Ende Jadi Kabupaten Pertama yang Laksanakan Program TOSS Secara Lengkap

Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang melaksanakan program Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS)

oleh Reza diperbarui 16 Des 2020, 12:44 WIB
Diterbitkan 16 Des 2020, 12:44 WIB
ESDM
Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang melaksanakan program Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS)

Liputan6.com, Jakarta Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang melaksanakan program Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS) secara lengkap, mulai dari proses pengolahan biomassa dan sampah domestik hingga pemanfaatannya untuk masyarakat dan mendukung pengembangan program co-firing pada PLTU Ropa. 

Pelaksanaan program TOSS di Ende ditandai dengan penandatanganan Kerjasama Implementasi TOSS Menjadi Bahan Baku Energi Kerakyatan antara Kabupaten Ende, PT PLN (Persero) UPK flores, Comestoarra.com, dan organisasi nirlaba Acil pada Kamis pekan lalu (10/12) yang dilaksanakan secara langsung di Kantor Bupati Ende dan disaksikan secara virtual oleh peserta undangan.

Dalam sambutannya, Bupati Ende H. Djafar H. Achmad mengungkapkan bahwa pelaksanaan program TOSS ini merupakan bagian dari upaya terobosan Pemerintah bersama dengan beberapa pihak untuk menyikapi permasalahan di Ende yang berkaitan dengan lingkungan dan masalah sampah.

“Terobosan pengelolaan dan pengolahan sampah menjadi energi kerakyatan dengan TOSS yang dilaksanakan dengan metode peuyeumisasi (dalam istilah Jawa Barat), rubhu (dalam istilah Ende), atau biodrying (dalam istilah asing). Realisasi dari TOSS di Kabupaten Ende ini menjadi solusi permasalahan yang didominasi oleh sampah biomassa seperti daun, ranting, rumput, limbah perkebunan, limbah pertanian, dan sampah organik lainnya,” tuturnya.

Bupati Djafar menjelaskan bahwa skema besar dari program TOSS ini adalah mendukung PT. PLN (Persero) dan Pemerintah pusat dalam Program Co-firing pada PLTU Ropa. Melalui Program Co-firing ini perekonomian masyarakat di Kabupaten Ende diharapkan akan lebih digiatkan. Selain itu, Program Co-firing ini diharapkan mampu mendukung Pemerintah pusat dalam penurunan emisi gas rumah kaca.

“Dengan sampah yang didominasi dengan sampah biomassa, kami yakin akan mewujudkan agenda tersebut dimana seluruh lapisan masyarakat akan bergotong royong dalam memproduksi bahan baku co-firing sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dipersyaratkan oleh PT PLN,” tandasnya.

Produk TOSS ini juga mampu dimanfaatkan untuk masyarakat di Kabupaten Ende yang sampai saat ini masih menggunakan bahan bakar rumah tangga berupa minyak tanah dan kayu bakar. Produk TOSS dapat digunakan untuk kompor rumah tangga ramah lingkungan yang dapat diproduksi oleh Usaha Kecil Menengah. Djafar menyampaikan masyarakatnya mampu menghemat anggaran bahan bakar rumah tangga yang setiap bulannya mencapai 200-500 ribu rupiah.

Selain itu, upaya melestarikan alam dengan tidak menebang pohon untuk kebutuhan bahan bakar rumah tangga juga dapat ditekan. Melalui TOSS juga, Pemerintah Kabupaten Ende bersama masyarakat bergandengan tangan untuk dapat menghidupkan dan memodernisasi sistem barter antara sampah dengan pelet TOSS atau komoditi dengan pelet TOSS.

 

(*)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya