Kursi Ketum PPP Digoyang, CSIS: Suharso Bertahan atau Tidak Tergantung Pengelolaan Konflik Internal

Arya mengaitkan situasi internal PPP itu dengan eksistensi PPP di dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) ke depannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Agu 2022, 12:22 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 09:15 WIB
Partai Persatuan Pembangunan Daftar ke KPU
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa saat Pendaftaran Partai Politik Calon Peserta Pemilu tahun 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Rabu (10/8/2022). KPU menerima berkas dari 4 partai politik yang mendaftar sebagai calon peserta Pemilu 2024 di hari kesepuluh pendaftaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) diterpa isu konflik internal, yang disebabkan oleh pidato Ketua Umum Suharso Monoarfa dalam acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas bersama KPK pada, 15 Agustus 2022. 

Meskipun sudah menyampaikan permintaan maaf, namun pidato yang lantas viral di media sosial dengan istilah “amplop kiai” tersebut masih berdampak panjang. 

Selain dilaporkan oleh seorang alumnus pondok pesantren, posisi Suharso sebagai Ketua Umum PPP juga “digoyang” oleh munculnya desakan mundur yang disuarakan tiga pimpinan Majelis Syariah PPP.

Surat yang menuntut Suharso mundur dari posisi Ketua Umum PPP itu ditandatangani oleh Ketua Majelis Syariah PPP KH. Mustofa Aqil Siraj, Ketua Majelis Pertimbangan PPP Muhammad Mardiono, dan Ketua Majelis Kehormatan PPP KH. Zarkasih Nur.

Terkait situasi internal PPP itu, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihatnya sebagai ujian terhadap kemampuan manajemen konflik Suharso Monoarfa. 

"Secara internal sebenarnya Pak Suharso masih kuat ya. Beliau menguasai struktur-struktur politik internal PPP baik di pusat maupun daerah. Semuanya kembali lagi berpulang dari bagaimana cara atau kemampuan beliau mengelola konflik internal yang memintanya mundur dari jabatan ketua umum PPP itu,” jelas Arya Fernandes saat dihubungi Selasa (23/8/22).

Arya juga mengaitkan situasi internal PPP itu dengan eksistensi PPP di dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) ke depannya.

"Situasi internal PPP terutama setelah 3 pimpinan Majelis Syariah PPP meminta Suharso mundur, pasti akan mempengaruhi bagaimana formasi koaliasi PPP di dalam KIB ke depannya,” ujarnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pengaruh Internal PPP

Tiga Petinggi Koalisi Indonesia Bersatu Jalan Bersama ke KPU
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) saat jalan bersama menuju Gedung KPU RI, Jakarta Pusat, Rabu (10/8/2022). Kedatangan ketiga petinggi KIB tersebut diiringi dengan berbagai atraksi tarian tradisional untuk mendaftarkan partai masing-masing sebagai peserta Pemilu 2024. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Jika Suharso mampu bertahan di posisinya sebagai ketua umum, sambung Arya, maka PPP masih akan berada di KIB.

"Namun jika Pak Suharso tidak bisa bertahan dari konflik internal itu, saya kira itu akan mempengaruhi keberadaan atau sikap PPP di KIB,” tuturnya.

Jadi apakah PPP akan bertahan di KIB atau tidak, lanjut Arya, sangat dipengaruhi bagaimana Suharso keluar dari tekanan yang memintanya mundur dari kursi Ketua Umum PPP.

"Begitu juga bagaimana arah politik PPP di KIB nantinya, juga ditentukan oleh kondisi apakah pak Suharso berhasil bertahan atau bagaimana cara dia meng-handle tekanan yang memintanya mundur dari jabatannya,” tutup Arya Fernandes.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya