Wapres Ma'ruf Amin Sebut Disinformasi Internet Bisa Membuat Anak Jadi Radikal

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyatakan internet bisa membawa pengaduh buruk bagi anak-anak, apabila penggunaan internet tidak disaring dan digunakan dengan tepat.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 04 Jun 2022, 16:24 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2022, 16:24 WIB
Wapres Ma'ruf Amin
Wapres Ma'ruf Amin (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyatakan internet bisa membawa pengaduh buruk bagi anak-anak, apabila penggunaan internet tidak disaring dan digunakan dengan tepat.

Ia bahkan menyebut internet bisa mempengaruhi seseorang hingga berubah menjadi seorang radikal. "Ada anak tidak pernah bergaul dengan orang, sendiri saja tapi tiba-tiba jadi radikal, ketika diteliti kenapa itu, ternyata melalui komunikasi teknologi informasi melalui internet melalui FB itu," ujar Wapres di Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Sabtu (4/6/2022).

Wapres meminta masyarakat mengantisipasi bahaya internet dan mulai menyebarkan toleransi beragama demi keutuhan bangsa. Menurut wapres, pemikiran dari para ulama seperti KH Hasyim Asy'ari sudah mencakup hal untuk mengantisipasi dampak buruk internet.

"Bahaya bahaya disinformasi, kemudian juga bisa memecah belah menjadi alat meragukan bahkan alat untuk menyesatkan, karena itu maka kita harus melakukan antisipasi. Saya liat Syekh sudah sejak awal mengantisipasi ancaman ancaman itu," ujarnya.

Apalagi, saat ini toleransi beragama di Indonesia susah menjadi acuan negara negara Islam lainnya. Hal ini diakui oleh utusan Majelis Ulama Almuslimin yaitu anggota Cendekiawan Muslim seluruh dunia yang berpusat di Abu Dhabi dan diketuai oleh rektor universitas Al azhar.

"Beliau mengatakan kepada saya, saya datang bukan untuk mengajari orang Indonesia, saya ingin kami belajar tentabg toleransi dari Indonesia. Kami ingin menyebarkan cara berpikir yang moderat di Indonesia jadi bagian islam global," pungkasnya.

Perlunya Moderasi Beragama untuk Cegah Radikalisme

Moderasi agama adalah suatu kebutuhan di tengah-tengah krisis humanisme dan isu radikalisme saat ini. Peran pemuda sangat dibutuhkan untuk memberikan pencerahan kepada sesama pemuda.

Demikian disampaikan Ketua Umum PB Pengurus Besar Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia Sulawesi Selatan (PB IKAMI Sulsel) Muh Iqra Zulfikar Wisnu saat webinar "Moderasi Beragama dan Kebangsaan Bagi Kalangan Millenial,” Sabtu, 12 Maret 2022, melalui zoom meeting.

Dia menyatakan, di dalam Alquran terdapat berbagai perintah agar tidak merusak hubungan sosial dengan alasan berbagai perbedaan. Misalnya ada ayat yang melarang kita untuk memaki simbol-simbol sakral agama lain.

"Karena itu setiap manusia harus menciptakan ekosistem untuk menguatkan moderasi beragama yang dimulai dari cakupan peran keluarga, peran masyarakat, peran lomba pendidikan, peran lembaga keagamaan, peran media, peran negara," bebernya.

Hidup di Indonesia juga berdasarkan asas Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang tujuannya tidak jauh beda dengan tujuan Islam.

Persoalannya adalah, banyak penceramah-penceramah agama yang justru konfrontatif terhadap berbagai perbedaan dan fenomena kebudayaan.

"Ini harus dihindari dan digantikan dengan alat dakwah yang lebih baik, seperti para wali,yang didukung oleh lebih intens lagi ormas-ormas agama dan lembaga-lembaga pendidikan agama," sambungnya.

Artinya harus melakukan penguatan kembali elemen-elemen yang sudah disahkan hingga yang dibentuk pemerintah seperti Forum Kerukunan Umat Beragama, pembentukan tim pokja, penyuluhan toleransi beragama dan Lembaga Anti-Terorisme lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya