2 Jam Bersama Presiden Jokowi: Dari Covid-19 Hingga Reshuffle Kabinet

Diakui Jokowi, kasus Covid-19 semakin bertambah tinggi, salah satunya karena makin banyaknya dilakukan testing.

oleh Andrie Harianto diperbarui 05 Sep 2020, 18:20 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2020, 18:08 WIB
Jokowi Pastikan RS Darurat Siap Beroperasi
Presiden Joko Widodo merapihkan masker yang digunakannya saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Dalam kunjungannya Jokowi memastikan Rumah Sakit Darurat siap digunakan untuk menangani 3.000 pasien. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Pool)

Liputan6.com, Jakarta Siang yang terik pada Jumat 4 September 2020 jadi tidak begitu menyengat karena semilir angin yang berhembus dari pohon-pohon besar di Istana Presiden Bogor. Jam menunjukkan pukul 13.30 WIB, ketika Presiden Joko Widodo atau Jokowi akhirnya memulai diskusi yang hangat dan panjang dengan para Pemimpin Redaksi media nasional dan daerah. Hampir 2 jam, Presiden Jokowi menjelaskan kondisi terkini mulai dari Covid-19 hingga reshuffle kabinet.

"Covid-19 telah menjadi musuh bersama dan tanggung jawab kita bersama. Solidaritas sangat diperlukan untuk bersama menanggulangi Covid-19," ucap Presiden Jokowi mengawali pertemuan tersebut.

Diakui Jokowi, kasus Covid-19 semakin bertambah tinggi, salah satunya karena makin banyaknya dilakukan testing. Per 3 September 2020, jumlah kasus Covid-19 terkonfirmasi mencapai 184.268. Jumlah yang sembuh sebanyak 132.055 dan kasus meninggal sebanyak 7.750.

Dengan melihat data per 3 September, rasio kesembuhan pasien Covid-19 mencapai 71,66%. Angka ini menurut Jokowi lebih tinggi dari tingkat kesembuhan rata-rata dunia 70,46%. Namun rasio kematian di Indonesia sebesar 4,2% masih lebih tinggi dari dunia yang sebesar 3,3%.

Diakuinya memang menghadapi Covid-19 kebijakan yang dikeluarkan sangat dinamis. Di awal banyak pakar mengatakan hanya yang sakit saja yang pakai masker tapi kemudian berkembang lagi bagaimana pentingnya penggunaan masker karena ganasnya virus ini. Sehingga banyak yang melihat kebijakan selalu berubah-ubah karena mengikuti perubahan yang cepat dalam penanganan Covid-19.

"Kuncinya memang vaksin, dan kita sudah siap untuk memproduksi 297 juta vaksin. Tapi sepanjang vaksin belum ditemukan, ya kita tetap harus pakai masker, jaga jarak dan mematuhi protokol kesehatan," ujarnya.

Dalam memproduksi vaksin Covid-19, Jokowi menerangkan Indonesia bekerja sama dengan negara-negara lain, seperti Sinovac dengan China, Sinopharm dengan Uni Emirat Arab, dengan Korea Selatan hingga CEPI di Norwegia.

"Termasuk kita juga sedang mengembangkan vaksin Merah Putih," ungkap Jokowi.

Catatan Liputan6.com, setidaknya saat ini memang ada 5 kandidat vaksin Covid-19 untuk dipakai di Indonesia. Pertama, Sinovac yang merupakan kerjasama Biofarma dengan Sinovac China. Kedua, Sinopharm yakni kerjasama Kimia Farma dengan Grup 42, Uni Emirat Arab. Ketiga, Genexine - GX-19 yaitu kerjasama Kalbe Farma dengan Genexine, Korea Selatan. Keempat, kerjasama Bio Farma dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) yang berbasis di Oslo, Norwegia.

Vaksin yang sudah diuji klinis CEPI diantaranya Inovio, Moderna, AstraZeneca, CureVac, Clover Biopharmaceuticals. Kelima, Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi RI, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Lembaga Biologi Molekular Eijkman. Pihak BPOM juga telah membuat roadmap tahapan pengembangan kandidat vaksin Merah Putih ini.

Saat disinggung apakah harga tes Swab atau PCR (Polymerase Chain Reaction) yang saat ini sangat mahal bisa diseragamkan seperti halnya harga rapid test yang dipatok maksimal Rp 150 ribu.

"Terimakasih sudah diingatkan, itu harusnya juga bisa," ujar Presiden Jokowi.

 

Gas dan Rem

Jokowi saat bertemu para pimpinan media di Istana Bogor, Jumat (4/9/2020).
Jokowi saat bertemu para pimpinan media di Istana Bogor, Jumat (4/9/2020).

Presiden Jokowi juga mengatakan krisis pandemi Corona ini telah mengakibatkan dampak ke ekonomi. Meski masalah kesehatan tetap diutamakan namun pemerintah juga mengukur dampak ekonominya.

“Gas dan rem harus seimbang antara kesehatan dan ekonomi nasional,” ujar Jokowi.

Selain upaya-upaya penanganan Corona yang terus diperbaiki seperti perilaku dan disiplin warga memakai masker hingga pengembangan vaksin, efek Covid-19 ke ekonomi warga juga diperhatikan dengan kebijakan subsidi atau bantuan sosial.

Dampak covid-19 yang luas ini jelas Jokowi mengakibatkan banyak negara dunia mengalami resesi. Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada triwulan I-2020 masih bisa poitif 2,97%, namun di triwulan II-2020 ikut negatif di angka minus 5,3%.

“Kita memang masih lebih rendah dibanding negara dunia yang pertumbuhan ekonominya minus cukup dalam pada kuartal 2-2020 seperti India minus 23,9%, Inggris minus 21,7%, Malaysia minus 17,1%, Singapura minus 13,2%, Jepang minus 9,9%, Amerika minus 9,5%,” papar Jokowi.

Untuk itu Jokowi berharap penyerapan anggaran bisa dipercepat agar ekonomi Indonesia bisa terjaga di tengah krisis pandemi ini. Jokowi menyoroti rendahnya penyerapan baik di kementerian maupun Pemda. “Kita ada uang, tapi ini kok penyerapannya rendah sekali,” katanya.

Jokowi mengungkapkan bagaimana setiap hari dirinya memonitor penyerapan anggaran baik yang berupa barang dan jasa, modal maupun bansos. “Saya lihat tiap hari angkanya lambat sekali geraknya,” ujar Jokowi.

Terlihat dari data yang dipaparkan di monitor, ada provinsi yang penyerapan barang dan jasa hanya 22% yakni Bengkulu, penyerapan modal 10,6% Kalimantan Barat, atau penyerapan Bansos yang masih nol persen seperti Jawa Barat.

Terlihat juga provinsi yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif yang cukup dalam seperti Bali minus 10,98% dan DKI Jakarta minus 8,2%

Independensi Bank Indonesia

Saat disinggung mengenai revisi UU Bank Indonesia (BI), Jokowi mengatakan inisiatif itu datang dari DPR. Namun pemerintah sangat jelas menilai BI harus kredibel dan independen. Kalau pun ada kebijakan burden sharing (berbagi beban) antara BI dan pemerintah tidak lantas membuat BI tidak independen.

"Pemerintah sudah jelas, BI independen," ujarnya.

Media Sosial Terlalu Demokratis

Saat disoal tentang buzzer atau influencer, Jokowi mengatakan pihaknya berdiskusi dengan semua pihak termasuk dari orang-orang yang berpengaruh di media sosial. Empat atau enam bulan sekali Jokowi mengaku mengajak diskusi orang-orang ini.

"Memang media sosial itu terlalu demokratis, orang ngomong apa saja," katanya. Jokowi juga mengaku masih sempat melihat media sosial saat perjalanan mobil dari Bogor ke Jakarta atau sebelum tidur.

 

Reshuffle Kabinet

Jokowi juga memastikan saat ini tim kabinet tengah fokus untuk bekerja maksimal menangani covid-19 dan dampak ekonominya. Maka itu Jokowi berucap “Masa pandemi gini reshuffle,” saat ditanya kenapa Presiden belum melakukan reshuffle kabinet sebagai respons kemarahannya saat rapat kabinet 18 Juni 2020.

"Minggu ini tidak, minggu depan juga tidak ada," katanya lagi ketika ditanya waktu yang tepat untuk reshuffle. Menurutnya sesekali marah itu perlu tapi bukan berarti harus reshuffle.

Presiden Jokowi juga berharap pelaksanaan Pilkada pada Desember nanti dapat berjalan baik. Protokol Kesehatan harus terus disampaikan.

Tak terasa hampir 2 jam diskusi pimpinan media massa dengan Kepala Negara berakhir. Jokowi juga menyempatkan untuk melakukan sesi foto di tangga depan Istana Bogor. Saat berjalan pulang ke luar, terlihat ada layangan jatuh terhempas angin.

“Wah ini layangan Jan Ethes ya,” celetuk salah satu Pimred. Namun menurut pegawai Istana, cucu kesayangan Jokowi itu ada di Solo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya