Dituntut Seumur Hidup, Kolonel Priyanto Akan Ajukan Pleidoi Kasus Pembunuhan Sejoli di Nagreg

Terdakwa Kolonel Priyanto bakal mengajukan nota pembelaan atau pleidoi atas tuntutan hukuman seumur hidup dalam perkara dugaan pembunuhan berencana dua sejoli di Nagreg, Jawa Barat.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Apr 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2022, 18:59 WIB
Kasus Kolonel Priyanto
Persidangan dengan agenda pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, atas kasus pembunuhan dua remaja di Nagreg oleh Kolonel Priyanto, memunculkan temuan-temuan baru. (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Jakarta Terdakwa Kolonel Priyanto bakal mengajukan nota pembelaan atau pleidoi atas tuntutan hukuman seumur hidup dalam perkara dugaan pembunuhan berencana dua sejoli di Nagreg, Jawa Barat.

Pengajuan pleidoi tersebut disampaikan Priyanto usai bernegosiasi dengan tim kuasa hukumnya usai mendengarkan tuntutan yang dilayangkan Oditur Militer Tinggi saat sidang di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta pada Kamis (21/4/2022).

"Siap. Kami akan mengajukan nota pembelaan pleidoi," kata Priyanto kepada Hakim Ketua Brigjen TNI Faridah Faisal.

Faridah pun memutuskan untuk sidang pembacaan pleidoi akan digelar pada Selasa 10 Mei 2022 dua pekan mendatang usai berunding bersama Oditur dan tim kuasa hukum terdakwa.

"Untuk memberikan kesempatan penasihat hukum dan terdakwa menyusun nota pembelaan sidang saya tunda sampai Selasa 10 Mei 2022," kata Faridah.

Sebelumnya, Oditurat Militer Tinggi II Jakarta menuntut Kolonel Priyanto dengan hukuman penjara seumur hidup atas kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap sepasangan sejoli yang dibuang ke sungai di Nagreg, Jawa Barat.

Sebagaimana tuntutan yang dibacakan Oditur Militer Tinggi Kolonel Sus Wirdel Boy dalam sidang di Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta, pada Kamis (21/4/2022) hari ini.

"Selanjutnya kami memohon agar majelis Pengadilan Tinggi II Jakarta menjatuhkan hukuman terhadap Kolonel Infantri Priyanto dengan pidana pokok penjara seumur hidup," kata Wirdel saat pembacaan tuntutan.

 

Juga Tuntut Pemecatan

Oditurat juga meminta agar majelis hakim menjatuhkan pidana tambahan berupa pemecatan terhadap Kolonel Inf Priyanto dari Instansi TNI AD.

Tuntutan ini telah mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Hal meringankan yakni, terdakwa selama persidangan telah terus terang sehingga mempermudah jalannya persidangan.

"Terdakwa belum pernah dihukum, dan terdakwa telah menyesali perbuatannya," kata Wirdel.

Sementara hal yang memberatkan, terdakwa dalam melakukan tindak kejahatan pidananya turut melibatkan anak buahnya. Dalam hal Kopda Andreas dan Koptu Ahmad Sholeh.

Adapun tuntutan hukuman penjara seumur hidup yang diminta Oditurat ini telah meyakini jika Terdakwa Kolonel Inf Priyanto turut terbukti sebagaimana dalam seluruh dakwaan.

Pertama, Pasal Primer 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana jo Pasal 55 ayat 1 KUHP tentang Penyertaan Pidana, Subsider Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Subsider pertama Pasal 328 KUHP tentang Penculikan juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP, subsider kedua Pasal 333 KUHP Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Subsider ketiga Pasal 181 KUHP tentang Mengubur, Menyembunyikan, Membawa Lari, atau Menghilangkan Mayat dengan Maksud sembunyikan kematian jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.

 

Dakwaan

Kasus ini berawal dari Kolonel Priyanto dan dua anak buahnya, yaitu Kopda Andreas dan Koptu Ahmad Sholeh menabrak Handi Saputra (17) dan Salsabila (14) ketika melintas di Jalan Nagreg

Bukanya menolong dan dibawa rumah sakit, mereka justru membuang tubuh Handi dan Salsa di Sungai Serayu, Jawa Tengah. Salsa dibuang ke sungai dalam kondisi meninggal dunia, sedangkan Handi masih hidup.

Atas hal itu dalam perkara ini Oditur Militer telah mendakwa Priyanto melakukan tindak pidana lebih berat dari kecelakaan lalu lintas, yakni pembunuhan berencana hingga membuang mayat dalam bentuk dakwaan gabungan.

Pasal Primer 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana jo Pasal 55 ayat 1 KUHP tentang Penyertaan Pidana, Subsider Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Subsider pertama Pasal 328 KUHP tentang Penculikan juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP, subsider kedua Pasal 333 KUHP Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Subsider ketiga Pasal 181 KUHP tentang Mengubur, Menyembunyikan, Membawa Lari, atau Menghilangkan Mayat dengan Maksud sembunyikan kematian jo Pasal 55 ayat 1 KUHP.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya