UNPAR Siapkan Generasi Serba Bisa Lewat Program Peminatan Integrated Arts

Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (FF UNPAR) memiliki program peminatan Integrated Arts yang memiliki daya tawar dan kebaruan.

oleh stella maris pada 06 Agu 2021, 08:00 WIB
Diperbarui 06 Agu 2021, 19:30 WIB
Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (FF UNPAR) memiliki program peminatan Integrated Arts yang memiliki daya tawar dan kebaruan.
Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (FF UNPAR) memiliki program peminatan Integrated Arts yang memiliki daya tawar dan kebaruan.

Liputan6.com, Jakarta Bidang seni merupakan salah satu program yang kini banyak diminati generasi milenial di perguruan tinggi. Apalagi di industri kreatif saat ini, para mahasiswa lulusan bidang seni paling dicari.

Itu karena lulusan dari bidang seni mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam industri kreatif. Berkaitan dengan hal tersebut, Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (FF UNPAR) memiliki program peminatan Integrated Arts yang memiliki daya tawar dan kebaruan.

FF UNPAR merupakan universitas pertama di Indonesia yang menjawab kebaruan dalam bidang seni yang terakreditasi A dalam program Integrated Arts atau seni terpadu. Jika sebagian besar pendidikan tinggi seni berfokus pada satu bidang tertentu, Integrated Arts UNPAR memadupadankan berbagai bidang seni untuk menjawab kepentingan terkini.

Lima bidang yang siapkan sebagai teori dan praktik, dinilai jadi padu padan yang pas sebagai skill set mumpuni. Mulai dari seni rupa dan desain, seni pertunjukan, seni musik, manajemen seni dan kuratorial, serta penulisan kreatif.

Kelimanya diintegrasikan agar saling berkolaborasi, eksplorasi, dan mengenal ekosistem seni, karena nyatanya semua disiplin ilmu tak memiliki sekat lagi.

Guru Besaf FF UNPAR Ignatius Bambang Sugiharto mengatakan bahwa Integrated Arts sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing, namun saat dibawa ke tataran akademik, program ini ibarat ‘produk baru’ yang meramaikan berbagai program peminatan. Apalagi nama Integrated Arts masing asing di telinga kebanyakan orang.

"Perkembangan dunia seni saat ini menjadi intermedia, tapi sekolah seni kebanyakan masih konvensional. Atas dasar itu, Integrated Arts UNPAR hadir menyajikan interdisipliner itu. Di luar negeri, sudah banyak yang menerapkan Integrated Arts, ada yang dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi," tutur Bambang.

Tak sekadar padu padan, dia pun mafhum akan perkembangan teknologi yang memaksa setiap orang untuk ikut beradaptasi. Sikap adaptif tentunya takkan menggantikan kreativitas manusia dengan kecerdasan buatan. Pelaku industri kreatif harus mampu meningkatkan kompetensi dan memanfaatkan fleksibilitas dengan berbagai ide serta sumber daya untuk memperkuat kreativitas masing-masing.

"Ketika banyak pekerjaan diambil alih mesin, peradaban ini mesti dijaga oleh seni, Integrated Arts khususnya ingin menginfus unsur seni ke segala sektor," ujarnya.

 

Daya Tawar

unpar
Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (FF UNPAR) memiliki program peminatan Integrated Arts yang memiliki daya tawar dan kebaruan.

Peluang bagi para pelaku industri kreatif terbuka lebar di berbagai bidang pekerjaan. Itu karena kreativitas dan kemampuan yang paling dicari. Untuk membentuk para mahasiswa di program Integrated Arts, UNPAR mendukung lewat fasilitas lengkap dan tenaga pendidik yang cakap di bidangnya. Beberapa di antaranya adalah Perpustakaan dan Sinesofia.

Melalui integrasi seni serta wawasan konseptual melalui ilmu filsafat, Integrated Arts UNPAR siap membentuk generasi yang kreatif, inovatif, serta serba bisa. Dengan begitu, lapangan pekerjaan bagi pelaku industri kreatif tak terbatas, karena saat ini segala bidang menuntut kemampuan berpikir kreatif.

"Program ini membuat lulusannya menjadi lebih fleksibel, yang bisa masuk di bidang apapun, kerja yang menuntut kreativitas. Jadi tidak menutup kemungkinan hanya bekerja di bidang industri kreatif," ucap Bambang.

 

Pilihan Signifikan

Pada 2007 banyak agenda kreatif yang dihadirkan di Indonesia. Kemudian pada 2015, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengembangkan ruang industri kreatif di Indonesia. Demikian dikatakan oleh Dosen Integrated Arts UNPAR Theo Frids M. Hutabarat.

Melansir laman Kemenparekraf, saat ini Indonesia dinilai sebagai pelopor revolusi industri kreatif dunia. Hal ini dibuktikan dari perkembangan industri kreatif Indonesia yang terus meningkat signifikan tiap tahunnya.

Menurut laporan OPUS Ekonomi Kreatif 2020, kontribusi subsektor ekonomi kreatif pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai Rp1.211 triliun. Angka tersebut meningkat dari 2017 dan 2018, masing-masing sebesar Rp1.000 triliun dan Rp1.105 triliun.

Torehan angka tersebut membawa Indonesia menduduki posisi ketiga terbesar di dunia dengan kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Kendati demikian, Indonesia justru lebih unggul dari Amerika Serikat dari segi serapan tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif.

Dijelaskan lebih lanjut, pada 2019 sektor ekonomi kreatif Indonesia mampu menyerap hingga 17 juta tenaga kerja. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat yang hanya memiliki 4,7 juta pelaku ekonomi kreatif.

"Bisa dilihat ini adalah sebuah genjotan luar biasa yang awalnya bersifat untuk kepentingan ekonomi, tetapi faktanya kerja kreatif itu dihargai dan memiliki nilai tawar tinggi. Momentum ini saya rasa tidak akan berakhir, khususnya generasi muda yang tidak sedikit melihat industri kreatif sebagai pilihan karier. Youtuber sebagai pilihan karier mungkin dianggap hal absurd 5 tahun lalu, namun sekarang hal yang biasa. Pasti bakal ada perubahan yang meluas, bidang-bidang nanti yang tidak kita sadari mungkin bisa jadi pekerjaan baru sejalan dengan perkembangan teknologi tentunya," tutur Theo.

Dia tak memungkiri, perkembangan teknologi berdampak pada bagaimana industri kreatif itu nantinya. Walau tentunya akan banyak pesaing dalam industri kreatif itu. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis dan kreatif melalui lima bidang seni yang ditawarkan Integrated Arts UNPAR dinilai mampu menjawab tantangan tersebut.

"Bagaimana agar orisinalitas itu tetap ada, kebaruan itu tetap ditawarkan, dan bukan hanya menjadi pengekor. Diperlukan daya tawar baru, kemampuan baru, dan kebaruan-kebaruan yang masih segar untuk menjawab segala tantangan zaman."

Delapan Program Baru UNPAR

Tak hanya Integrated Arts, UNPAR juga menawarkan tujuh program peminatan teranyar. Adapun program peminatan tersebut yaitu Data Science, Mekatronika, Bisnis Digital, Fisika Medis, Aktuaria, Chemical Business Development, serta Manajemen Bisnis Keluarga dan Kewirausahaan.

UNPAR pun kembali membuka Ujian Saringan Masuk (USM) – 4 tahun akademik 2021/2022. Pendaftaran USM-4 dapat dilakukan melalui laman pmb.unpar.ac.id yang telah dibuka sejak 19 Juli 2021 hingga 10 Agustus 2021 mendatang.

Informasi selengkapnya bisa dilihat di laman pmb.unpar.ac.id atau melalui Layanan Informasi PMB UNPAR dengan mengirimkan pesan pada e-mail admisi@unpar.ac.id, telepon (022) 2032655 atau info lebih lanjut di akun @unparofficial (Instagram) dan @unpar (Official Line).

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya