Tim Riset ITB Ungkap Ada Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Pulau Jawa

Endra mengatakan, setiap daerah dengan potensi gempa, layaknya selatan Jawa, akan terus mengumpulkan energi mencapai ratusan tahun bahkan ribuan tahun.

oleh Yopi Makdori diperbarui 25 Sep 2020, 09:46 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2020, 09:36 WIB
Ilustrasi tsunami
Gelombang tinggi di laut Gunung Kidul Yogyakarta. (Liputan6.com/Sunariyah)

Liputan6.com, Jakarta Tim Riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkap potensi gempa besar yang dapat memicu tsunami di selatan pulau Jawa. 

Salah seorang anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan menjelaskan bawah selatan Jawa memang telah diketahui sebagai tempat sumber gempa. 

"Nah itu kita bisa deteksi, kita bisa olah, analisis. Dari analisis tersebut menunjukkan bahwa ada potensi saat pengumpulan energi itu yang terjadi di selatan Jawa," kata Endra kepada Liputan6.com, Kamis (24/9/2020).

Kata Endra, kesimpulan tersebut didapat dari data global positioning system (GPS) dengan tingkat akurasi tinggi. Perbandingan dengan GPS di gawai yang biasa kita pakai itu memiliki akurasi belasan meter. Tapi GPS yang digunakan pada penelitian tersebut, kata Endra hingga akurasi satuan milimeter.

"Dari data GPS bisa menangkap prosesi tadi, siklus (gempa) itu tadi," ungkap dia.

Menurut Endra, sebaran potensi gempa besar ada di selatan Jawa Barat, selatan Yogyakarta, selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Selatan Jawa Barat itu kan belum gempa juga, paling-paling Pangandaran itu masih kecil. Tapi tidak sebesar di Aceh kan?," katanya.

Dosen ITB dengan kelompok keahlian Geofisika Global ini menjelaskan, setiap daerah dengan potensi gempa, layaknya selatan Jawa, akan terus mengumpulkan energi mencapai ratusan tahun bahkan ribuan tahun. Hingga pada waktunya akan dilepaskan. Pelepasan energi itulah yang kata Endra terwujud sebagai gempa.

"Jadi selatan Jawa Barat, selatan Jawa Tengah, selatan Jawa Timur itu semua mengumpulkan energi. Nah kalau semuanya ini, kalau ya kita asumsikan semuanya terjadi gempa pada saat yang sama (kekuatan) gempanya jadi (magnitudo) 9,1," beber dia. 

Angka magnitudo 9,1, menurut Endra itu angka kemungkinan kekuatan gempa paling kecil jika mengacu pada siklus gempa di sana yang dikalkulasi dalam rentang 400 tahunan tersebut. Jika siklus gempanya ternyata mencapai 500 hingga 600 tahun, maka kata Endra kekuatannya bisa lebih besar lagi.

"Kenapa kita gunakan 400 (tahun)? Karena dalam publikasi berbeda dari LIPI itu ada endapan tsunami, Pak Eko  dan Tim itu menemukan endapan tsunami sekitar 500 tahunan. Nah tentu kalau 400 (tahun) 9,1, kalau 500 bisa jadi naik lagi. Jadi minimal 9,1 kalau pecah semua," jelas dia.

Endra menerangkan bahwa angka itu didapat dengan juga mempertimbangkan sesar gempa di sana akan pecah dalam waktu bersamaan. Kemungkinan ini, menurut dia bisa saja terjadi berkaca dari gempa 2004 di Aceh yang pecahannya begitu panjang hingga mencapai Andaman.

"Tapi apakah mungkin pecahnya sebagian? Mungkin saja, contoh Nias itu kan kecil tuh hanya di Pulau Nias tidak ke Padang. Padang belum," jelas dia.

Temuan ini, kata Endra juga dihasilkan dari kombinasi berbagai data, baik data GPS, tempat terjadinya gempa, yakni dari barat Pulau Sumatera yang membentang melewati selatan Jawa, kemudian juga data seismik yang menyebutkan tak ada gempa-gempa besar yang tercatat.

"Kita deteksi dari data GPS analisisnya itu sekarang dalam pengumpulan energi itu," jelasnya.

Gelombang Tsunami Capai 20 Meter

Dengan asumsi gempa sebesar itu, menurut temuan tim peneliti, kata Endra akan menghasilkan gelombang tsunami setinggi lebih dari 20 meter.

"Paling tinggi di Jawa bagian barat itu sekitar 20-an meter," tutur dia. Sementara ke selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur hanya mencapai sekitar 10-an meter.

Endra menjelaskan, perbedaan ini disebabkan perbedaan zona kunciannya gempa. Tak semua zona patahan di selatan Jawa, lanjut dia memiliki kekuatan yang sama.

"Jadi masing-masing punya kekuatannya masing-masing. Nah Jawa Barat ternyata kunciannya itu yang paling besar dibandingkan di bagian tengah dan timur di Jawa Timur," ungkap Endra.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Dukungan Temuan Endapan Tsunami

ilustrasi kondisi pasca tsunami.
ilustrasi kondisi pasca tsunami. (iStockphoto)

Endra mengungkapkan bahwa temuannya itu didukung juga atas temuan endapan tsunami yang tercatat oleh para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

"Salah satu rekaman yang mendukung penelitian kami ini itu adalah hasil identifikasi tsunami di selatan Jawa yang dilakukan oleh Tim LIPI," kata Endra.

Endapan tsunami sendiri merupakan material yang dibawa dari dasar laut ke atas darat atas proses tsunami. Jika hal itu telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka endapan itu akan semakin dalam terkubur di bawah tanah. Karena lambat laun akan ditindih endapan-endapan lainnya.

"Nah itulah yang sebenarnya mengonfirmasi hasil (temuan) kami juga. Jadi ada beberapa hasil yang saling mengonfirmasi," jelas Endra.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya