Epidemiolog: Indonesia Bisa Hindari Gelombang Ketiga Covid-19 Bila Vaksinasi Terus Digenjot

Iwan mengatakan cakupan vaksinasi seluruh penduduk harus diusahakan supaya Indonesia bisa segera mengubah epidemi Covid-19 menjadi fase endemi.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Nov 2021, 14:26 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2021, 14:25 WIB
FOTO: Layanan Sentra Vaksinasi Indonesia Bangkit di RSUI Depok
Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada lansia secara drive thru di RSUI, Depok, Jawa Barat, Kamis (25/3/2021). Program Sentra Vaksinasi Indonesia Bangkit untuk lansia yang berdomisili di Depok dan sekitarnya ini digelar secara drive thru. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia diyakini bisa menghindari gelombang ketiga Covid-19 jika vaksinasi berjalan maksimal. Untuk memenuhi target vaksinasi 70% penduduk pada akhir 2021, perlu dukungan penuh dari masyarakat. 

Total sasaran vaksinasi nasional sebanyak 208.265.720 orang. Sedangkan vaksinasi dosis pertama hingga Senin (22/11/2021) pukul 18.00 WIB sudah mencapai 135.087.931. Sedangkan vaksinasi dosis kedua sudah mencapai 89.892.161. Jika masyarakat yang divaksin terus bertambah, Indonesia kemungkinan bisa menghindari gelombang ketiga.

"Selain vaksinasi, banyak orang yang sudah memiliki antibodi Covid-19 karena terinfeksi. Kenaikan kasus (mungkin) tidak setinggi saat libur Natal atau Idulfitri lalu (tahun 2020)," kata ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan kepada wartawan, Senin (22/11/2021).

Iwan mengatakan cakupan vaksinasi seluruh penduduk harus diusahakan supaya Indonesia bisa segera mengubah epidemi Covid-19 menjadi fase endemi.

Menurutnya, salah satu penyebab sebagian masyarakat masih enggan mengikuti vaksinasi karena terpapar hoaks terkait efek samping dan manfaat vaksin.

Iwan menilai melawan hoaks harus dengan strategi tepat. Dia juga melihat ada sebagian masyarakat yang memang antivaksin, namun jumlahnya tidak banyak. Dia mengatakan, tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat yang antivaksin atau tidak percaya vaksin.

"Harus orang yang sesuai, yang didengarkan oleh orang-orang yang percaya hoaks tersebut," pungkasnya.

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Lawan Hoaks dengan Strategi Tepat

Vaksinasi Massal Anak Usia 12-17 Tahun di GBK
Petugas kesehatan melakukan screening kepada anak sebelum vaksinasi covid-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (3/7/2021). Pemprov DKI menggelar vaksinasi massal bagi anak usia 12-17 tahun di Stadion GBK selama dua hari, 3-4 Juli 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sementara itu, Guru Besar Sosiologi Universitas Gajah Mada (UGM) Sunyoto Usman menilai tidak mudah bagi orang awam untuk memahami bahaya virus Covid-19.

"Baru ketahuan dampak negatifnya setelah ada yang terpapar," kata Sunyoto.

Menurut dia, perlu literasi mengenai Covid-19 dari pemerintah, tokoh masyarakat, sekolah, kampus, media massa, hingga ormas untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat yang antivaksin atau mereka yang percaya hoaks.

"Jangan buat acara yang stimulan kerumunan," pungkas Sunyoto.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya