Liputan6.com, Jakarta - Tim Reaksi Analisis Kebencanaan, Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan kondisi cuaca di Kalimantan dan Sulawesi, tengah tidak menentu sehingga menyebabkan banjir.
Anggota TREAK PSTA Lapan, Erma Yulihastin, mengatakan selama pertengahan Januari 2021 dinamika atmosfer di wilayah Indonesia lebih banyak dikontrol oleh pembentukan berbagai vorteks (turbulen), terutama di Kalimantan dan di Samudra Hindia.
Baca Juga
"Aktivitas pembentukan dan peluruhan vorteks tersebut telah mengganggu kekuatan angin monsun Asia yang berasal dari Laut Tongkok Selatan dan membelokkan angin utaraan menjadi baratan sehingga Pulau Jawa, dalam hal ini Jakarta dan sekitarnya, terhindar dari pembentukan hujan intensitas tinggi dan persisten," ujar Erma kepada Liputan6.com, Bandung, Senin, 18 Januari 2021.
Advertisement
Erma mengatakan pembentukan vorteks di Kalimantan yang terjadi sejak awal hingga pertengahan Januari 2021 tersebut telah menjadikan Kalimantan sebagai pusat konveksi (perpindahan panas dan kelembaban) secara persisten. Kondisi ini menimbulkan hujan intensitas sedang hingga tinggi disertai angin kencang yang terjadi selama berhari-hari di wilayah tersebut.
"Akibatnya, beberapa wilayah di Kalimantan mengalami bencana banjir dan tanah longsor. Banjir di wilayah Kalimantan selatan bahkan dilaporkan meluas dan merendam sekitar 19 ribu rumah," kata Erma.
Dia menuturkan, sejak 14 Januari 2021, pusat konveksi di sekitar Kalimantan mengalami pergeseran ke timur, yaitu ke wilayah Sulawesi dan Halmahera. Selain itu, penghangatan suhu permukaan laut di Selat Makassar dan Samudra Pasifik utara Sulawesi berakibat pada pembentukan sistem tekanan rendah di Samudra Pasifik dekat Filipina.
Lapan menganalisis, penghangatan suhu permukaan laut di Makassar ini berdampak pada pembentukan sistem konveksi di Kaltim dan Kaltara, yang mengalami propagasi atau penjalaran menuju Sulawesi bagian utara dan selatan dan berlanjut menuju wilayah Halmahera dan sekitarnya.
"Akibatnya, hujan dan angn kencang diprediksi terjadi di Kaltara, Kaltim, Sulut, dan Sulsel. Pergeseran ke wilayah timur akan terus berlanjut sehingga akan menyebabkan kondisi basah di beberapa wilayah Ambon dan sekitarnya," ungkap Erma.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harus Terus Dipantau
Meskipun demikian, lanjut Erma, dinamika atmosfer perlu terus dipantau. Sebab, pembentukan vorteks di Samudra Hindia selatan Pulau Jawa berpotensi pada meningkatkan angin monsun utaraan dan meningkatkan hujan pagi hari di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Sebelumnya, TREAK PSTA Lapan melaporkan kejadian banjir dengan ketinggian 2-3 meter di beberapa lokasi di Kalimatan Selatan (13/1/2021) terjadi setelah hujan yang terus mengguyur secara merata di daerah tersebut.
"Analisis dinamika atmosfer menunjukkan penguatan angin monsun Asia dari Laut Tiongkok Selatan ke Pulau Jawa melewati Selat Karimata mengalami pembelokan di atas laut Jawa bagian utara Pulau Jawa," terang Erma.
Erma menuturkan pembelokan angin baratan menjadi baratdayaan ini terjadi di atas Kalimantan Selatan karena terdapat pusat tekanan rendah, yaitu di atas Pulau Sulawesi dan di Samudra Pasifik utara Sulawesi.
Uap air yang dibawa oleh angin tersebut selanjutnya membangkitkan aktivitas awan konvektif yang persisten dan terkonsentrasi di wilayah tersebut dari pukul 13.00-18.00 WIB karena tertahan oleh dataran tinggi di atas Kalimantan yang memanjang dari selatan ke utara.
"Aktivitas konvektif tersebut menimbulkan hujan intensitas tinggi dan persisten dari tanggal 13 Januari pukul 15.00 WIB hingga keesokan hari pukul 07.00 WIB," tutur Erma.
Pada hal ini tukas Erma, dataran tinggi atau pegunungan di Kalimantan Selatan telah berperan dalam mengangkat udara yang tidak stabil melalui proses pembentukan awan dan hujan yang disebut juga dengan hujan orografis.
Advertisement