuan untuk Tenaga Medis
Yuri mengatakan bahwa para petugas medis yang dikerahkan di RSD Wisma Atlet ketika masa tugasnya berakhir akan dilakukan pemeriksaan kesehatan. Para petugas kesehatan, baik relawan maupun dari pemerintah menghabiskan masa tugasnya selama satu hingga dua bulan.
Pemeriksaan ini penting dilakukan demi memastikan bahwa mereka tak terinfeksi corona dari para pasien di sana.
“Akhir penugasan adalah memastikan mereka aman untuk kembali bersama keluarganya. Sehingga semua petugas yang telah mengakhiri masa tugasnya harus menjalani pemeriksaan termasuk pemeriksaan swab dan harus dipastikan negatif,” katanya.
Hal ini, kata Yuri, merupakan standar ketat yang dilaksanakan oleh pihak Wisma Atlet.
Advertisement
Psikologis Pasien
Yuri mengatakan bahwa pihak RS Darurat Wisma Atlet juga memastikan kesehatan para pasien dari aspek psikologis.
Menurut Yuri, tekanan terhadap pasien secara mental mungkin terjadi mengingat mereka diletakkan di dalam satu gedung yang dipisahkan oleh lantai-lantai. Terlebih lagi di saat-saat jelang Lebaran Idul Fitri, mereka menyimpan kerinduan untuk berkumpul keluarga.
“Inilah yang menjadi pekerjaan cukup besar yang kemudian harus direspons dan kita bersyukur bahwa organisasi profesi pun sudah turun tangan menangani maslah ini,” jelas Yuri.
Terakhir, di mata Yuri, para petugas kesehatan di RS Darurat Wisma Atlet telah bekerja secara profesional selama ini untuk melayani para pasien.
Dedikasi ini ditunjukkan dengan kerelaan mereka untuk tidak berlebaran bersama para keluarga demi melayani para pasien di sana.
“Mereka mengedepankan sumpah mereka untuk bekerja melayani masyarakat dengan tulus,” kata dia.