Liputan6.com, Jakarta - Tim ahli forensik Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan autopsi jenazah Trio Fauqi Virdaus, karyawan outsourcing sebuah BUMN yang meninggal dunia sehari setelah disuntik vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Autopsi untuk mengetahui penyebab utama terjadinya Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) pada Trio Fauqi Virdaus ini dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Hindra Irawan Satari mengatakan autopsi jenazah Trio Fauqi Virdaus terkait vaksin AstraZeneca rampung pada Selasa 29 Juni 2021. Hasil autopsi telah dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Advertisement
"Sudah dikirim ke Dinkes DKI kemarin siang," kata Hindra kepada Merdeka, Rabu (30/6/2021).
Hindra enggan membocorkan hasil autopsi jenazah Trio Fauqi Virdaus yang meninggal usai mendapat vaksin AstraZeneca. Menurut dia, Dinkes DKI yang akan mengumumkan langsung hasil autopsi tersebut.
"Kita tunggu pernyataan resmi dari Dinkes DKI. Sabar, mudah-mudahan hari ini (diumumkan)," ujar Hindra.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cerita Sang Ibu
Trio Fauqi Virdaus dinyatakan meninggal dunia setelah 24 jam mendapat suntikan vaksin AstraZeneca untuk Covid-19. Padahal, sebelumnya, dia dalam keadaan sehat dan tidak punya penyakit bawaan.
Sebagai pegawai outsourcing di sebuah BUMN, Trio berkesempatan mendapatkan vaksin Covid-19 pada Rabu, 5 Mei 2021.
Sang ibu, Zakiah mengatakan, Trio pergi kerja dalam keadaan sehat walafiat. Oleh karena itu, dia kaget ketika Trio pulang cepat. Hal tersebut di luar kebiasaan putranya.
Saat itu, Trio mengeluh badan linu hingga sakit kepala.
"Pulang ke rumah sekitar setengah 4 atau jam 4. Saya tanya kenapa bang kok sudah pulang baru gini hari. 'Saya divaksin ma, badan saya linu semua rasanya, kepala saya sakit banget.'," kata Zakiah mengulang percakapan dengan putranya, kepada Merdeka di kediamannya, di kawasan Buaran, Jakarta Timur, Selasa (11/5/2021).
Dia kemudian menyarankan Trio membatalkan puasanya dengan air putih. Trio pun terlelap hingga waktu berbuka. Setelah meneguk teh manis, dia kembali terlelap.
Namun, tengah malam Trio terjaga. Sakit kepala semakin tidak tertahankan. Zakiah menceritakan rintihan kesakitan yang dialami putranya.
"Mah, saya enggak kuat tolong mah. Kepala saya sakit banget mah, tulang saya linu sakit semua," kata Trio ditirukan Zakiah.
"Sampai dia nyebut, ya Allah mah saya enggak pernah sakit, kenapa sekali divaksin saya sakit ya Allah," sambung dia.
Zakiah menyarankan Trio untuk meminum obat sakit kepala. Namun ditolak lantaran takut karena usai vaksin. Sempat diukur suhu badannya, saat Trio panas. Tetapi suhu badannya tak lama turun. Trio kembali terlelap hingga pagi.
Keesokan paginya, Trio diantar teman ke dokter. Namun, dokter yang ia datangi baru buka praktik sekitar pukul 20.00 WIB. Kembali ke rumah, Trio masih merintih sakit kepala.
Tidur menahan sakit, Trio masih bercanda dengan sang adik. Meminta adiknya untuk memijitnya, dengan janji akan dibelikan paket internet.
"Tolong dek pijitin Aa' dong kakinya. Pijitin kakinya, tar abang beliin paketan," cerita Zakiah.
Advertisement
Tiba-TIba Lemas
Tak lama, Trio duduk bersandar. Dia terlihat lemas. Badannya tidak kaku. Trio pun tak berbicara. Panik melihat kondisi putranya, Zakiah meminta bantuan dan mengantar ke rumah sakit terdekat.
Rumah sakit paling dekat adalah Asta Nugraha yang merupakan RS bersalin. Trio dan ibunya ditolak karena tak bisa membantu pasien akibat vaksinasi.
Kemudian disarankan pindah ke rumah sakit yang lebih besar. Ketika menunggu kendaraan untuk ke rumah sakit lain, RS Asta Nugraha memanggil kembali untuk diperiksa di dokter umum.
Dokter menyatakan Trio sudah meninggal dunia. Saat dipastikan menggunakan alat, dinyatakan telah meninggal pukul 12.30 WIB, Kamis 6 Mei 2021.
"Untuk memastikan harus tes jantung, dibawa ke dalam dipastikan di situ jam 12.30 dokter menyatakan sudah tidak ada," kata Zakiah.
Reporter: Titin Supriatin
Sumber: Merdeka