Status Gunung Anak Krakatau Naik Jadi Siaga, Begini Kronologinya

Dalam surat yang ditandatangani Kepala Balai Geologi, Eko Budi Lelono, yang dikirimkan oleh Deni Mardiono, petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau (GAK) Pasauran, menerangkan, karakter letusannya berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 25 Apr 2022, 01:00 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2022, 01:00 WIB
krakatau
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Banten. (Liputan6.com. Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam surat bernomor 184.Lap/GL.05/BGL/2022, Badan geologi menerangkan hasil pemantauannya hingga meningkatkan status Gunung Anak Krakatau (GAK) ke Level III atau Siaga pada Minggu (24/4/2022).

Dalam surat yang ditandatangani Kepala Balai Geologi, Eko Budi Lelono, yang dikirimkan oleh Deni Mardiono, petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau (GAK) Pasauran, menerangkan, karakter letusannya berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara 1–6 tahun.

Erupsi-erupsi ini menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava. Pemantauan sudah dilakukan sejak 1-24 April 2022 melalui pos pantau di Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, dan pos pantau di Kalianda, Lampung.

Tinggi kolom hembusan sekitar 25-3.000 meter dari atas puncak. Arah hembusan tergantung arah angin, namun umumnya abu vulkanik mengarah ke Utara, timur laut, tenggara, selatan, barat daya, barat laut dan tenggara.

Kemudian berdasarkan pengamatan instrumental kegempaan selama 1-24 April 2022, ditandai dengan terekamnya 21 kali gempa letusan, 155 kali gempa hembusan, 14 kali harmonik, 121 kali gempa low frequency, 17 kali gempa vulkanik dangkal, 38 kali gempa vulkanik dalam, dan Tremor terus menerus dengan amplitudo 0.5-55 mm. Lalu, terekam 2 kali gempa tektonik lokal, 6 kali gempa tektonik jauh dan 1 gempa terasa dengan skala I MMI.

"Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real time seismic amplitude measurement) menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan meningkat tajam sejak 15 April 2022. Pengukuran deformasi dengan menggunakan Tilmeter yang dipasang di Stasiun Tanjung menunjukkan fluktuasi komponen X (tangensial) dan Y (radial). Inflasi pada tubuh Gunung Anak Krakatau teramati sejak tanggal 18 April 2022 dan sedikit mulai intens teramati sejak tanggal 22 April 2022," begitu isi surat tersebut yang dikutip pukul 21.30 WIB, hari Minggu, 24 April 2022.

 

Erupsi Terus-Menerus

Erupsi Gunung Anak Krakatau pada 2018
Gunung Anak Krakatau ketika erupsi pada 2018. (Ist)

Dari hasil tersebut, kemudian dievaluasi terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau yang hingga kini masih erupsi terus-menerus, dengan perubahan erupsi yang semula dominan abu menerus, menajadi tipe atrikbolian menghasilkan lontaran lava pijar pada tanggal 17 April 2022.

Selanjutnya pada tanggal 23 April 2022, sekitar pukul 12.19 WIB, teramati lava mengalir dan masuk ke laut. Hasil estimasi energi seismik saat ini teramati meningkat tajam bersamaan dengan membesarnya amplitudo tremor menerus dan semakinintensnya kejadian erupsi yang menerus. Peningkatan ini diikuti pula dengan hasil pengukuran deformasi yang menunjukkan fluktuasi pola inflasi dan deflasi.

"Data emisi SO2 berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi SO2 mulai teramati pada 14 April dengan SO2 sebesar 28,4 ton/hari, 15 April 68,4 ton/hari, 17 April semakin meningkat dengan 181,1 ton/hari dan 23 April melonjak drastis dengan 9219 ton/hari," bunyi kutipan selanjutnya.

Pantauan SO2 dari magma ini berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini. Peningkatan SO2 yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan, berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava.

Jumlah SO2 pada periode di atas mencapai 9,2 kilo Ton. Bila dibandingkan saat periode erupsi 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 sebanyak 12,4 kilo Ton, dan September-Oktober 2018 19,4 kilo Ton.

Pemantauan Visual

"Berdasarkan data pemantauan visual dan instrumental serta pantauan emisi SO2 bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau ada kecenderungan meningkat dan belum menunjukkan adanya penurunan aktivitas vulkanik," jelasnya.

Perlu diketahui bahwa Gunung Anak Krakatau berada di perairan Selat Sunda, masuknke wilayah Lampung. GSK lahir pada Juni 1927 dan hingga kini terus erupsi yang menunjukkan dia masih terus tumbuh dan berkembang.

Selanjutnya paska erupsi tanggal 22 Desember 2022 yang menyebabkan runtuhnya tubuh GAK dibagian barat daya dan menyebabkan tsunami senyap, ketinggian GAK yang sebelumnya 338 mdpl menjadi 110 meter. Kini, setelah 4 tahun longsor, ketinggiannya menjadi 157 mdpl.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya