Ketika DPR Sindir 3 Menteri Kompak Hadir Rapat: Mungkin karena Presiden Marah

Rapat dengar pendapat bersama Komisi VIII DPR itu dihadiri Mensos, Mendes, dan Menteri PPN.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 01 Jul 2020, 14:56 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2020, 14:51 WIB
Gedung DPR
Gedung DPR/MPR di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta. (Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Liputan6.com, Jakarta - Marahnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat sidang kabinet paripurna 18 Juni lalu ternyata masih menjadi bahan gunjingan di DPR, khususnya di Komisi VIII.

Adalah Anggota Komisi VIII DPR Fraksi PAN Ali Taher yang menyinggung hal tersebut, saat ingin mengomentari pemaparan para menteri yang hadir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang membahas verifikasi dan validasi data kemiskinan.

Adapun Menteri yang hadir yakni Menteri Sosial Juliari Batubara, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa. Sedangkan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan diwakili dirjennya.

"Hari ini saya bersyukur jarang-jarang tiga menteri datang begini Pak, terimakasih ini. Mungkin karena Pak Presiden kemarin marah-marah, semua datang," kata Ali berseloroh yang sontak membuat tertawa anggota Komisi VIII DPR lainnya, Rabu (1/7/2020).

Dalam kesempatan itu, Ali memuji apa yang telah dilakukan Presiden Jokowi kepada para pembantunya.

"Tetapi itu bagian dari effort juga, niat para pemimpin bangsa ini untuk memperbaiki nasib anak bangsa dari waktu ke waktu kita apresiasi," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Soroti Data Kemensos

Pemerintah dan DPR Bahas Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan
Mensos Juliari P Batubara (kanan), bersama Menko PMK Muhadjir Effendy (kiri), dan Menkes Terawan Agus Putranto saat rapat kerja gabungan dengan DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (18/2/2020). Rapat di antaranya membahas kenaikan iuran BPJS Kesehatan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dia mengakui, persoalan data selama ini selalu menjadi masalah. "Selama ini terlalu banyak data secara parsial sehingga susah sekali mengukurnya," sebut Ali.

Dia pun mengusulkan agar pejabat yang mengurusi Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) menjadi pejabat eselon I di kementerian terkait.

"Menurut saya Pak Mensos, Itu Pusdatin harus menjadi eselon I dan harus menjadi pusat data nasional. Selama saya hampir dua setengah periode, saya merasa data BPS itu terlalu politis, ketimbang data fungsional yang dibutuhkan. Presidennya mau segera, pokoknya miskin kasih segera, lewatin batas-batas birokratis dan itu sebagian sudah dikerjakan oleh Kemensos, terimakasih," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya