Bermalam di Suku Anak Dalam Jambi, Nadiem Makarim Sampaikan Gagasan Merdeka Belajar

Nadiem meminta agar generasi muda Suku Anak Dalam yang saat ini menempuh pendidikan tinggi untuk menginspirasi generasi muda di daerahnya

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Sep 2021, 19:40 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2021, 19:40 WIB
Nadiem Makarim
Menteri Nadiem Anwar Makarim saat berswafoto bersama ana-anak orang rimba. (Liputan6.com/dok KKI Warsi)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim bermalam bersama komunitas Suku Anak Dalam (SAD) dalam kunjungannya ke Jambi

Dalam kunjungannya itu, Nadiem sempat berdialog dengan masyarakat dan menyampaikan makna merdeka belajar yang menjadi programnya sealma menjadi menteri. 

“Saya pakai kaus Merdeka Belajar karena kami di Kemendikbudristek percaya bahwa pendidikan bentuknya tidak hanya satu, tapi beragam, karenanya belajar haruslah merdeka,” ujar Nadiem dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (22/9/2021). 

Mendikbudristek menjelaskan bahwa setiap daerah punya karakteristik sendiri. Untuk itu, harus memberikan pendidikan yang cocok.

“Maka dari itu, saya ke sini untuk memahami apa yang dibutuhkan dan apa yang tidak dibutuhkan bagi masyarakat yang masih memegang teguh kearifan lokalnya,” kata Nadiem.

Nadiem meminta agar generasi muda Suku Anak Dalam yang saat ini menempuh pendidikan tinggi untuk menginspirasi generasi muda di daerahnya

“Kepada guru-guru yang mengabdi di pedalaman, saya sangat berterima kasih atas dedikasinya. Doakan kami untuk terus berupaya meningkatkan kesejahteraan ibu dan bapak guru,” kata Nadiem.

 

Ajarkan Berhitung

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim bermalam bersama komunitas Suku Anak Dalam (SAD) dalam kunjungannya ke Jambi.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim bermalam bersama komunitas Suku Anak Dalam (SAD) dalam kunjungannya ke Jambi. (Dok: Kemendikbud)

Sementara itu, Ketua PKBM Bunga Kembang, Maknun, menjelaskan bahwa akses pendidikan formal masih sulit, sehingga pihaknya menyediakan kurikulum alternatif.

“Misalnya, komunitas SAD hidup dari menjual damar, madu, dan rotan. Namun, saat transaksi harganya tidak sesuai dan mereka merasa dibohongi. Maka, anak-anak kita ajarkan berhitung,” ujar Maknun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya