Liputan6.com, Jakarta - Orangtua dari editor televisi Metro TV bernisia YP tak mempercayai hasil penyelidikan polisi yang menyatakan bahwa putranya bunuh diri.
Ada sejumlah keraguan yang diungkap ayah YP, Suwandi mengapa dirinya tetap bersikukuh jika anaknya tidak melakukan seperti apa yang dikatakan penyidik.
Pertama, dari pakaian yang dikenakan korban, tidak ada darah yang memenuhi pakaiannya alias bersih. Menurut Suwandi, jejak darah seharusnya terlihat meski sudah tiga hari meninggal dunia.
Advertisement
"Mau tiga hari, sebulan itu kan (jenazah) telungkup, namanya darah nempel di badan pasti ada bekas-bekasnya di baju. Nggak mungkin bajunya itu langsung bersih sendiri," ujarnya.
Lantas, apa yang menjadi dugaan kuat pihak penyidik jika almrhum YP melakukan aksi bunuh diri?
Selain hanya ada sidik jari serta DNA korban YP pada pisau yang ditemukan, polisi menyebutkan tidak ada saksi yang melihat YP bunuh diri. Jika ada pasti ada tindak pencegahan.
Saat jasad YP ditemukan di TKP, polisi juga tidak menemukan satu pun barang milik almarhum yang hilang. Motor korban bahkan masih terparkir rapi dengan kunci dalam keadaan tergantung.
Bukti lainnya yang menguatkan YP bunuh diri adalah aksi korban terekam CCTV saat membeli pisau di sebuah toko perkakas yang tak jauh dari lokasi jasadnya ditemukan.Â
Berikut sejumlah keraguan orangtua YP dan jawaban polisi atas dugaan kuat bahwa editor Metro TV ini melakukan aksi bunuh diri:Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1. Orangtua YP Tak Percaya Putranya Bunuh Diri
Ayah YP, Suwandi tak sepakat dengan akhir penyelidikan polisi. Suwandi menuding kepolisian hanya melihat dari barang bukti ketika menyimpulkan penyebab kematian.
Padahal, secara jelas terlihat pakaian yang dikenakan YP masih bersih tak seperti korban bunuh diri.
"Kalau saya lihat di faktanya dari segi TKP jenazah masih bersih itu agak aneh, masa iya orang bunuh diri bajunya bersih. Paling tidak darah melebar ke mana-mana," kata Suwandi saat dihubungi awak media, Senin, 27 Juli 2020.Â
Dia kemudian membandingkan dengan pakaian yang terkena keringat. Menurut dia, pasti terlihat berbekas. Apalagi jika cairan yang menempel adalah darah.
"Dari segitu saja orang pakai nalarnya saja sudah enggak masuk akal," ucap dia soal kematian YP.
Advertisement
2. Ingin Orang Pintar Dijadikan Saksi
Tak cukup hanya di situ, orangtua YP ingin polisi memeriksa dukun atau orang pintar sebagai saksi. Suwandi mengatakan, penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya salah menafsirkan permintaannya.
Dia mengakui, pernah memperoleh informasi dari orang pinter mengenai penyebab kematian YP. Oleh karena itu, dia berharap pernyataan ini bisa dijadikan petunjuk oleh penyidik.
"Pak Dir-nya itu salah terima maksud saya, dengan cara lain barangkali itu menjadi petunjuk bukan berarti itu orang kesurupan kemudian jadi saksi, bukan," kata Suwandi saat dihubungi, Jakarta, Senin (27/7/2020).
Dia juga menegaskan, orang pintar yang dimaksud bukanlah orang yang sedang kesurupan.
"Hanya sebagai petunjuk saja, masak kita enggak percaya adanya seperti itu. Kan ini polisi ibarat sudah mentok, ditempuh lewat jalur itu, barangkali ada petunjuk yang bisa ditindaklanjuti oleh penyidik, bukan berarti orang kesurupannya itu jadi saksi, bukan," papar Suwandi soal kasus anaknya YP.
Sebelumnya pihak keluarga berupaya menyakinkan penyidik bahwa Yodi bukan tewas karena bunuh diri. Namun, bukti yang diberikan oleh pihak keluarga kurang masuk akal.
"Informasinya dari orang pinter. Saya tidak percaya yang seperti itu. Kalau keterangan dari dukun bagaimana kami menindaklanjutinya," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Tubagus Ade Hidayat, Minggu, 26 Juli 2020.
Tubagus mengatakan, pihaknya bersedia membuka kembali lembar penyelidikan dalam kasus kematian YPÂ dengan syarat ada bukti yang mengarah ke dugaan selain bunuh diri. Bukti itupun harus bisa diterima oleh akal sehat.
3. Menjawab Keraguan Orangtua
Tidak adanya noda darah pada pakaian YP seperti yang dipertanyakan orangtua korban, Tubagus kembali memberi penjelasan.Â
Dia menegaskan, baju korban dipenuhi noda darah. Dia pun meminta ayah YP memperhatikan beberapa foto yang telah beredar.
"Darahnya banyak kok. Masak iya orang luka begitu nggak banyak darahnya. Nggak logis," ujar dia dalam keteranganya, Selasa (28/7/2020).
"Cuma nanti kalau ditampilkan yang penuh darah, nanti tidak enak lagi, tidak bagus gitu, kelihatan ada kejinya, kekerasan, tapi kalau dibilang tidak ada, ada kok. Tapi masak iya itu ditampilkan ke media juga," sambung dia.
Tubagus menerangkan, sebetulnya hal-hal seperti ini tak perlu lagi diperdebatkan. Dia menegaskan, hasil investigasi mengenai penyebab kematian YP yang diumumkan beberapa waktu lalu bukanlah rekayasa tapi berdasarkan fakta-fakta yang ada.
"Polemik seperti itu saya nggak mau tanggapi. Teman-teman media bisa melihat sendiri fotonya. Itu di situ kan tanah, tanahnya merembes. Untuk apa juga itu dibohongi, enggak ada pentingnya. Cuma saya memahami kondisi psikologi keluarga," ujar Tubagus.
Advertisement
Kontak Bantuan
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.