Mensos Risma Sebut Keterlambatan Bantuan Korban Bencana NTT Lantaran Cuaca

Risma mengatakan, di Adonara NTT tidak ada landasan yang bisa dipakai untuk bongkar bantuan di pesawat. Untuk itu pihak Kemensos terpaksa mengangkut barang dengan jalur darat.

oleh Yopi Makdori diperbarui 07 Apr 2021, 20:47 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2021, 20:45 WIB
Mensos Risma
Mensos Risma memberikan Sambutan Secara Virtual dalam rangka Peringatan Hari Pekerja Sosial Sedunia Tahun 2021 (16/03/2021)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini atau Risma mengaku terlambat saat akan menyalurkan bantuan kepada korban bencana banjir bandang di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Selasa 6 April 2021. Menurutnya hal itu disebabkan beberapa faktor, di antaranya karena cuaca.

"Saya tuh terhambat karena cuaca, jadi kemarin kan kita bawa barang turunnya di Maumere. Di sana jalan darat ke Larantuka kemudian menyeberang ke Adonara. Nah ini sempat kita nggak bisa nyeberang karena memang cuaca tidak bagus," ujar Risma dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (7/4/2021). 

Risma pun mengaku berusaha bagaimana caranya supaya bisa menyeberang. Di samping itu, transportasi angkutan barang juga sulit ditemui.

"Kalau penyediaan barang itu sangat mudah sekali sebetulnya, cuma tadi karena tarnsport-nya sulit, kita juga kesulitan membawa barang ke sana," ujar dia.

Risma mencontohkan di Adonara. Di sana tak ada landasan yang bisa dipakai untuk bongkar bantuan di pesawat. Untuk itu pihaknya terpaksa mengangkut barang dengan jalur darat.

"Saya jelaskan (ke pengungsi) kami bukan tidak mau, tapi nggak bisa kami ke sini. Sebetulnya saya dari Bima langsung ke Adonara tapi nggak boleh terbang karena cuacanya memang tidak bagus," jelas dia.

Risma secara perlahan menjelaskan ke warga korban bencana NTT soal kondisi itu. Sampai akhirnya mereka memahami situasinya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Korban Bencana di NTT: 124 Warga Meninggal dan 74 Orang Hilang

FOTO: Kondisi NTT Usai Diterjang Banjir Bandang
Warga menyaksikan ekskavator membersihkan puing pada daerah yang terkena banjir bandang di Waiwerang, Pulau Adonara, Nusa Tenggara Timur, Selasa (6/4/2021). Tim penyelamat terus menggali puing tanah longsor untuk mencari korban yang terkubur usai bencana banjir bandang. (AP Photo/Rofinus Monteiro)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, ada penambahan jumlah korban jiwa akibat bencana alam seperti banjir bandang hingga tanah longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Rabu pukul 14.00 WIB.

"Data 124 jiwa meninggal dunia dan 74 orang hilang," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam diskusi virtual, Rabu (7/4/2021).

Dia menjelaskan, warga NTT yang menjadi korban meninggal tersebut tersebar di sejumlah wilayah. Sebanyak 67 korban meninggal tersebut ada di Kabupaten Flores Timur, 28 orang Kabupaten Lembata, 21 orang Kabupaten Alor, dan tiga orang di Kabupaten Malaka.

Lalu, dua orang meninggal di Kabupaten Sabu Raijua, dan Kabupaten Kupang, Kota Kupang, serta Kabupaten Ende masing-masing satu orang.

Sedangkan yang masih dinyatakan hilang paling banyak di Kabupaten Lembata yakni 44 orang. "Enam orang di Flores Timur dan 24 orang di Kabupaten Alor," ucap dia.

Selanjutnya, 129 orang luka-luka dan terdapat 4 ribuan warga jadi korban bencana alam akibat siklon tropis Seroja ini.

Raditya juga menyatakan, akibat bencana tersebut 1.962 rumah warga di NTT terdampak. Rinciannya, rumah rusak berat 688 unit, kerusakan ringan 154 unit, dan rusak sedang 272 unit.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya