Dua Fokus Presiden Jokowi di KTT APEC-ABAC

Jokowi menyampaikan dua fokus untuk mengatasi tantangan terkait inklusivitas dan keberlanjutan dalam KTT APEC Business Advisory Council (ABAC).

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Nov 2021, 05:05 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2021, 05:05 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Presiden Jokowi saat menghadiri KTT APEC-ABAC secara virtual. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden).

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan dua fokus untuk mengatasi tantangan terkait inklusivitas dan keberlanjutan dalam KTT APEC Business Advisory Council (ABAC) Dialogue with Economic Leaders secara virtual dari Istana Negara, Jakarta, pada Kamis (11/11/2021).

Menurut dia, yang pertama adalah peningkatan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mempercepat pemulihan ekonomi inklusif.

Jokowi memandang, bergeraknya UMKM tidak hanya menjadi jaring pengaman bagi masyarakat penghasilan rendah. Tetapi kata dia juga menyerap tenaga kerja yang sangat besar.

"Tahun 2019, UMKM berkontribusi terhadap 52 persen PDB Asia Pasifik dan berhasil menyerap 50 persen tenaga kerja. Di Indonesia, 64 persen pelaku UMKM adalah perempuan. Artinya, memberdayakan UMKM di Indonesia juga memberdayakan perempuan," kata dia dalam keterangannya.

Jokowi juga melihat adanya peningkatan inklusi keuangan merupakan prioritas. Pada 2021, Indonesia memberikan pinjaman lunak dan bantuan lebih dari USD4 miliar bagi 17,8 juta UMKM dan usaha kecil perorangan yang terdampak pandemi.

Selain itu, kata dia, Indonesia juga terus bekerja keras mendukung transformasi digital UMKM selama pandemi. Sebanyak 8,4 juta UMKM di Indonesia telah memasuki ekosistem digital, termasuk 54 persen UMKM perempuan.

"Digitalisasi UMKM di kawasan Asia Pasifik akan makin cepat didukung oleh pembangunan infrastruktur digital, perluasan konektivitas digital secara inklusif, dan peningkatan literasi digital pelaku UMKM," jelas Jokowi.

 

Fokus Kedua

Yang kedua, Jokowi ingin meletakkan upaya penanganan dampak perubahan iklim dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.

Menurutnya, penanganan dampak perubahan iklim harus dilakukan secara berimbang dengan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, untuk memenuhi target pembangunan berkelanjutan.

"Konservasi hutan dan kekayaan laut, serta tranformasi menuju energi baru dan terbarukan harus menyejahterakan masyarakat bawah. Transisi menuju ekonomi rendah karbon ini harus dilakukan secara adil dan kolaboratif," kata Jokowi.

"Dukungan pendanaan dan alih teknologi ramah lingkungan sangat diperlukan untuk mendukung berbagai aksi mitigasi perubahan iklim di negara sedang berkembang," sambungnya.

Dalam pertemuan tersebut Jokowi juga menekankan bahwa Indonesia menempatkan investasi industri berkelanjutan dan hijau sebagai prioritas penting.

Proyek prioritas Indonesia antara lain pembangunan kawasan industri hijau, pembangunan rantai pasok industri baterai sampai mobil listrik, serta perdagangan karbon yang sangat besar potensinya.

"Untuk itu, kami mengundang para investor dan pelaku usaha dari kawasan APEC untuk makin banyak bersinergi dan memanfaatkan peluang yang besar di Indonesia," kata dia.

Turut mendampingi Presiden dalam acara tersebut yaitu Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani, dan Ketua ABAC Indonesia Anindya Bakrie.

 

Reporter: Intan Umbari/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya