Liputan6.com, Jakarta Mabes Polri menyampaikan duka dan bela sungkawa atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama pada Rabu (9/8/2020).
"Sebagai mitra, kami atas nama keluarga besar Mabes Polri turut berduka cita atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama. Semoga segala kebaikannya diterima Tuhan Yang Maha Esa," tutur Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono dalam keterangannya, Rabu (9/9/2020).
Baca Juga
Argo menyebut, Jakob Oetama merupakan jurnalis senior dan tokoh pers nasional. Sosoknya sangat sederhana dan selalu mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme.Â
Advertisement
"Indonesia kehilangan tokoh pers terbaik," jelas Argo.
Sebelumnya diberitakan, Pendiri Kompas Grup, yang juga tokoh pers nasional Jakob Oetama meninggal dunia di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading dalam usia 88 Tahun.
Kabar itu disampaikan dalam siaran Live Kompas TV, Rabu (9/9/2020).
"Telah meninggal dunia pendiri Kompas Gramedia, tokoh pers nasional, Pak Jakob Oetama," demikian pernyataan dari Kompas TV.
Dikutip dari siaran Kompas TV, pihak keluarga sudah datang ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Jenazah rencananya akan dibawa ke tempat persemayaman di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kiprah Jako Oetama di Dunia Pers
Jakob Oetama merupakan jurnalis senior Indonesia yang dikenal sebagai pendiri dan pemilik Kompas Gramedia Group. Pria kelahiran 27 September 1931 ini mengawali kariernya sebagai jurnalis dengan menjadi redaktur di majalah mingguan Penabur pada 1956.
Pada 1963, dia menerbitkan majalah Intisari bersama rekannya sesama jurnalis, PK Ojong. Dua tahun kemudian, mereka mendirikan harian Kompas pada 28 Juni 1965.
Di bawah kepemimpinannya, Kompas berkembang pesat hingga kini memiliki beberapa anak perusahaan, mulai dari yang bergerak di bidang media massa, percetakan, hingga universitas.
Setelah sukses dengan Kompas, Jakob merasa perlu membuat media Indonesia yang berbahasa Inggris. Ia bersama beberapa rekannya akhirnya mendirikan The Jakarta Post yang pertama kali terbit pada 25 April 1983.
Selain di media, Jakob juga aktif dalam beberapa organisasi pers. Ia tercatat pernah menjabat sebagai pembina pengurus pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan penasihat Konfedereasi Wartawan ASEAN.
Semasa hidupnya, penghargaan akademis diterima Jakob, di antaranya gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi dari Universitas Gajah Mada dan Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah Indonesia pada 1973.
Advertisement