Special Content: Fenomena Korean Wave, Demam yang Belum Akan Reda

Popularitas hiburan dan budaya Korea di Asia maupun di negara belahan dunia lain mungkin sekarang tengah mencapai puncaknya. Fenomena ini disebut Hallyu atau Korean Wave atau Gelombang Korea.

diperbarui 25 Sep 2021, 00:16 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi Korean Wave (Liputan6.com / Abdillah)
Ilustrasi Korean Wave (Liputan6.com / Abdillah)

Jakarta - Popularitas hiburan dan budaya Korea di Asia maupun di negara belahan dunia lain tengah mencapai puncaknya. Korea benar-benar menginvasi dunia dan memilih generasi muda sebagai pengikutnya.

Korea yang dimaksud tentu saja Korea Selatan. Gelombang besar ini sangat memengaruhi gaya hidup anak muda, termasuk di Indonesia. Sejak beberapa tahun terakhir, Korea tidak hanya dikenal sebagai penghasil barang elektronik, tapi juga produsen industri kreatif kelas dunia.

Korean Wave atau Hallyu atau Gelombang Korea merupakan istilah yang merujuk pada popularitas hiburan dan budaya Korea di negara-negara lain. Hallyu mencakup berbagai aspek yakni musik, drama televisi, film, makanan, literatur, kosmetik, dan bahasa.

Di situs Ministry of Foreign Affairs Republic of Korea, disebutkan fenomena Hallyu pertama kali muncul pada pertengahan 1990-an setelah Korea mengadakan hubungan diplomatik dengan Tiongkok pada tahun 1992. Setelah itu, musik pop Korea yang dikenal dengan K-Pop dan drama TV Korea atau K-Drama langsung populer di kalangan masyarakat Tiongkok.

Di masa sekarang, K-Pop terus menarik banyak penggemar dari seluruh dunia. Sejak pertama kali hadir di pasar global pada pertengahan tahun 2000-an, K-Pop telah menarik banyak penggemar dari Asia Tenggara dan terus menyebar ke Eropa, Amerika Serikat dan Amerika Selatan.

Kesuksesan K-Pop didahului oleh meroketnya grup idol. Grup idol Korea mampu menyebarkan demam K-Pop ke seluruh dunia. Ketenaran para penyanyi K-Pop diraih berkat kualitas vokal yang bagus, penampilan panggung yang memukau, dan koreografi tari yang menarik.

Super Junior, Bing Bang, 2NE1, Beast, Girl’s Generation, 2PM, Wonder Girls, Blackpink, hingga BTS merupakan sederet grup idol asal Korea yang telah mendunia dengan prestasi segudang. Tapi, kemunculan lagu Gangnam Style oleh PSY pada akhir tahun 2012 seolah menjadi titik balik K-Pop menembus sekaligus menaklukkan musik dunia.

Drakor Bikin Ketagihan

Selain K-Pop, K-Drama atau yang juga dikenal sebagai Drakor (Drama Korea) menjadi ujung tombak dalam kesuksesan industri kreatif mereka di dunia. Bukan rahasia lagi bahwa menonton K-Drama akan membuat Anda ketagihan. Reputasi aktor dan aktris Korea dalam seni peran pun tak perlu diragukan lagi.

K-Drama awalnya mampu sukses besar saat ditayangkan di Tiongkok dan Jepang lewat judul "What is Love?" (MBC) dan "Winter Sonata" (KBS). Momen itu mendorong minat dari negara-negara Asia lainnya dan di luar Asia untuk menonton K-Drama. Skenario dan karakteristik K-Drama mampu diterima masyarakat negara-negara Asia. Kesuksesan besar drama-drama TV Korea terus berlanjut sampai sekarang.

Seperti halnya K-Drama, film-film Korea pun juga mampu mencuri perhatian dunia. Komunitas perfilman internasional sudah lama menaruh minat besar pada film maupun para sutradara Korea.

Bahkan, prestasi bergengsi dunia telah disabet oleh pelaku industri perfilman Korea. Film berjudul 'Parasite' sukses meraih Academy Award atau Oscar untuk kategori Best Picture atau Film Terbaik 2020, demikian pula sang sutradara Bong Joon Ho yang dianugerahi penghargaan Best Director atau Sutradara Terbaik.

Terbaru, Youn Yuh Jung memenangi penghargaan aktris pendukung terbaik di Academy Award atau Oscar 2021 setelah berperan di film Minari. Torehan berbagai penghargaan kelas dunia itu seakan membuktikan reputasi hebat Korea di industri kreatif, khususnya perfilman.

Demam Korea yang melanda dunia tentu saja diiringi dengan berbagai keuntungan yang diperoleh Negeri Ginseng tersebut. Sebab, Korea sekarang dianggap sebagai negara yang mengekspor kebudayaan paling populer di dunia.

Setelah budaya pop seperti musik, drama, dan film, masyarakat luar negeri pun tertarik untuk mempelajari bahasa dan mencicipi kuliner khas Korea. Acara televisi Korea juga digandrungi. Fashion dan kosmetik dari Korea disebut sebagai salah satu kiblat kecantikan dunia.

Segala hal yang berbau Korea menjadi daya tarik publik. Industri pariwisata ikut terdampak, karena orang dari negara lain berbondong-bondong datang untuk berlibur dan mempelajari kebudayaan Korea Selatan.

Sekarang, di Indonesia pun kita bisa dengan mudah melihat pengaruh budaya Korea. Tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat fakta nyaris di setiap kita juga memiliki seseorang yang menggemari hal-hal berbau Korea, atau malah kita sendiri sudah terkena demam Korea.

Saksikan Video Berikut Ini

Ikat Emosi Penonton

Kim Jung Hyun saat syuting drakor Time. (MBC via Soompi)
Kim Jung Hyun dan Seohyun SNSD saat syuting drakor, Time. (MBC via Soompi)

Pengamat Broadcasting, Maman Suherman, menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat masyarakat Indonesia begitu menggilai Drakor. Salah satunya adalah kemampuan mengikat emosi penonton.

"Mau drama manapun, pasti akan mengikat penontonnya, pasti akan memicu adrenalin dan penonton akan menantikan kelanjutannya. Ada sensasi emosi yang campur aduk, sebelum ketemu endingnya," kata Maman kepada Liputan6.com.

"Drakor mampu menggabungkan bahagia, sedih, emosi, jatuh cinta, patah hati, itu diaduk-aduk betul. Bagi penyuka tayangan penuh emosi, otomatis akan langsung terikat. Jadi, ada ikatan emosi dengan karakter, dan Korea pintar mengemas hal-hal tersebut."

Daya tarik terhadap budaya Korea, juga jadi faktor remaja Indonesia menggilai Drakor.

"Kita senang mengetahui budaya yang berbeda, sehingga orang tertarik lihat kotanya, budayanya. Makanya, kalau saja sinteron kita berbasis budaya, menjual kekayaan budaya dan keindahan lokasi, itu lebih baik. Tidak sekadar mengadaptasi drama dari luar."

"Serial Drakor juga tidak berlarut-larut, tidak kelamaan. Drakor paling 16 episode selesai dan kemudian bisa pindah ke drakor lain."

Maman melanjutkan, bagi sebagian orang, terutama anak muda, Drakor juga kini jadi sarana untuk belajar bahasa Korea. "Anak-anak muda kelihatan 'Gaya' kalau bisa mengucapkan kata-kata 'Terima kasih, maaf, aku cinta padamu' dalam bahasa lain. Siapa sih sekarang yang tidak tahu istilah 'Saranghaeyo' dengan memberikan tanda love dengan jari. Jadi, mereka mempelajari hal-hal baru," ujarnya.

Tak hanya itu, alur percintaan yang manis, tanpa melebih-lebihkan adegan fisik, juga jadi keunggulan Drakor. "Ketika ada sentuhan fisik, dibikin slow motion dan berulang-ulang, tapi tidak berlebihan. Justru karena itu manis, membuat orang suka, dan remaja terpesona dengan hal tersebut," Maman menambahkan.

"Unsur fashion juga menarik perhatian remaja. Berapa banyak anak-anak muda yang mengikuti busana artis di Drakor. Apa pernah lihat baju lecek di Drakor? Tidak ada. Mereka fashionable sekali dan itu indah di pandangan mata."

Menurut Maman, peran pemerintah Korea Selatan sangat krusial dalam mempromosikan Drakor ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

"Orang tergila-gila dengan K-Pop dan Drakor bukan sesuatu yang instan. Ada keterlibatan negara di situ. Mereka menyiapkan itu semua. Pemerintah Korea ikut terlibat untuk memperkenalkan budaya mereka, menyiapkan ekspansi budaya untuk lebih dari Jepang. Apalagi sekarang mereka menerobos dengan menembus Oscars, itu sesuatu yang luar biasa," ucap alumni Universitas Indonesia tersebut.

Dukungan Penuh Pemerintah

hallyu-showbiz-130306b.jpg
Ilustrasi Hallyu atau Korean Wave

Profesor di Universitas Sangmyung Seoul, Song Young-chae, menyebut bahwa pemerintah Korea Selatan memakai Hallyu atau Korean Wave sebagai bentuk promosi ke negara-negara lain. Kini, kata dia, banyak orang dari negara lain mengetahui Korea terlebih dulu lewat musik, drama televisi, dan film.

"Jadi sangat masuk akal untuk membangun minat itu dan menggunakannya untuk menyebarkan berita," ujar Song Young-chae, seperti dilansir DW.

"Apabila Anda kembali ke 30 atau 40 tahun lalu, maka hanya sedikit orang yang tahu tentang Korea dan budayanya. Bahkan tidak banyak yang tahu di belahan dunia mana semenanjung Korea berada. Segalanya sudah pasti berbeda sekarang. Tapi apa pun yang bisa dilakukan untuk membuat dunia tahu lebih banyak tentang Korea pastilah hal yang baik," terangnya.

Untuk mencapai kesuksesan seperti sekarang, pemerintah Korea memiliki andil yang besar. Ini juga melalui proses yang panjang sebelum akhirnya popularitas Korean Wave atau Hallyu mendunia.

Korea Selatan boleh jadi merupakan satu-satunya negara yang memiliki kementerian dengan fokus utamanya mengurusi industri hiburan dan kreatif di negara tersebut. Hal itu karena industri kreatif jadi sektor yang berpengaruh besar untuk ekonomi negara sehingga perlu perhatian khusus.

Industri kreatif memang sedari awal menjadi salah satu proyek besar dari pemerintah Korea. Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan (MCST) memegang peranan penting kesuksesan Korean Wave saat ini.

Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan membawahi tiga lembaga yakni KOCCA (Korea Creative Content Agency), KOFICE (Korea Foundation for International Cultural Exchange), dan KTO (Korean Tourism Organization). Tiga lembaga ini bertanggung jawab menyebarkan Hallyu ke luar negeri.

KOCCA merupakan wadah industri kreatif Korea Selatan yang memegang peranan dari mulai musik, fashion, penyiaran, gim sampai animasi. KOFICE sebagai lembaga yang bertugas memperkenalkan budaya dan Korea Selatan ke dunia internasional. Sementara KTO adalah organisasi yang berkaitan dengan potensi negara meraup devisa dari popularitas Hallyu di luar negeri.

Promosi Budaya

"Pemerintah Korea Selatan ingin memanfaatkan popularitas Hallyu untuk mempromosikan bahasa dan budaya bangsa mereka. Meningkatkan penggunaan bahasa Korea bisa menjadi pintu gerbang bagi perkembangan bisnis, ekonomi, dan prestise nasional," kata pengamat budaya Korea Selatan, Ashanti Widyana ketika dihubungi Liputan6.com.

Sebagai bukti pemerintah Korea Selatan memiliki peranan penting dalam Hallyu yaitu, biasanya terdapat lambang Kementerian Kebudayaan Korea, yang muncul di kredit akhir tayangan drama atau film Korea.

Menurut wanita yang biasa disapa Ana itu, industri kreatif Korea Selatan sejak awal dibangun untuk kebutuhan promosi negara tersebut. Korea Selatan mampu menjadikan industri kreatif sebagai produk budaya dan sumber pemasukan negara. Lalu, aspek ekonomi lain seperti pariwisata, kuliner, dan merchandise ikut terkatrol.

Drama dan film Korea sudah seringkali mewarnai siaran televisi berbagai negara di belahan dunia. Demikian pula musik K-Pop, yang telah dikonsumsi ratusan juta orang dari berbagai macam platform. Kuliner, fashion, dan kosmetik asal Korea juga diekspor ke banyak negara.

Wanita yang juga berprofesi sebagai pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa Korea Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini, faktor drama maupun film Korea sangat diminati dan diterima di berbagai negara adalah karena tampil beda dan total. Pilihan tema begitu banyak dan tidak hanya perkara air mata dan cinta.

"Korea menawarkan drama fantasi menarik. Lalu, ada juga kisah nyata yang diangkat ke dalam layar drakor. Industri drama Korea sanggup beradaptasi dan mengolah klise. Drama Korea juga mengikuti perkembangan terbaru yang diinginkan penonton," beber Ana.

Selain itu, aturan sensor juga dihapus, sehingga membuat kreativitas pelaku industri drama televisi dan film Korea lebih bebas berekspresi. Kualitas produksi mereka pun cukup unggul sehingga mampu bersaing secara global.

Korea Selatan juga didukung oleh insfrastruktur teknologi yang dibangun pemerintah mereka dengan berinvestasi besar pada perkembangan internet. Dari laporan CNET pada September 2020, Korea Selatan merupakan rumah bagi internet tercepat di dunia. Penyedia internet negara itu meluncurkan internet dengan kecepatan 2,5 gigabit per detik. Ini faktor yang sangat penting dalam industri kreatif yang mereka usung.

Mudah Diterima

BTS. (Twitter/ bts_bighit)
BTS (Twitter/ bts_bighit)

Rasanya tidak akan terkejut ketika mengetahui bahwa puncak popularitas Hallyu atau Korean Wave sudah direncanakan melalui strategi yang pemerintah Korea Selatan sejak awal. Harus diakui, Korea Selatan pandai dalam membaca pasar global.

Riset yang dilakukan juga tidak main-main agar program Hallyu mampu menarik minat masyarakat dunia. Sistem produksi dan strategi pemasaran negara dengan populasi sekitar 51,71 juta jiwa ini mampu memberi kesan positif, baik di dalam maupun di luar negeri.

Penyebaran Hallyu begitu masif, salah satunya karena dibantu peran media sosial. Demikian pula dengan media massa yang lebih dulu giat mempromosikan budaya tersebut.

Korea Selatan memperluas jaringan untuk memperkenalkan kebudayaannya sehingga masyarakat dunia kian akrab dan lambat laun akan terpengaruh sampai menerimanya dengan nyaman. Dampak Hallyu amat nyata bagi citra Korea Selatan di mata dunia.

Penggemar Fanatik di Indonesia

Indonesia salah satu negara yang masyarakatnya banyak menggemari berbagai hal berbau Korea. Psikolog Universitas Indonesia, Oktina Burlianti, menyebut bahwa penggemar K-Pop di tanah air kebanyakan masih remaja.

Bahkan, penggemar K-Pop di Indonesia juga dikenal sangat fanatik terhadap idolanya. Oktina mengetahui bahwa di kalangan fans K-Pop mengembangkan metode yang sangat bernuansa dunia digital seperti role-playing, di mana para fans membuat kelompok untuk bersama-sama memerankan diri mereka sebagai anggota grup idol favorit mereka.

"Yang terjadi adalah mempersonalisasikan idola mereka ke dalam diri mereka sendiri sehingga akhirnya ketika si idolanya disakiti, mereka seolah-olah itu dirinya sendiri," kata Oktina saat dihubungi Liputan6.com.

Oktina mengaku mengetahui mengapa K-Pop, Drakor, ataupun film Korea begitu mudah diterima di berbagai negara, termasuk Indonesia. Salah satu faktornya yakni riset terperinci mengenai apa yang disukai khalayak sebelum mengeluarkan produk industri kreatif mereka ke pasar internasional.

"Saya pernah bertemu teman yang pernah menjadi dosen tamu di Korea. Saya enggak tahu ya ini relevan atau tidak, tapi dia cerita bahwa industri entertainment di Korea itu gila-gilaan. Sebelum mereka bikin film atau apa pun, itu mereka riset," beber Oktina.

"Misalnya, di Indonesia itu alias mata yang bagaimana yang disukai sama audience. Kemudian gaya yang kayak bagaimana. Makanan yang kayak bagaimana. Baju yang kayak bagaimana. Itu benar-benar riset. Dipersonalisasikan sama target marketnya mereka. Jadi, artinya mereka sendiri sudah menyiapkan membuat itu untuk dicintai. Namanya branding. Namanya iklan. Risetnya mereka sendiri sudah kuat."

INFOGRAFIS

INFOGRAFIS: Deretan Prestasi Mendunia Artis Korea (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: Deretan Prestasi Mendunia Artis Korea (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya