Kemendikbud: Bukan Belajar Jarak Jauh yang Dipermanenkan, tapi Platform Pembelajaran

Iwan mengatakan, jumlah daerah yang melakukan pembelajaran tatap muka akan terus meningkat seiring dengan waktu.

oleh Yopi Makdori diperbarui 07 Jul 2020, 10:23 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2020, 10:23 WIB
Diperpanjang Sampai 20 Mei, Siswa Belajar Online di Rumah
Siswa sekolah dasar belajar online menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings di Pamulang Tangerang Selatan, Kamis (2/4/2020). Gelombang work from home (WFH) membuat kebutuhan terhadap aplikasi video conference meningkat saat pandemi Corona Covid-19. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan hanya akan mempermanenkan ketersediaan berbagai platform Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), baik yang bersifat daring maupun luring, yang selama ini telah ada untuk mendukung siswa dan guru dalam proses belajar mengajar selama masa pandemi corona.

Penggunaan platform ini tidak diwajibkan, tetapi akan dibuat tersedia. Adapun metode pembelajaran yang diberikan kepada siswa akan tetap ditentukan berdasarkan kategori zona pandemi.  

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril menegaskan sesuai Surat Keputusan Bersama Empat Kementerian pada Juni lalu, satuan pendidikan yang berada pada zona hijau dan memenuhi berbagai persyaratan ketat lainnya dapat melaksanakan metode pembelajaran secara tatap muka.

Iwan mengatakan, jumlah daerah yang melakukan pembelajaran tatap muka akan terus meningkat seiring dengan waktu. 

Adapun pendidikan jarak jauh hanya akan dilakukan pada satuan pendidikan di zona kuning, oranye, serta merah, dan tidak akan permanen.

"Yang akan permanen adalah tersedianya berbagai platform PJJ, termasuk yang bersifat daring dan luring seperti Rumah Belajar, yang akan terus dilangsungkan guna mendukung siswa dan guru dalam proses belajar mengajar,” jelas Iwan pada Bincang Sore secara virtual, di Jakarta, pada Senin (6/07/2020).

Iwan menambahkan, terkait pemanfaatan berbagai platform pendidikan berbasis teknologi yang telah tersedia, Kemendikbud mendorong pembelajaran dengan model kombinasi (hybrid). Model ini sangat bermanfaat menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan inovatif dalam menghadapi revolusi industri 4.0. 

"Saya yakin model pembelajaran berbasis kombinasi pembelajaran ini akan terbukti efektif meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa dalam bersaing di dunia global saat ini,” jelas Iwan.

Melalui pembelajaran dengan model kombinasi, kata dia, guru dan siswa akan terus melanjutkan penerapan teknologi yang dikombinasikan dengan tatap muka sebagai metode pembelajaran terpadu.

Dengan begitu, alat bantu pembelajaran tidak hanya berupa buku teks saja, namun berbagai platform teknologi yang telah dimanfaatkan dalam PJJ selama pandemi. 

"Yang paling penting adalah peran guru tidak akan tergantikan teknologi dalam pembelajaran. Namun, untuk mengakselerasi kompetensi siswa peran teknologi akan sangat mendukung,” jelas Iwan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Buat Laman Guru Berbagi

psikotes calon siswa jelang tahun ajaran baru
Calon siswa dengan menggunakan pelindung wajah mengikuti psikotes di SD Islam Al-Hidayah, Cinere, Depok, Senin (6/7/2020). Tes psikologi itu sebagai syarat kesiapan masuk jenjang pendidikan sekolah dasar jelang pelaksanaan tahun ajaran baru 2020/2021 pada 13 Juli mendatang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menurut Iwan teknologi hanyalah alat, sehingga kunci utama terletak pada kualitas dan kompetensi para pendidik dalam memanfaatkan teknologi sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang efektif kepada murid-muridnya.

Untuk itu, Kemendikbud telah melakukan beberapa hal antara lain menciptakan laman Guru Berbagi.

"Kami telah menciptakan sebuah ekosistem belajar buat guru, yang sifatnya gotong royong yaitu laman Guru Berbagi,” ujar Iwan.

Iwan memaparkan bahwa data per 3 Juli 2020 menunjukkan akses laman Guru Berbagi telah mencapai 5,9 juta akses dengan 950 ribu lebih pengunjung.

Sebanyak 1,2 juta unduhan di antaranya materi dan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) baik untuk PAUD, SD, SMP, SMA dan SLB yang bersifat dalam jaringan (daring) maupun luar jaringan (luring).

"Pelatihan penggunaan teknologi masif kami luncurkan melalui seri webinar per jenjang dan ada topik umum dan khusus per kelasnya,” pungkas dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya