KemenpanRB Apresiasi Program Inovasi Teropong Jiwa Bupati Banyuwangi

Teropong Jiwa adalah program pemberian terapi kerja bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

oleh stella maris pada 10 Jul 2020, 09:30 WIB
Diperbarui 10 Jul 2020, 09:39 WIB
Banyuwangi
Presentasi program inovasi Teropong Jiwa oleh Bupati Banyuwangi secara virtual.

Liputan6.com, Jakarta Tim penilaiilai Inovasi Pelayanan Publik Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB),mengapresiasi program inovasi Teropong Jiwa (Terapi Okupasi dan Pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang dipresentasikan oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas secara virtual, Kamis (9/7). 

Teropong Jiwa adalah program pemberian terapi kerja bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang diinisiasi oleh Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi. Pasien ODGJ yang sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan, akan dilatih berbagai ketrampilan kerajinan tangan. Tak hanya berhenti di situ, para ODGJ tersebut lalu disalurkan ke sejumlah tempat kerja.

"Ini yang menarik. Ada intervensi dari pemerintah yang membuat pengusaha mau mempekerjakan ODGJ. Dengan begitu, ODGJ yang sudah stabil ini benar-benar bisa berkarya, mengaktualisasikan dirinya," kata Nurjaman Mochtar.

Paparan ini adalah seleksi tahapan pertama menuju Top 45 lomba Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang digelar Kemenpan-RB. Sebanyak 99 inovasi terbaik dari 2.000 lebih inovasi se-Indonesia yang masuk, dipaparkan dan diseleksi secara ketat oleh tim panel independen yang ditunjuk Kemenpan-RB.

Tim ini terdiri dari Prof. JB. Kristiadi (akademisi Universitas Indonesia/UI), Prof. Eko Prasojo (akademisi UI), dan Dadan S Suharmawijaya (anggota Ombudsman RI). Ada juga Tulus Abadi (Ketua Pengurus Harian YLKI), Haris Turino (akademisi), Siti Zuhro (LIPI), Nurjaman Muchtar (Perwakilan Stasiun Televisi), serta Indah Sukmaningsih (YLKI).

Inovasi Teropong Jiwa kini telah direplikasi di seluruh Puskesmas di Banyuwangi. Setiap puskesmas menjalankan program terapi okupasi dengan cara yang beda-beda terhadap ODGJ yang ada di wilayah kerjanya. Misalnya, ada yang diajak berkebun, ada juga yang diajak membikin kripik singkong.

"Ini juga bagus. Inovasi di satu puskesmas sudah berhasil, langsung direplikasi di seluruh puskesmas yang lain. Akhirnya dampaknya bisa dilihat secara nyata di seluruh wilayah," kata Dadan S Suharmawijaya.

Dalam kesempatan itu, Bupati Anas menjelaskan bahwa terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak mengalami kekambuhan. Mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional, dan yang pasti tujuannya agar mereka bisa mandiri ke depan. Program ini berjalan sejak 2017.

Nah yang spesial dari program ini adalah para ODGJ setelah mendapat ketrampilan, mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja. Ada yang diajak bekerja di UMKM, atau diikutkan orang tua asuh. Orang tua asuh ini maksudnya puskesmas mencari keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah pulih untuk bisa menjadi bagian dari keluarga tersebut. Program ini khusus bagi ODGJ yang tidak mempunyai keluarga.

Ditambahkan Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr. Widji Lestariono, para ODGJ yang telah dibekali keterampilan, akan disalurkan ke sejumlah tempat kerja. Ada yang diajak bekerja di UMKM, atau diikutkan orang tua asuh. Yakni keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah stabil untuk tinggal dan diberdayakan dalam keluarga tersebut.

"Yang kerja di UMKM, mereka ada yang ikut kerja di industri kue rumahan. Mereka bikin rengginang dan camilan ringan. Kalau orang tua asuh, mereka ada yang diajak bekerja di usaha penggilingan beras. Jadi mereka diberi kesempatan mengaktualisasikan diri, untuk meminimalisir kambuh," jelas Rio.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya