Di Global Health Summit, Jokowi Serukan Kesetaraan Akses Vaksin Covid-19 untuk Semua Negara

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerukan keadilan vaksin untuk seluruh negara. Sebab hingga saat ini, kata dia, masih ada disparitas atau kesenjangan global atas akses vaksin masih melebar.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mei 2021, 08:59 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2021, 06:47 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan pernyataan terkait KRI Nanggala-402, Minggu, 25 April 2021 di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerukan keadilan vaksin Covid-19 untuk seluruh negara. Sebab hingga saat ini, kata dia, masih ada disparitas atau kesenjangan global atas akses vaksin masih melebar.

"Saya harus kembali mengingatkan kita semua kita hanya akan betul-betul pulih dan aman Covid-19 jika semua negara juga telah pulih, no one is safe until everyone is, saat ini tantangan akses vaksin yang adil dan merata bagi semua masih sangat besar seperti masalah suplay, pendanaan dan keengganan terhadap vaksin," kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara Global Health Summit dalam akun YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (21/5/2021).

Jokowi pun membeberkan saat ini masih ada beberapa negara yang sudah memulai vaksinasi kelompok berisiko rendah, yaitu anak-anak dan usia belia. Tetapi baru 0,3 persen suplai vaksin untuk negara berpengasilan rendah.

"Kesenjangan itu sangat nyata ketika 83 persen dosis vaksin global sudah diterima negara kaya, sementara negara berkembang hanya terima 17 persen untuk 47 persen populasi dunia," ungkapnya.

Sehingga dia pun mengajak negara G20 untuk melakukan langkah-langkah agar masalah vaksin bisa teratasi. Salah satunya yaitu strategi jangka pendek dengan mendorong lebih kuat lagi dosis sharing melalui skema Covax facility.

"Ini merupakan bentuk solidaritas yang harus didorong dan dilipatgandakan khususnya mengatasi masalah ketimpangan masalah suplai, dalam jangka menengah dan panjang kita harus melipat gandakan produksi vaksin untuk memenuhi kebutuhan global," bebernya.

Tidak hanya itu, untuk membangun ketahanan kesehatan, Jokowi juga mengatakan, diperlukan kapasitas produksi secara kolektif. Dengan para ahli teknologi dan investasi.

"Jika isu kapasitas produksi dan distribusi vaksin tidak segera ditangani, saya khawatir semakin lama kita dapat menyelesaikan pandemi ini," ungkapnya.

G20 Harus Dukung Kesetaraan Vaksin

Sebab tercapainya produksi ekonomi yang positif menurut institusi keuangan dunia, kata Jokowi, akan sangat bergantung bagaimana kerja sama seluruh negara menangani pandemi. Jokowi pun meminta agar anggota negara G20 bisa memberikan dukungan peningkatan produksi serta kesetaraan akses vaksin bagi negara.

"Indonesia mendukung adanya usulan Trade-Related Intelectual Property Rights (TRIPs) Waiver bagi pencegahan dan pengobatan covid19 termasuk untuk vaksin,” katanya.

Indonesia juga, kata Jokowi, telah memutuskan untuk menjadi salah satu negara co-sponsor proposal Trade-Related Intelectual Property Rights (TRIPs) Waiver. Dengan begitu, kata Jokowi, Indonesia berharap negara anggota G20 lainnya dapat memberikan dukungan yang sama.

"Sebagai produsen vaksin terbesar di Asia Negara, Indonesia siap menjadi hub (pusat) peningkatan produksi vaksin di kawasan," ungkapnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pandemi Covid-19 Belum Berakhir

Dalam kesempatan itu, Jokowi menambahkan, hingga saat ini belum ada tanda-tanda pandemi Covid-19 akan berakhir. Hal tersebut diperkuat dengan peringatan WHO bahwa tahun ke dua pandemi bakal lebih mematikan lantaran adanya perkembangan varian virus baru.

"Yang mulia sejak pertemuan kita terkahir 6 bulan yang lalu belum ada tanda-tanda pandemi akan segera berakhir. Dokter Tedros Dirjen WHO, menyampaikan pada tahun ke-2 pandemi dampaknya bisa jauh lebih mematikan dibanding tahun pertama. Perkembangan varian-varian baru virus Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia," kata Jokowi.

Jokowi pun meminta agar negara G20 untuk membuat langkah strategis untuk menghadapi pandemi di masa depan. Dengan menjadi bagian utama upaya membangun arsitektur ketahanan kesehatan global yang kokoh.

"Kerjasama Global menjadi sebuah keniscayaan melalui komitmen politik yang Solid G20 perlu mendukung traktat kesiapan pandemi global dan penguatan peran sentral WHO," bebernya.

Dia juga mengatakan, negara G20 harus menjadi katalisator ketahanan kesehatan kawasan melalui peningkatan sistem deteksi, peringatan dini dan mekanisme berbagi informasi serta dukungan pendekatan one health.

Kemudian dia juga mengatakan prinsip-prinsip dalam deklarasi Rhoma sangat penting untuk ketahan kesehatan global.

"Namun prinsip tersebut tidak akan berarti jika tidak diterapkan secara konkret. Implementasi adalah kunci dan dunia hanya bisa pulih serta menjadi lebih kuat jika kita melakukannya bersama-sama, recover together, recover stronger," tegasnya.

Reporter : Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya